Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Terdapat banyak referensi mengenai pembagian bentuk-bentuk kenakalan remaja. Yuk kita bahas bentuk-bentuk kenakalan remaja menurut Kartono dibawah ini.

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, bentuk perilaku yang dikemukakan dibagi berdasarkan faktor penyebab dan ciri-ciri tingkah laku yang ditimbulkan, yaitu :

Kenakalan Terisolir (Delinkuensi terisolir)

Merupakan kelompok dengan jumlah terbesar dari remaja nakal, pada umumnya remaja nakal tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal remaja didorong oleh faktor-faktor berikut :

  1. Keinginan meniru dan ingin menyesuaikan diri dengan kumpulannya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.
  2. Remaja nakal kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya geng-geng kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung.
  3. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat pengakuan dan prestasi tertentu .
  4. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi

Delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya. Namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.

Kenakalan Neurotik (Delinkuensi neurotic)

Pada umumnya, remaja nakal tingkat ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, misalnya berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah :

  1. Perilaku nakal yang bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal.
  2. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya.
  3. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya.
  4. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.
  5. Remaja yang memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
  6. Motif kejahatannya berbeda-beda.
  7. Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).

Kenakalan Psikotik (Delinkuensi psikopatik)

Delikuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah :

  1. Remaja ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan mereka.
  2. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
  3. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Pada umumnya mereka sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
  4. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku.
  5. Mereka sangat egois, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab.

Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral)

Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif diantara para penjahat, diantaranya para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20% yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *