Kesulitan dalam Mengelola Amarah

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai penyebab kesulitan dalam mengelola amarah.

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengelola emosi ciri-cirinya bisa dilihat secara fisik dan emosional. Saat sedang marah, maka jantung serta otot akan ditentukan secara langsung.

Oleh sebab itu, ciri fisik seseorang yang mengalami anger issue yaitu kenaikan tekanan darah yang relatif signifikan, detak jantung semakin tinggi, serta otot menjadi lebih tegang.

Sementara indikasi emosional yang timbul saat seseorang mengalami anger issue yaitu merasa putus harapan, acapkali merasa bersalah, tertekan berkepanjangan, serta mengalami perubahan suasana hati terlalu sering.

Kesulitan dalam Mengelola Amarah

Selain itu, ada rasa benci yang menyelimuti hati para penderita anger issue pada banyak hal. Tindakan yang umumnya dilakukan seseorang yang mempunyai gangguan kesulitan mengelola emosi yaitu murka pada hal sepele secara hiperbola.

Seseorang yang mengalami gangguan ini umumnya tidak dapat mengendalikan perasaan marahnya. Sehingga hal itu dapat mengakibatkan mereka spontan meluapkan amarahnya pada orang lain tanpa berpikir.

Apabila emosi mereka sudah mereda, umumnya mereka akan merasa bersalah kepada orang tersebut dan dibayangi oleh rasa penyesalan.

Penyebab Kesulitan dalam Mengelola Amarah

Berdasarkan banyak referensi, anger issue atau kesulitan dalam mengelola emosi yang menghasilkan seseorang menjadi mudah marah, bahkan untuk hal yang sepele dikarenakan beberapa faktor internal atau eksternal.

Berikut ini beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi penyebabnya diantaranya yaitu :

  1. Faktor Internal
    Ada berbagai macam faktor yang bisa memicu seseorang dengan masalah pengelolaan emosi tidak dapat menahan untuk meluapkan amarahnya. Salah satu pemicu yang paling umum merupakan faktor internal, diantaranya yaitu :
    – Attention deficit hyperactivity (ADHD)
    Kondisi yang bisa menjadi pemicu adanya kesulitan pada mengelola amarah yaitu ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity. Kondisi tersebut bisa membuat penderitanya menjadi lebih hiperaktif.
    Dimana seseorang yang mengalami ADHD akan mudah murka bila segala sesuatu tidak berjalan sinkron sesuai keinginannya.
    – Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
    Orang-orang yang mempunyai persoalan kesulitan dalam mengelola emosi kerap dikaitkan dengan persoalan kesehatan mental. salah satunya yaitu OCD atau Obsessive Compulsive Disorder.
    OCD artinya gangguan psikis yang bisa membuat penderitanya melakukan hal yang sama secara berulang kali. Termasuk murka-murka tanpa alasan khusus seperti gejala anger issue.
    – Depresi
    Keterpurukan dapat membentuk seorang menjadi depresi. Hal itu tak jarang membuat seseorang menjadi lebih mudah tersinggung. Bahkan untuk suatu hal yang sebenarnya tidak ditujukan untuk mereka.
    Hal itu sebab orang-orang yang memiliki dilema dengan depresi lebih mudah meledak-ledak, tidak hanya marah, tapi juga saat menangis.
  2. Faktor Eksternal

    Berikut ini beberapa faktor eksternal yang dapat menjadikan seseorang tidak terkendali bahkan berisiko melakukan kekerasan, diantaranya yaitu :
    – Suasana Duka 
    Suasana duka akibat kepergian orang terkasih memang akan memberikan sebuah pukulan yang tidak bisa ditahan oleh air mata. Saat kondisi tadi, mereka tentu akan menguatkan diri walaupun kenyataannya tidak sekuat itu.
    Oleh sebab itu, aneka macam hal yang tidak sejalan dengan impian mereka kerap membuatnya meluapkan segala emosi dengan cara marah-marah.
    – Kesedihan
    Kesedihan tidak selalu bisa diungkapkan dengan menangis saja. Pada beberapa kondisi, respon alamiah yang diberikan oleh tubuh mampu berupa amarah.
    Hal itu terjadi karena yang paling krusial bagi orang-orang yang terkena anger issue bisa meluapkan emosi yang sedang mereka rasakan.
    – Stress
    Tak bisa dipungkiri bahwa untuk memenuhi aneka macam tuntutan akan membuat kita tak dapat memikirkan hal lain lagi selain tuntutan itu sendiri. Di sisi lain, hal-hal mungil yang merusak pikiran bisa menjadi penyebab keluarnya duduk perkara kesulitan dalam mengelola amarah.

Perlunya Menerapkan Anger Management

Artikel kali ini akan membahas mengenai seberapa perlunya menerapkan anger management, atau mengendalikan rasa marah. Menghadapi hal-hal yang menyebalkan mungkin akan membuat menjadi lebih mudah emosi.

Alih-alih dapat menghadapi hal tersebut dengan lapang dada, justru terkadang kita memilih untuk marah-marah dan membuat suasana semakin buruk.

Jangan khawatir, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Salah satunya yaitu dengan mempelajari anger management atau mengendalikan amarah.

Pengertian Marah

Marah merupakan salah satu jenis emosi yang muncul karena adanya gangguan ataupun pertentangan. Sehingga hal tersebut menimbulkan rasa kecewa, kesal, sakit hati, dan frustasi.

Seseorang dapat marah kepada orang lain, peristiwa traumatis atau sebuah kondisi yang tidak sejalan dengan rencana, ataupun marah kepada permasalahan pribadi.

Menurut National Health Service, marah itu sama seperti emosi lainnya, yang mana bisa menimbulkan perubahan fisik dan juga psikologi. Ketika seseorang marah, maka akan ada berbagai kemungkinan gejala fisik yang tidak dapat dihindari.

Namun, beberapa tindakan, seperti membanting suatu barang ketika sedang marah atau mulai berkelahi, dapat kita hindari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menerapkan anger management.

Perlunya Menerapkan Anger Management

Perlunya Menerapkan Anger Management

Anger management merupakan tindakan untuk belajar dalam mengenali tanda-tanda yang ada di dalam diri ketika seseorang marah dan mengambil sebuah tindakan yang sehat dalam meluapkan emosinya.

Dengan kata lain, kita bisa mengartikan bahwa anger management merupakan cara mengendalikan rasa amarah, bukan menahan ataupun mencegah rasa marah tersebut.

Ketika sedang marah, maka secara alami tubuh akan menanggapi amarah itu secara agresif, karena merupakan sebuah bentuk perlawanan dan juga pertahanan diri.

Walaupun begitu, harus tetap mengingat untuk menghindari tindakan yang terlalu agresif seperti kekerasan fisik. Sebab, hal itu bisa berbahaya untuk orang lain dan juga diri sendiri.

Apabila tindakan tersebut terjadi, maka sudah pasti akan menyesal atas apa yang dilakukan. Perasaan menyesal itu dapat membuat jadi membenci diri sendiri.

Hingga pada akhirnya dapat berdampak buruk untuk kesehatan mental, seperti meningkatnya risiko depresi, tekanan darah tinggi, bahkan juga penyakit jantung.

Kemarahan atau emosi yang tidak diekspresikan dapat menimbulkan masalah baru. Seseorang yang sering memendam emosi mungkin akan menjadi pribadi yang lebih pasif-agresif atau memiliki rasa ingin balas dendam terkait hal yang dibenci.

Orang-orang yang suka memendam amarah dan menjadi seseorang yang pasif-agresif cenderung sulit untuk menjalin sebuah hubungan yang baik.

Hal itulah yang membuat sangat perlu menerapkan anger management dalam menghadapi berbagai masalah yang dapat memicu amarah.

Cara Menerapkan Anger Management

Supaya rasa marah tidak menjadi bumerang untuk diri sendiri, cobalah untuk mengikuti beberapa cara dalam mengendalikan amarah seperti di bawah ini:

  • Menerapkan Metode Time Out
    Metode ini dapat diterapkan pada diri sendiri sebagai sebuah langkah mengelola emosi. Tujuannya yaitu memberikan waktu untuk diri sendiri dalam menenangkan diri dari rasa marah yang dapat memicu stres.
    Metode ini dapat dilakukan saat permasalahan yang membuat naik pitam cukup sulit untuk diselesaikan. Sehingga, harus mencari tempat yang tenang, lalu duduk dengan tegak dan lakukan teknik pernapasan.
    Selain itu, juga bisa meredakan emosi dengan melakukan kegiatan lain, seperti olahraga.
  • Menenangkan diri sebelum mengungkapkan kata-kata yang menyakitkan
    Ketika sedang marah, kata-kata kasar yang bisa menyakiti hati orang lain seringkali terlontar, hal itu bisa diibaratkan sebagai korek api.
    Apabila kita menyulut korek api di dekat barang-barang yang mudah terbakar, maka kebakaran akan sangat mungkin terjadi.
    Apabila sedang marah dan mengeluarkan kata-kata kasar, orang yang dimarahi mungkin saja akan tersulut emosi. Hal itu bisa mengakibatkan suasana semakin panas dan masalah jadi semakin rumit.
    Untuk menerapkan anger management, sebaiknya menenangkan diri terlebih dahulu sebelum berbicara. Mungkin saja akan ada sedikit kelegaan saat kita meluapkan emosi menggunakan teguran yang kasar.
    Namun setelahnya, kita mungkin akan merasa menyesal karena tindakan tersebut dapat memperkeruh suasana.
  • Mengungkapkan kemarahan dengan cara yang baik
    Saat hati sudah mulai tenang, maka pikiran juga akan menjadi lebih jernih. Itu artinya, kita jadi bisa mengungkapkan amarah dengan ucapan yang tetap tegas namun tidak konfrontatif.
    Jika sudah seperti itu, orang yang kena marah akan mengetahui dan memahami penyebab kemarahan kita tanpa menyakiti perasaan mereka.
    Misalnya saja, saat kamu kesal melihat orang-orang yang meninggalkan piring kotor bekas makanan mereka di atas meja.
    Daripada kamu mengucapkan kata-kata yang cenderung kasar, maka lebih baik mengatakan “Tolong cuci piringmu ya, aku kesal kalau kamu menaruh piring kotor di atas meja”.

Tanda Memiliki Anger Issue

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai apa saja tanda seseorang memiliki anger issue. Anger issue merupakan pengendalian amarah dari diri seseorang.

Ada berbagai macam emosi, salah satunya yaitu emosi murka. Tetapi sesungguhnya, emosi murka itu bukan emosi yang seharusnya tak jarang dinikmati. Oleh sebab itu ada istilah anger issue atau persoalan pengendalian amarah yang bisa dimiliki.

Tanda-Tanda Memiliki Anger Issue

Tanda Memiliki Anger Issue

Berikut ini beberapa tanda seseorang memiliki anger issue yang mudah dibaca, seperti:

  1. MemilikiTanda-tanda Fisik
    Ketika seseorang dengan anger issue merasakan marah, maka emosi, mental, hingga fisik juga akan terganggu. Karena saat marah, tekanan darah dan jantung akan semakin tinggi.
    Hal ini yang menyebabkan otot didalam tubuh menjadi tegang berlebihan. Dalam waktu jangka panjang, amarah yang berlebihan ini dapat menyebabkan anxiety, kesulitan bernapas, sampai penyakit jantung dan stroke.
  2. Tidak tahan dengan kesalahan orang lain.
    Setiap orang orang pasti pernah berbuat salah, tetapi apabila seseorang dengan anger issue tidak akan tahan dengan kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Bahkan dengan masalah kecil sekalipun.
    Misalnya ketika marah dengan seseorang karena ketika pergi lupa membelikan titipan, maka akan marah, mendiamkan orang tersebut hingga membencinya.
    Tanda inilah yang paling jelas untuk seorang anger issue, karena  kesalahan tersebut tergolong kecil dan sangat tidak perlu untuk membenci orang lain.
    Hal seperti ini membuat orang lain menjadi berjaga-jaga dalam menjaga perasaan seorang anger issue tersebut agar tidak mudah murka.
  3. Respon lisan dan fisik yang lebih proaktif
    Seorang anger issue umumnya memiliki respon yang lebih proaktif terhadap marah yang dirasakan, baik respon secara lisan maupun fisik.
    Misalnya lebih proaktif secara ekspresi dengan teriak-teriak atau berbicara kotor, maupun respon proaktif secara fisik dengan memukul orang atau membanting sebuah barang.
    Respon proaktif ini dapat sangat berbahaya dan menjadikan dilema bagi orang lain, karena mampu membuat orang sekitar tidak ingin dekat dan berteman dengan seorang anger issue.
  4. Mudah terpancing kemarahan atau kekesalan

    Sangat wajar apabila merasa murka atau kesal terhadap sesuatu, tetapi bukan berarti merasakan hal itu setiap saat.
    Jadi jikalau kita merasa lebih acapkali murka atau kesal dibandingkan merasa suka, tenang, dan rileks, hal ini bisa jadi indikator kalau sebenarnya memiliki anger issue.
    Punya anger issue bukan cuma menjadikannya problem dengan diri sendiri (fisik atau mental), tapi kita pula bisa jadi punya korelasi yang enggak baik dengan orang-orang di kurang lebih kita.

  5. Banyak orang yang menjauhi
    Jikalau ada orang yang terus-terusan murka, tentu saja akan malas bersama orang tersebut. Sama seperti jikalau terus-terusan murka, otomatis orang-orang yang ada disekitar juga pasti tidak akan nyaman.
    Alhasil, mereka pasti tidak ingin berada dekat dengan seorang anger issue tersebut, menghindari sebisa mungkin, sampai menjauhi.
    Kita akan merasa apabila tidak ada orang yang ingin ngobrol lama, mengajak jalan, atau bahkan sekadar chat dan teleponan. Bahkan saat marah pasif (silent treatment), orang-orang juga akan menjauhi.

Bahkan orang-orang yang memiliki anger issue dan menyalurkannya secara fisik juga mampu mendapat duduk perkara hukum sebab perbuatannya yang tidak bertanggung jawab.

Demikian pembahasan mengenai tanda-tanda seseorang memiliki anger issue, hal ini wajib menjadi kewaspadaan bagi orang-orang terdekat, karena dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.