Pada artikel kali ini akan membahas mengenai contoh-contoh dari fenomena cultural lag dan bagaimana cara mengatasi ketertinggalan budaya tersebut. – Fenomena sosial bisa terjadi karena mereka menolak adanya budaya baru muncul walaupun di tengah era globalisasi entah demi alasan mempertahankan budaya tradisional atau memang hanya mereka menutup diri dari kehidupan sosial. Fenomena seperti inilah yang sekarang disebut dengan istilah Cultural Lag atau ketertinggalan budaya.
Contoh Fenomena Culture Lag
Ada begitu banyak contoh dari fenomena sosial culture lag yang terjadi dan dialami oleh masyarakat, diantaranta kasus-kasus seperti berikut ini :
- Pelanggar lalu lintas adalah orang yang kurang disiplin
Misalnya, terjadi peningkatan pembelian mobil dan sepeda motor. Terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan sehingga terjadi pelanggaran lalu lintas. Mobil dan sepeda motor yang seenaknya melanggar peraturan lalu lintas dapat membahayakan keselamatan. - Penggunaan Internet
Selain internet yang banyak memiliki manfaat positif, Internet juga memiliki dampak negatif pada masyarakat. Adanya berita bohong dan kesimpangsiuran menimbulkan provokasi. Internet menyebabkan kelompok atau individu saling berebut informasi yang belum tentu benar. - Menggunakan teknologi
Di daerah yang agak terpencil, pengembangan inovasi dan teknologi baru cenderung memakan waktu lebih lama. Oleh karena itu, akan sulit bagi mereka yang tinggal di sana untuk mengakses kemajuan yang ada. Mereka akan berjuang untuk memahami dan mengikuti perjalanan teknologi secara maksimal. Teknologi berkembang untuk memudahkan aktivitas manusia. Namun pada kenyataannya masih ada masyarakat yang kurang bijak dalam menggunakan teknologi. Misalnya penyebaran informasi yang menyesatkan dan membingungkan masyarakat, kasus cyberbullying, masuk ke internet untuk mencari hal-hal yang berbau porno, dan lain sebagainya. -
Penemuan vaksin HPV
Vaksin HPV merupakan penemuan untuk mencegah kanker serviks yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Vaksin ini dapat diberikan kepada remaja atau bayi. Namun, penemuan vaksin ini menimbulkan banyak pertanyaan etis.
Perubahan budaya telah menyebabkan asumsi bahwa vaksin HPV mendorong anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas seksual sejak usia dini. Pertanyaan tersebut muncul karena fakta bahwa kanker serviks disebabkan oleh virus HPV yang ditularkan melalui aktivitas seksual dini. Jadi seorang wanita lebih mungkin terkena kanker jika dia aktif secara seksual. - Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika melibatkan modifikasi DNA atau materi genetik organisme seluler untuk memodifikasi atau menambahkan sifat baru. Misalnya, calon orang tua dapat menggunakan rekayasa genetika untuk memilih warna mata atau jenis kelamin anak mereka yang belum lahir.
Namun, banyak orang menganggap jenis rekayasa genetika ini tidak etis dan percaya bahwa hal itu dapat menyebabkan konsekuensi sosial yang tidak diinginkan. Ini adalah contoh ketidaksesuaian budaya. - Penggunaan Smartphone
Pasti sering kita jumpai pengemudi yang tidak mengetahui penggunaan ponselnya. Meski tahu itu sangat berbahaya, mereka tetap saja nekat menggunakan ponsel di jalan. Baik mengendarai motor ataupun mobil. Ini adalah bukti nyata dari pelanggaran lalu lintas yang tidak pantas secara budaya.
Hal ini terjadi karena masyarakat cenderung kurang kesadaran, kedewasaan dan kesadaran diri untuk menggunakan ponsel dengan bijak. Ponsel memang memiliki fungsi untuk membantu aktivitas manusia, sangat berpotensi menjadi alat yang dapat membahayakan keselamatan penggunanya.
Cara Mengatasi Ketertinggalan Budaya
Pada dasarnya, akan sulit untuk mengatasi keterbelakangan atau ketertinggalan budaya. Misalnya, ketika teknologi baru datang dalam bentuk sepeda motor, sebagian orang langsung menyambutnya dengan ide untuk mempermudah pekerjaan, bisa bergerak cepat ke mana saja.
Namun, pihak lain mempertimbangkan resikonya. Jika Anda mengendarai sepeda motor, perjalanan mungkin lebih cepat, tetapi resikonya lebih besar, Anda dapat melukai diri sendiri secara serius, daripada berjalan kaki atau bersepeda.
Cara mengatasi ketertinggalan budaya tentu saja melalui kebijaksanaan. Kecerdasan manusialah yang akan mencoba menemukan cara untuk membuat segalanya lebih cepat dan lebih mudah.
Orang lain benar-benar dapat membantu orang-orang yang mengalami keterbelakangan budaya. Misalnya dengan memberdayakan, mensosialisasika perubahan, memfasilitasi akses pendidikan dan mencapai pembangunan.
Pada hakikatnya, untuk mengatasi fenomena ini, perlu dilakukan keseimbangan antara budaya material dan budaya immaterial. Jika hardware lebih cepat dari non-hardware, hasilnya akan menjadi culture lag.