Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa

Kesehatan Mental

kesehatan mental

Organisasi Kesehatan dunia (WHO) menyampaikan bahwa 1 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Menurut WHO saat rangka peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun 2020 pada 10 Oktober, menyatakan bahwa 3 juta orang tewas setiap tahunnya dampak penggunaan alkohol dan setiap 40 detik satu orang meninggal karena bunuh diri.

WHO mencatat negara dengan penghasilan rendah dan menengah, lebih dari 75 % orang dengan gangguan mental, neurologis serta penyalahgunaan zat tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai kondisi mereka.

Dengan segala perubahan yang terjadi karena pandemi virus corona, masyarakat dunia perlu beradaptasi. Kesehatan mental mengacu pada kesejahteraan kognitif, sikap, dan emosional. Hal inilah yang mengatur bagaimana cara orang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Selain itu, kesehatan mental juga bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari, hubungan atau rekanan, dan kesehatan fisik.

Hasil Survei WHO

Beberapa bulan ke belakang, kesadaran warga Indonesia dalam isu kesehatan mental dinilai terus semakin tinggi. Di Indonesia, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan tanda-tanda depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Sementara data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2018 menemukan bahwa prevalensi orang gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikosis) semakin tinggi dari 0,15% menjadi 0,18%, sementara prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun keatas meningkat dari 6,1% pada tahun 2013 menjadi 9,8 % pada 2018. sementara itu prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur >15 tahun sebesar 9,8%. nomor jni semakin tinggi dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%.

Kesehatan mental di Indonesia pada saat ini masih tergolong sangat tinggi, terutama pada kalangan remaja sebab mereka masih mempunyai emosi yang tidak stabil dan belum memiliki kemampuan yang baik untuk memecahkan persoalan yang ada. Masa remaja adalah masa dimana mereka sering mengalami stres terutama di kejadian tertentu pada hidup mereka. Oleh karena itu, remaja perlu untuk mendapatkan perhatian lebih karena remaja merupakan aset negara serta generasi penerus bangsa.

Kesehatan mental pada mahasiswa

Kesehatan mental pada mahasiswa dapat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor genetika, keluarga, pertemanan, gaya hidup, sosial, dan aneka macam faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat mensugesti mahasiswa secara positif maupun negatif. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak menyadari akibat positif dan negatif yang ditimbulkan berasal faktor-faktor tersebut sehingga mereka lupa akan kesehatan mental mereka.

Mereka lupa untuk serius pada kesehatan mental mereka karena mereka hanya berfokus pada tugas, organisasi, jadwal kuliah, dan tuntutan-tuntutan yg ia terima dari orang-orang di sekitarnya. Regulasi diri dalam belajar yang baik akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang dihadapinya. Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap emosi dan perilakunya di situasi apapun secara mandiri.

Pada awal masa COVID-19, pemerintah resmi menyatakan bahwa seluruh instansi pendidikan akan melaksanakan pembelajaran secara daring (online) di bulan Maret 2020. Berawal dari kuliah daring, kita bisa melihat bagaimana akibat yang ditimbulkan terhadap para mahasiswa melalui kuliah daring tersebut.

Kesehatan mental memiliki peranan yang sangat krusial bagi mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan perkuliahannya yang baru. Tentunya kehidupan pada lingkungan kampus dan sekolah jauh tidak sama.

Selain mahasiswa baru, mahasiswa lama pun mengalami beberapa dampak yang diakibatkan oleh kuliah daring, terutama bagi mahasiswa yang mengikuti organisasi. dengan adanya kuliah daring, maka secara otomatis tugas-tugas perkuliahan pun akan semakin banyak.

Tips dan Trik

Menurut paparan WHO pada tahun 2019, belakangan ini stress lebih sering timbul terjadi karena beberapa hal sebagai berikut.
1. Ketakutan serta kecemasan mengenai kesehatan diri juga kesehatan orang lain yang disayangi
2. Perubahan pola tidur dan pola makan
3. Sulit tidur serta konsentrasi
4. Mnggunakan obat-obatan

Maka dari itu berikut tips dan trik yg mampu dilakukan teman-teman Mahasiswa di rumah.

  1. Pendekatan spiritual
    Ketahui hal mana saja yang bisa kita kendalikan serta tidak dapat kita kendalikan dan selalu bersandar kepada sang Maha Kuasa.
  2. Olahraga teratur
    Usahakan untuk melakukan olahraga tiap hari sesuai dengan kebutuhan tubuh. Berolahraga terbukti menurunkan jumlah hormon kortisol sebagai pemicu stress dalam tubuh.
  3. Selalu terhubung dengan dukungan sosial
    Setiap kali ada masalah atau tidak tetap rutin hubungi keluarga. Jika rasa dukungan sosial belum bisa teratasi, jangan ragu untuk menghubungi bantuan tenaga profesional

Penting bagi mahasiswa untuk sama sama menjadi mahasiswa yang tangguh dan sehat mental. Saatnya satu sama lain saling peduli dan menaikkan rasa empati. Dengan beberapa cara diatas besar harapan mampu membantu untuk tetap menjaga kondisi kesehatan mental Mahasiswa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *