Menjamin Masa Depan Anak

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana membantu menjamin masa depan seorang anak. Setiap orang tua tentu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Menjamin Masa Depan Anak

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menstimulasi otak anak dengan berbagai hal, termasuk melalui aktivitas sehari-hari. Meskipun tampaknya seorang bayi belum mengerti, tetapi selalu mempelajari hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.

Oleh sebab itu, orang tua bisa memanfaatkan momen tersebut sebagai kesempatan belajar yang luar biasa. Berikut ini terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membantu menjamin masa depan seorang anak.

Tips Menjamin Masa Depan Anak

Berikut ini terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membantu menjamin masa depan seorang anak, diantaranya yaitu :

  • Menggunakan pengalaman sehari-hari sebagai kesempatan belajar
    Setiap pengalaman hidup adalah tentang belajar. Meskipun sewaktu mandi, menyortir cucian, memasak, atau menjalankan tugas, kegiatan ini adalah momen pembelajaran yang luar biasa.
    Ceritakan apa yang sedang dilakukan untuk merangsang bahasa. Menghitung dan menyortir cucian merupakan cara mengajarkan matematika sederhana, dan bermain dengan bahan dan tekstur makanan dapat mendorong pemikiran ilmiah.
    Jangan lupa perlihatkan wajah yang ekspresif untuk menunjukkan emosi yang berbeda sebagai cara mengajarkan kecerdasan emosional.
  • Beri contoh dari sikap sehari-hari
    Bayi adalah peniru yang jenius. Mereka akan meniru semua hal yang dilihat. Bayi sangat ahli dalam membaca wajah dan sikap non-verbal dan belajar untuk menirunya.
    Dengan memperhatikan bahasa tubuh, bagaimana memperlakukan orang lain atau bagaimana bereaksi terhadap suatu tantangan, bayi akan mencontoh sikap dan tindakan ini sendiri.
    Termasuk ketika orang tuanya berteriak, akan ditiru oleh bayi.
  • Ajak bayi berbicara dengan penuh perhatian

    Suara dan gerakan yang dilakukan bayi mungkin tidak selalu terlihat menarik, tetapi itu adalah satu-satunya bentuk komunikasi mereka.
    Orang tua perlu merangsang bicara bayi dan memperlakukannya sebagai percakapan nyata.
    Orang tua harus menanggapi suara, isyarat, dan tindakan bayi, dan terlibat dengan mereka sepanjang hari.
    Banyaknya kata yang dipaparkan bayi akan menentukan jumlah kata dalam perbendaharaan kata anak pada usia 2 tahun dan tingkat membaca anak nantinya.
    Tanggapi ocehan bayi dengan serius dan dorong ia untuk berkomunikasi.

  • Bermain dengan serius
    Anak kecil akan belajar sepanjang waktu. Saat mereka bermain, mereka membangun keterampilan hidup yang penting.
    Permainan pura-pura memungkinkan mereka mengalami bagaimana rasanya menjadi orang lain dan memahami perasaan orang lain. Ketika bermain dengan orang lain, belajar berkompromi dan bergiliran.
    Terlibat dalam permainan bebas imajinatif, seperti berpura-pura kereta mainan dapat melintasi ruang angkasa, memicu kreativitas dan bahasa saat belajar mengekspresikan ide secara verbal.
    Saat membayangkan dunia baru, anak kecil belajar memecahkan masalah dan menciptakan kemungkinan baru. Bermain dengan serius karena bermain adalah pembelajaran yang serius.
    Hindari terlalu sering menggunakan gadget saat bermain dengan anak, karena menurut penelitian, anak jadi merasa dirinya kurang penting.
  • Membacakan buku untuk bayi

    Bayi mungkin belum berbicara atau membaca, tetapi mereka dilahirkan siap untuk belajar. Bahkan pada usia 3 bulan, mereka dapat membedakan setiap bunyi yang digunakan dalam setiap bahasa di seluruh dunia.
    Setiap kali membacakan dengan lantang untuk bayi, sedang membangun keterampilan bahasa. Pastikan untuk menunjuk gambar-gambar di buku dan ajukan pertanyaan tentang cerita dan karakternya.
    Pertanyaan sederhana seperti “apa yang mereka kenakan?” dan “ada berapa?” akan melibatkan keterampilan bahasa anak.
    Membaca untuk bayi tidak hanya memaparkan mereka pada kata-kata baru tetapi juga menciptakan kecintaan pada buku dan membaca.

Memberi anak hal terbaik untuk kesuksesan di masa depan tidak ada hubungannya dengan uang atau sumber belajar yang berlebihan. Yang paling penting adalah hubungannya dengan orang tua, waktu, dan tingkat keterlibatan orang tua.