Faktor-faktor Kenakalan Remaja

Setelah membaca apa itu pengertian remaja dan bagaimana karakteristik remaja, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai faktor-faktor kenakalan remaja. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, diantaranya akan dijelaskan pada artikel dibawah ini.

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut santrock, sebagai berikut :

faktor-faktor kenakalan remaja

  1. Faktor Kepribadian

    Faktor kepribadian, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri remaja. Berkaitan dengan faktor kepribadian, kenakalan remaja selalu diasosiasikan dengan ciri perkembangan mereka yakni rasa ingin tahu, proses identifikasi agar terlihat seperti dewasa dan ingin terlihat gagah.

  2. Faktor Teman sebaya

    Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.Pada sebuah penelitian santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan regular dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.

  3. Faktor Orang tua

    Pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

  4. Kontrol Diri dalam faktor-faktor kenakalan remaja

    Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Hasil penelitian yang dilakukan Santrock, menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh orangtua yang efektif di masa kanak- kanak berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki keterampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

  5. Faktor Usia

    Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.

  6. Jenis Kelamin dalam faktor-faktor kenakalan remaja

    Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Menurut catatan kepolisian, pada umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.

  7. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

    Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan disekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.

  8. Kelas Sosial ekonomi

    Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50:1 (Kartono, 2003).

  9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

    Faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Terdapat banyak referensi mengenai pembagian bentuk-bentuk kenakalan remaja. Yuk kita bahas bentuk-bentuk kenakalan remaja menurut Kartono dibawah ini.

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, bentuk perilaku yang dikemukakan dibagi berdasarkan faktor penyebab dan ciri-ciri tingkah laku yang ditimbulkan, yaitu :

Kenakalan Terisolir (Delinkuensi terisolir)

Merupakan kelompok dengan jumlah terbesar dari remaja nakal, pada umumnya remaja nakal tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal remaja didorong oleh faktor-faktor berikut :

  1. Keinginan meniru dan ingin menyesuaikan diri dengan kumpulannya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.
  2. Remaja nakal kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya geng-geng kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung.
  3. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat pengakuan dan prestasi tertentu .
  4. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi

Delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya. Namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.

Kenakalan Neurotik (Delinkuensi neurotic)

Pada umumnya, remaja nakal tingkat ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, misalnya berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah :

  1. Perilaku nakal yang bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal.
  2. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya.
  3. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya.
  4. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.
  5. Remaja yang memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
  6. Motif kejahatannya berbeda-beda.
  7. Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).

Kenakalan Psikotik (Delinkuensi psikopatik)

Delikuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah :

  1. Remaja ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan mereka.
  2. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
  3. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Pada umumnya mereka sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
  4. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku.
  5. Mereka sangat egois, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab.

Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral)

Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif diantara para penjahat, diantaranya para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20% yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.