Dibutuhkan Balita Setelah Tantrum

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai apa saja yang dibutuhkan seorang balita setelah mengalami tantrum.

Tantrum artinya kondisi waktu seseorang anak memberikan ledakan kemarahan dan putus harapan yang tidak terkendali. Sesudah tantrum, terkadang balita mempunyai beberapa kekhawatiran.

Jangan lupa untuk memahami apa yang menjadi alasan dibalik tantrum, sebab bisa jadi anak tantrum karena tidak menerima perhatian serta ungkapan afeksi yang relatif dari orangtua.

Kekhawatiran yg umumnya timbul ialah perasaan tidak nyaman kepada orangtua serta muncul berbagai pertanyaan yang menyerupai.

Dibutuhkan Balita Setelah Tantrum

Setelah mengalami tantrum, biasanya balita membutuhkan beberapa hal ini untuk memvalidasi keadaan sekitarnya, berikut ini beberapa hal yang wajib orangtua perhatikan, diantaranya yaitu :

  • Kalimat bahwa orangtua masih menyayangi
    Anak yang butuh validasi bahwa orangtua masih menyayangi mereka ingin mendengarkan eksklusif ungkapan afeksi dari orangtua.
    Dalam hal ini, bisa menyampaikan kalimat kasih sayang sesudah anak tantrum untuk menyakinkan anak bahwa orangtua masih peduli.
    Sangat perlu untuk tetap meyakinkan mereka bahwa orangtua masih mengasihi mereka supaya mereka tak melakukan sikap yang lebih jelek lagi.
  • Kepastian bahwa orangtua masih mencintai mereka
    Sehabis anak tantrum, anak umumnya akan memikirkan beberapa pertanyaan di kepalanya, seperti apakah orangtua membencinya serta tidak menyayanginya lagi selesainya mereka tantrum atau mengamuk.
    Penting bagi orangtua untuk tetap memberi pemahaman pada anak serta menenangkannya bahwa orangtua masih mengasihi mereka bahkan selesainya mereka mengamuk.
    Dibutuhkan Balita Setelah TantrumHal ini penting dilakukan supaya balita tidak mengulangi perbuatannya sebab merasa orangtua menyayanginya dan sudah menerima apa yang dibutuhkan.
  • Tunjukkan bahwa kasih sayang orangtua tidaklah kondisional
    Balita butuh kepastian, mereka butuh tahu bahwa orangtua tetao menyayangi mereka apapun yang terjadi dan kasih sayang orangtua tidaklah kondisional.
    Beberapa orangtua khawatir bahwa menenangkan dan meyakinkan balita selesainya tantrum justru akan memperparah tantrumnya di lalu hari.
    Tapi balita sebenarnya juga tidak memilih untuk tantrum atau mengamuk. Tantrum terjadi karena otak balita masih berkembang dan hanya bertingkah sinkron umurnya.⁣
    Perlu memberikan bahwa afeksi orangtua tidaklah kondisional pada suatu kondisi eksklusif, akan tetapi menyakinkan anak bahwa orangtua mencintai anak pada keadaan apapun, terutama sesudah anak tantrum.
  • Kepastian bahwa orangtua tidak murka

    Apabila anak tantrum, jangan langsung marah. Hal ini ditakutkan oleh balita. Akan takut ketika orangtua akan memarahinya sehabis tantrum dan tidak menyayanginya lagi.
    Sebaiknya untuk bersikap damai serta dekati anak. Orangtua bisa menanyakan mengapa anak mengamuk dan tantrum. Dalam hal ini, orangtua mampu mempererat ikatan emosional dengan anak.
    Melalui pendekatan tersebut, anak bisa lebih terbuka mengungkapkan apa yang dirasakan dan dibutuhkan. Orangtua jua harus membantu anak mendapatkan apa yang beliau butuhkan.

  • Pelukan hangat
    Setelah tantrum anak perlahan mereda, berikan anak pelukan hangat untuk membantunya hening. Hal ini selain menenangkan anak pula menyakinkan anak bahwa orangtua tetap mengasihi mereka meskipun mereka tantrum.
    Pada pelukan hangat tersebut, ajak anak untuk berkata apa yang dirasakan dan tanya alasan dibalik tantrumnya.
    Orangtua pula mampu mengungkapkan bahwa sikap tadi tidaklah baik dan arahkan anak untuk belajar mengendalikan emosinya.
  • Kalimat-kalimat yang memahami perasaannya
    Tantrum pastinya mengeluarkan begitu poly energi. Dengan menanyakan apa yang terjadi sehingga balita melakukan tantrum. Orangtua bisa bertanya tentang apa yang diinginkan dan memahami perasaan mereka lebih dalam.
    Selalu coba untuk tahu posisi anak ketika mereka tantrum. Hal ini dikarenakan anak sebetulnya tidak mampu mengontrol serta mengekspresikan emosinya.
    Oleh karena itu didik anak perlahan agar mampu mengekspresikan emosi dengan bentuk yang lain.

Dengan memahami kebutuhan balita, orangtua dapat bersikap hangat, lembut, dan tegas dalam saat bersamaan.

Mengasah Kreativitas Anak Usia Dini

Pentingnya mengasah kreativitas anak usia dini, bisa membuat perilakunya menjadi lebih baik. Karena dengan terus mengasah kreativitasnya, semakin banyak ide yang muncul di kepala anak-anak dan semakin banyak mereka menemukan solusi atas ide-ide tersebut.

Mengasah Kreativitas Anak Usia Dini

 

Kreativitas merupakan hal yang penting untuk dikembangkan sedari dini. Ketika si Kecil tumbuh menjadi anak kreatif, ia dapat menyelesaikan masalah dengan baik, senang mempelajari hal baru, dan berpikir out of the box. Namun, mengasah kreativitas anak usia dini tidaklah selalu mudah.

Seorang Ibu perlu mengetahui cara-cara yang benar dalam mengembangkan kreativitas si Kecil, serta mengetahui apa saja manfaat yang akan ia dapat.

Cara Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini

Ibu mungkin bertanya-tanya, bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak usia dini? Tak sesulit yang Ibu kira, kok. Lewat kegiatan sehari-hari, Ibu bisa memanfaatkannya untuk mengembangkan kreativitas si Kecil. Apa saja?

1. Bermain
Bermain merupakan dunia si Kecil. Lewat bermain, kreativitas si Kecil akan terbentuk. Bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat, dapat menumbuhkan kreativitas si Kecil.

Misalnya saja lewat permainan menyusun balok kayu, si Kecil akan belajar bagaimana cara menyusun atau membangun balok kayu menjadi sebuah bentuk sesuai dengan imajinasinya. Atau bermain ayunan, bisa memunculkan imajinasi si Kecil saat ia berayun di udara, dan juga membantu melatih motorik kasar saat ia mengayunkan kakinya.

2. Kegiatan kreatif
Selain bermain, Ibu bisa mengasah kreativitas anak lewat kegiatan sehari-hari, seperti menggambar, melipat kertas, bermain game, bermain puzzle, bernyanyi, bercerita, dan masih banyak lagi.

Lakukan kegiatan yang beragam setiap harinya untuk memberikan pengalaman baru kepada si Kecil. Tak hanya membuat si Kecil bersemangat menjalani harinya, tetapi juga dapat meningkatkan atau merangsang imajinasi anak sehingga kreativitasnya semakin meningkat.

3. Mengajak si Kecil mengobrol
Luangkan waktu untuk mengajak si Kecil mengobrol. Tak hanya berguna untuk meningkatkan perbendaharaan kata-kata si Kecil, mengobrol juga akan membantu anak dalam memahami sesuatu.

Tak hanya mengobrol, Ibu juga juga dapat mengajak si Kecil melakukan kegiatan membaca bersama, membacakan mendongeng, bercerita pengalaman, mengajukan tanya jawab, bernyanyi, dan kegiatan lainnya yang merangsang si Kecil untuk berbicara dan mengungkapkan keingintahuannya.

Pentingnya Mengasah Kreativitas Anak Usia Dini

Mengasah kreativitas anak usia dini sangatlah penting sebagai bekal bagi masa depan si Kecil. Saat anak melakukan aktivitas berkreasi, baik itu menggambar, membuat prakarya, bermain musik, menari, berlatih drama, dan sebagainya, secara tidak langsung ia juga belajar banyak hal.

Berikut adalah 5 manfaat yang bisa dipelajari anak saat Ibu mengasah kreativitasnya sejak dini.

1. Keterampilan komunikasi meningkat

Saat anak berkreasi, ia harus mengomunikasikan kreasinya kepada orang lain. Misal, saat anak menggambar sesuatu, Ibu pasti akan bertanya, “Gambar apa itu?” Nah, si Kecil tentu harus mengungkapkan makna di balik kreasinya tersebut kepada Ibu.

Di sini, ia akan belajar untuk berkomunikasi dengan baik. Tak hanya kemampuan berbahasanya yang meningkat, tapi ia juga mengembangkan keterampilan mendengarkan orang lain, mengekspresikan perasaan, dan perhatian terhadap detail.

2. Meningkatkan rasa percaya diri

Si Kecil yang terbiasa mengasah kreativitasnya sejak dini, ia akan mengembangkan kemampuan untuk menemukan idenya sendiri. Hal ini akan membuatnya merasa puas dan bangga, yang berhubungan langsung dengan peningkatan rasa percaya diri.

Dari rasa percaya diri yang dimilikinya ini, si Kecil pun akan lebih berani dalam mengeksplorasi berbagai hal baru di sekitarnya. Ia akan tumbuh menjadi anak yang berani, tidak takut mencoba hal baru, dan adaptif dalam menerima perubahan.

3. Mengasah logika

Mengasah kreativitas anak sejak dini akan membuat si Kecil terbiasa untuk berpikir, membangun koneksi, menyelesaikan masalahnya, dan pada akhirnya mengasah logika. Bagaimana prinsipnya? Kegiatan kreatif pada dasarnya berisi banyak tantangan untuk diselesaikan dengan ide-ide. Ketika ia mencoba membuat sesuatu dan gagal, si Kecil akan berusaha mencoba berbagai solusi untuk mendapatkan hasil – paling tidak mendekati – yang diinginkannya. Cara berpikir ini membuat anak terbiasa berpikir secara logis dan bukan mengedepankan amarah.

4. Meningkatkan daya imajinasi

Anak-anak yang mengasah kreativitasnya sejak dini akan memiliki kemampuan berimajinasi yang lebih baik. Imajinasi ini penting sebagai bekal untuk masa depannya, karena imajinasi akan membantu seseorang dalam hal pembelajaran, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan diri.

Si Kecil yang sudah terlatih kreativitasnya sejak dini, tidak akan takut bereksperimen karena ia tahu bahwa orangtuanya akan selalu mendukung apapun pilihannya, bahkan ketika pilihannya di luar kelaziman sekalipun.

5. Meningkatkan koordinasi mata dan tangan

Saat anak berlatih mengasah kreativitas sejak dini, ia akan mengembangkan keterampilan motorik halus, yang salah satunya adalah koordinasi mata dan tangan. Misal, saat anak memegang pensil warna, membuat coretan, atau menggunting kertas, ia tak hanya mengembangkan ketangkasan, tetapi juga kemampuan menyeimbangkan apa yang dilihat dan dikerjakan oleh tangannya. Dalam jangka waktu tertentu, anak akan mampu membandingkan bahan atau ukuran berbeda dalam waktu singkat.

Mencegah Stunting Pada Anak

Pada artikel kali ini akan membahas bagaimana cara mencegah stunting pada anak. Stunting atau anak yang tinggi badannya pendek sebenarnya bukan masalah yang baru di dunia kesehatan. Di Indonesia, stunting adalah masalah gizi pada anak yang belum mampu dituntaskan dengan baik.

Mencegah Stunting Pada Anak

Buktinya, data Pemantauan Status Gizi (PSG) milik Kementerian Kesehatan RI membagikan bahwa jumlah anak pendek di Indonesia cukup tinggi. Terutama Bila jumlahnya dibandingkan menggunakan dilema gizi yg lain mirip anak kurus, gemuk, atau kurang gizi.

berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) yg dilakukan di tahun 2021, jumlah stunting di Indonesia merupakan lima,33 juta balita atau 24,4%. Jumlah ini turun berasal tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja, pemerintah menargetkan angka stunting pada Indonesia turun menjadi 14% pada tahun 2024 nanti.

Lantas, apakah stunting di anak memang mampu dicegah sejak dini? Tentu saja, pemerintah pun membuahkan pencegahan stunting menjadi acara prioritas demi memenuhi target yg telah ditetapkan.

Beberapa cara buat mencegah stunting dari panduan Penyelenggaraan Indonesia Sehat menggunakan Pendekatan keluarga diantaranya yaitu :

1. Mencegah stunting buat ibu hamil dan yang sedang bersalin

Memantau kesehatan di 1.000 hari pertama kehidupan bayi secara optimal dan penanganannya.
Melakukan investigasi kehamilan (Antenatal Care) secara rutin serta juga terencana.
mak melakukan proses persalinan pada fasilitas kesehatan, mirip puskesmas, bidan, maupun dokter.
anugerah makanan tinggi protein, kalori, serta mikronutrien di bayi (TKPM).
Orang tua wajib melakukan deteksi penyakit menular serta jua penyakit tak menular semenjak dini.
Menghilangkan kemungkinan anak terkena cacingan.
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan full.
Melakukan diskusi menggunakan dokter kandungan buat pencegahan stunting dengan baik.

2. Mencegah stunting buat anak balita

Memantau pertumbuhan serta perkembangan balita secara rutin.
pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita.
Orang tua harus melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
Memastikan anak mendapatkan pelayanan serta perawatan kesehatan yg optimal.
Berdiskusi dengan dokter anak buat menyesuaikan pencegahan stunting dengan kebiasaan anak agar hasilnya lebih aporisma.

3. Mencegah stunting buat anak usia sekolah

Memastikan asupan gizi harian anak terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya.
Mengedukasi anak tentang pengetahuan yang bekerjasama dengan kesehatan dan gizi secara perlahan dan memakai bahasa yang praktis dimengerti.

4. Mencegah stunting buat remaja

Sebenarnya, stunting pada remaja telah tak bisa diobati. tapi, masih ada beberapa perawatan yg bisa dilakukan ketika anak berusia 14 hingga 17 tahun, antara lain mirip:

Mengajarkan anak untuk terbiasa melakukan sikap hayati higienis dan Sehat (PHBS).
Memastikan anak mempunyai pola gizi yang seimbang.
Melarang anak buat merokok serta memakai narkoba.
Mengajarkan kesehatan reproduksi di anak.

5. Mencegah stunting buat dewasa muda

menaikkan pemahaman perihal keluarga Berencana (KB).
Melakukan investigasi penyakit menular dan tidak menular agar bisa terdeteksi sejak dini.
Selalu menerapkan perilaku hayati higienis Sehat (PHBS), pola gizi yang seimbang, tidak merokok, serta tidak menggunakan narkoba.
Selain itu, menurut strategi Nasional akselerasi penurunan stunting yang ditetapkan sang pemerintah, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

Memperhatikan asupan gizi serta nutrisi buat mak hamil serta menyusui, memperhatikan pola makan, serta mengkonsumsi jenis makanan yang beragam serta seimbang.
Melakukan investigasi kesehatan secara rutin buat ibu hamil, bayi, serta balita.
memberikan variasi makanan kepada anak agar si kecil terhindar berasal konflik susah makan.
Selalu menjaga sanitasi lingkungan tempat tinggal .
menerima edukasi ihwal stunting, pola asuh yg baik, serta asupan gizi dan nutrisi yang baik buat tumbuh kembang anak.
Melakukan vaksinasi lengkap sinkron dengan anjuran berasal Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) semenjak bayi lahir.

Jadi kesimpulannya, pencegahan stunting dapat dilakukan menggunakan memastikan calon ibu menerima asupan gizi yg baik. waktu anak telah lahir, pastikan anak mendapatkan asupan makanan yg berkualitas.

Bisakah Anak Stunting mendapatkan Pertumbuhan yang Normal?

Sayang sekali, stunting artinya gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan mirip semula. Ini berarti, waktu seseorang anak sudah dinyatakan stunting semenjak balita, pertumbuhannya akan terus melambat sampai beliau dewasa.

pada saat memasuki masa puber, anak tidak dapat mencapai pertumbuhan yg aporisma sebab sejak kecil telah terkena stunting. Meskipun asupan makanannya kaya akan gizi, tetapi pertumbuhannya tidak akan semaksimal anak-anak normal yang lain.

Meski begitu, anak harus permanen menerima asupan banyak sekali kuliner bergizi tinggi buat mencegah anak mengalami syarat yg semakin buruk serta gangguan pertumbuhannya semakin parah.

Kesimpulannya, Jika ingin mencegah stunting maka anak harus menerima nutrisi yang aporisma pada ketika awal-awal kehidupannya. Lebih tepatnya, selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Demikian pembahasan mengenai cara mencegah stunting pada anak. Semoga pembahasan pada artikel ini menyadarkan kita bila sebenarnya stunting merupakan konflik yang perlu diberi perhatian spesifik.

Mengenal Pengertian & Penyebab Stunting

Pada artikel kali ini akan mengenal lebih jauh pengertian dan penyebab stunting. Pertumbuhan anak bisa dipandang dari berat badan serta tingginya. Normalnya, ke 2 faktor ini berkembang bersama-sama seiring bertambahnya usia anak. Bila tidak, maka akan menyebabkan masalah kesehatan, salah satunya yaitu stunting.

Mengenal Pengertian & Penyebab Stunting

Belakangan ini tak jarang mendengar ibu-ibu yang mempunyai anak balita membicarakan stunting atau dari pembahasan para praktisi kesehatan pada media sosial. Hal ini lumrah, karena stunting pada anak wajib menjadi perhatian dan diwaspadai oleh orang tua.

Pengertian Stunting

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 72 Tahun 2021, Stunting ialah gangguan tumbuh kembang anak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi yang berulang. Gangguan ini ditandai  dengan tinggi badan yang berada dibawah standar yang sudah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Menurut Kementerian Kesehatan, stunting dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

  1. Stunted yaitu anak balita dengan nilai z-score kurang berasal -2.00 baku Deviasi.

  2. Severely stunted atau anak yang z-score-nya kurang asal -3.00 standar Deviasi.

Dengan kata lain, stunting ialah gangguan pertumbuhan pada balita sehingga perkembangan anak tidak sesuai (lebih pendek) dari standar serta dapat menimbulkan akibat dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Faktor utama yang dapat menyebabkan stunting adalah kurangnya nutrisi. Jadi mampu disimpulkan bahwa tubuh yang pendek merupakan ciri-ciri dari anak kekurangan gizi kronis. Namun perlu diingat, tidak semua anak yang pendek bisa diklaim stunting sedangkan anak stunting sudah pasti pendek.

Salah satu indikatornya ialah standar deviasi yang disebutkan sebelumnya. Ketika tinggi badannya kurang dari -2.00 standar deviasi, maka masuk kategori anak stunting. Hal ini harus benar-benar diperhatikan oleh orang tua, terutama bila kondisi ini terjadi pada anak yang usianya kurang dari dua tahun.

Penyebab Stunting Pada Anak

Stunting bisa diakibatkan oleh banyak faktor yang terjadi pada masa pertumbuhan balita. Namun, penyebab utamanya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Kurangnya asupan gizi pada masa kehamilan

WHO mengatakan bahwa 20% syarat stunting terjadi saat bayi masih berada didalam kandungan, penyebab utamanya adalah kurangnya asupan gizi pada masa kehamilan, sebagai akibatnya pertumbuhan janin didalam kandungan menjadi terhambat sampai setelah kelahiran. Maka dari itu, ibu hamil harus memastikan dirinya menerima asupan gizi serta nutrisi yang baik.

2. Kebutuhan gizi anak yang tak tercukupi

Penyebab ini bisa terjadi karena asupan gizi anak saat masih berusia kurang dari dua tahun tidak tercukupi. Asupan gizi ini meliputi makanan pendamping ASI (MPASI) yang kurang berkualitas, anak tidak diberikan ASI, hingga posisi menyusui yang kurang sempurna. Tidak hanya itu, banyak teori menyatakan bahwa asupan makanan yang kurang juga bisa sebagai salah satu faktor penyebab stunting. Terutama asupan makanan yang mengandung protein, mineral zinc, dan zat besi saat anak masih balita.

Stunting biasanya dimulai ketika anak masih berusia 3 bulan. Proses perkembangan ini lalu mulai melambat saat anak menginjak usia 3 tahun. Setelah itu, tinggi badan anak terus bertambah tetapi berada pada bawah standar penilaian tinggi badan sesuai umur (TB/U).Perlu anda ketahui bahwa ada sedikit perbedaan kondisi stunting pada anak usia 2 sampai 3 tahun dengan anak yang usianya lebih dari 3 tahun. Anak-anak berusia 2 hingga 3 tahun yang tinggi badannya dibawah standar mampu mendeskripsikan proses stunting yang sedang berlangsung.

Sedangkan pada anak yang usianya lebih dari 3 tahun, kondisi ini menunjukkan bahwa anak memang telah mengalami kegagalan pertumbuhan atau stunted.

3. Faktor penyebab lainnya

Selain 2 faktor diatas, terdapat beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan stunting pada anak, diantaranya yaitu :

  • Ibu kurang memiliki pengetahuan mengenai gizi sebelum hamil, ketika hamil, dan sehabis melahirkan
  • Akses pelayanan kesehatan yang terbatas, seperti layanan kehamilan serta setelahmelahirkan.
  • Akses air bersih dan sanitasi yang tidak merata
  • Makanan bergizi masih tergolong mahal sehingga tidak bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

Demikian pembahasan mengenal pengertian dan penyebab stunting, semoga  pembahasan diatas dapat menambah wawasan mengenai stunting, dan bermanfaat bagi yang membutuhkan informasi.