Pada artikel kali ini akan membahas mengenai berbagai gejala apa saja yang terjadi apabila bergaul dengan orang berbisa. Pertemanan merupakn salah satu korelasi yang wajib dijaga dengan benar.
Makna Pertemanan
Pertemanan ini bersifat penting, supaya ada orang yang mampu membuat tertawa, mendukung, mendengarkan keluh kesah, memotivasi, hingga menyarankan. Tetapi tak seluruh pertemanan itu sama, sebab terdapat sahabat yang toxic.
Memiliki teman yang beracun dapat jadi menantang. Teman-teman seperti ini akan mengatakan dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dan pedoman moral hingga mempertahankan pendirian Anda.
Teman yang beracun mampu menjadi manipulatif secara emosional, manipulatif dengan menunda afeksi, pasif proaktif, dan menempatkan dalam situasi yang tidak nyaman pada lingkungan sosial.
Mereka tak jarang memiliki harga diri yang rendah, dan melampiaskan rasa tak amannya pada teman-temannya. Sulit untuk mengatasi stres karena memiliki sahabat yang beracun.
Apabila merasa menjauh dari situasi sosial dengan perasaan lebih jelek daripada sewaktu tiba disana, ini saatnya mengambil langkah mundur untuk menilai persahabatan.
Sangat berhak dikelilingi oleh orang-orang yang menjadikan merasa baik, bukan orang-orang yang menjatuhkan. Ketika kita masih berteman dengan orang yang toxic, tak mengherankan jika kehidupan akan dikelilingi dilema, penuh drama, dan sakit hati.
Indikasi Apabila Bergaul dengan Orang Berbisa
Berbagai indikasi berikut ini dapat menjadi gejala apabila bergaul dengan orang berbisa (toxic), diantaranya yaitu :
- Pertemanan dengan Kondisi Tertentu
Dalam seluruh hubungan, wajib menerima kelebihan dan kekurangan tadi untuk menjadikan hubungannya sehat. Tetapi bila harus melakukan hal eksklusif untuk bisa berteman dengannya.
Seperti wajib menggunakan baju tertentu, wajib menjadi cewek seperti mereka. Berarti ada yang keliru dalam pertemanan tersebut. Padahal pertemanan yang baik artinya yang juga mendapatkan perbedaan. - Menyesal setelah bertemu dengannya
Sehabis bertemu teman, seharusnya menjadikan merasa lebih baik, suka, senang, dan tersegarkan balik. Tetapi kalau malah menjadi semakin menyesal selesainya bertemu dengan sahabat.
Misalnya kehilangan motivasi, menjadi insecure, duka, kurang percaya diri, terdapat baiknya untuk stop berteman dengannya. Ini sebenarnya jadi tanda jika orang tersebut toxic dan tak pantas jadi sahabat lagi. - Mengontrol korelasi dengan orang lain
Selain dengan teman yang satu ini, pasti punya korelasi dengan teman yang lain, pacar, serta famili. Teman toxic bakal membatasi dan mengontrol korelasi lain.
Biasanya mereka memberi komentar jika orang tadi tak baik, wajib dijauhi, dan ditinggalkan. Hal ini terkadang boleh dilakukan, apalagi jika orang lain yang kita dekati benar-benar toxic.
Namun bila teman tersebut melakukannya terus-menerus untuk segala korelasi, ini merupakan tanda jika dia sebenarnya toxic. - Menyalahkan
Bertengkar dalam korelasi pertemanan itu lumrah. Tetapi jikalau selalu merasa disalahkan, harus selalu jadi orang yang minta maaf, lebih baik berhenti berhubungan dengan sahabat toxic ini.
Saat ada duduk perkara, lebih adil ketika masing-masing mengakui kesalahannya dan meminta maaf, bukan malah saling menyalahkan dan berharap selalu satu pihak yang minta maaf. -
Mengkhianati Agama
Korelasi apapun harus didasari menggunakan rasa agama, sehingga sewaktu teman mengkhianati agama kita, mampu dikatakan jikalau beliau memang toxic dan wajib ditinggalkan.
Sesekali mungkin tak masalah, apalagi jika membocorkan rahasia demi kepentingan sendiri, seperti cerita perihal pengin menyakiti diri sendiri dan sahabat memberitahunya ke guru/orang tua untuk mencegahnya.
Tetapi bila rahasia selalu dibocorkan, apalagi digunakan untuk menyakiti dan menjatuhkan, ini memang tanda wajib meninggalkan teman toxic tersebut. - Orang lain Meminta Menjauhi Sahabat Eksklusif
Bila orang lain yang dipercaya, contohnya sahabat, teman, gebetan/pacar, hingga famili hingga minta kita untuk menjauhi teman itu, kita patut untuk mempertimbangkannya.
Apalagi jika sebab kita jadi berubah ke yang lebih jelek ketika beserta sahabat toxic ini. Krusial untuk menerima saran ini bukan dengan defensif, akan tetapi lebih menjadi introspeksi. - Selalu “memberi”, tetapi tak pernah “mendapatkan”
Pertemanan yang baik wajib perihal memberi dan menerima. Jika cuma satu orang terus yang memberi dan tak pernah mendapatkan, korelasi menjadi tak berimbang dan melelahkan.
Misalnya, selalu mendengarkan keluh kesah teman tadi, akan tetapi giliran memiliki problem, teman tersebut selalu tak ada waktu untuk mendengarkan.