Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana sikap orang tua ketika anak sedang tantrum.
Tantrum
Ketika anak sedang tantrum, sebagai orang tua atau pengasuh, sangat krusial untuk tetap damai dan sabar.
Tantrum merupakan bagian dari proses perkembangan emosional anak, tak jarang terjadi ketika mereka merasa frustrasi, kehabisan energi, atau tidak mampu mengekspresikan perasaan dengan baik.
Salah satu cara untuk mengatasi situasi ini ialah dengan memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan emosi mereka tanpa merasa dihakimi.
Menggunakan nada yang lembut dan tubuh yang terbuka dapat membantu anak merasa aman dan didengar.
Penting untuk mencoba memahami penyebab dibalik tantrum tadi. Apakah anak lelah, lapar, atau merasa kurang perhatian? Mencari akar masalah bisa membantu mencegah terjadinya tantrum di masa mendatang.
Ketika anak mulai tenang, ajak mereka berbicara wacana perasaan mereka dan ajarkan cara yang lebih sehat untuk mengatakan emosi.
Contohnya, mengajarkan anak buat mengatakan, ‘saya murka !’ atau ‘aku tidak senang ini!’ mampu menjadi langkah awal yang baik.
Dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka belajar mengelola emosi mereka dengan lebih baik seiring bertambahnya usia.
Ketika Anak sedang Tantrum
Tantrum pada anak merupakan kenyataan yang awam terjadi serta acapkali menjadikan orangtua terutama Ibu merasa resah serta stres. Namun, dengan pendekatan yang tepat, tantrum bisa disikapi dengan lebih santai dan bijaksana.
Berikut beberapa tips yang bisa membantu ketika anak sedang tantrum dengan lebih santai, diantaranya yaitu :
- Tetap bersikap bijak
Sewaktu menghadapi tantrum, sangat penting untuk tetap bersikap bijak dan tidak membiarkan emosi negatif menguasai diri.
Menjaga kenyamanan dan tidak merespons dengan marah atau frustasi, sebab dapat membantu meredakan situasi.
Anak cenderung meniru perilaku orangtua, sebagai akibatnya perilaku tenang dan rasional akan memberikan model yang baik bagi anak. - Mencoba memberi tahu anak
Cari tahu penyebab tantrum anak dengan bertanya pada diri sendiri apa yang mungkin mereka rasakan atau butuhkan.
Anak-anak sering kali tidak mampu mengungkapkan perasaan atau kebutuhan mereka menggunakan kata, sehingga tantrum bisa menjadi cara mereka berkomunikasi.
Perhatikan tanda-tanda fisik atau situasi yang memicu tantrum, seperti kelelahan, lapar, atau perubahan rutinitas.
Dengan mengetahui penyebabnya, bisa mengantisipasi dan mencegah tantrum di masa mendatang dan membantu anak belajar cara yang lebih baik untuk membicarakan kebutuhan mereka. - Menyadari bahwa tantrum artinya hal lumrah
Tantrum merupakan bagian normal dari perkembangan anak, terutama pada usia 1-3 tahun. Menyadari bahwa tantrum ialah hal yang masuk akal dan tidak mampu dihindari akan membantu lebih tenang ketika menghadapinya.
Penting untuk tahu bahwa tantrum bukanlah pertanda kegagalan atau duduk perkara besar. Peluang untuk membantu anak belajar mengelola emosi dan menemukan cara yang lebih efektif untuk mengekspresikan diri. -
Memperhatikan durasi tantrum
Menghitung durasi tantrum bisa membantu mengidentifikasi pola serta memahami situasi yang memicunya. Jika tantrum berlangsung terlalu lama atau terjadi sangat sering, ini mungkin menunjukkan adanya dilema yang perlu ditangani lebih fokus.
Memantau durasi tantrum juga membantu mengevaluasi efektivitas seni manajemen penanganan yang digunakan. - Membiarkan anak mengeluarkan emosinya
Biarkan anak mengeluarkan emosinya tanpa menghakimi atau menghentikannya secara paksa. Saat anak murka, menangis, atau berteriak, itu adalah cara mereka mengatasi perasaan yang kuat.
Menunda emosi hanya akan membuat anak merasa tidak didengar dan akan membentuk mereka merasa lebih frustasi. Biarkan anak mengekspresikan perasaan mereka pada lingkungan yang aman dan terkendali. - Menawarkan anak pelukan
Pelukan dapat memberikan rasa safety dan menenangkan bagi anak yang sedang mengalami tantrum. Pelukan bukan hanya indikasi afeksi, tetapi cara untuk meredakan ketegangan emosional.
Saat anak mulai hening, tawarkan pelukan sebagai bentuk dukungan dan penghiburan. Pelukan membantu mengurangi stres dan memberikan rasa koneksi emosional antara Ibu dan anak.
Bila anak menolak pelukan, hargai keinginan mereka namun tetap berada didekatnya untuk menyampaikan dukungan emosional.
Ini menunjukkan bahwa peduli serta siap membantu anak dalam mengatasi perasaan sulit. - Tenang dan berada dekat dengan anak
Tetap tenang serta berada dekat dengan anak saat mereka mengalami tantrum. Kehadiran fisik menyampaikan rasa aman dan nyaman, bahkan jika anak tidak ingin dipegang atau dipeluk di waktu itu.
Berada dekat tanpa memaksa hubungan memungkinkan anak untuk merasa didukung tanpa tekanan tambahan. Pantau dan pastikan tak melukai diri sendiri.
Kesabaran dan kehadiran akan membantu anak merasa lebih tenang serta dihargai.