Penyebab Anak Menjadi Introvert

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai apa saja kesalahan orang tua yang menjadi penyebab seorang anak menjadi introvert. Mempunyai anak dengan kepribadian introvert sebenarnya bukan berarti terdapat yang salah.

Namun terkadang ini mampu mempengaruhi agama diri anak. Introvert ialah salah satu tipe kepribadian yang memiliki cara tidak sama dalam bersosialisasi.

Penyebab Anak Menjadi Introvert

Tetapi, tanpa disadari melakukan kesalahan yang menghasilkan anak introvert, merasa stress, dan bahkan mengganggu kepercayaan dirinya.

Penyebab Anak Menjadi Introvert

Berikut ini beberapa kesalahan orang tua yang menjadi penyebab anak menjadi introvert, diantaranya yaitu :

  • Membanding-bandingkan anak
    Membandingkan anak introvert dengan anak lain, apalagi anak ekstrovert, ialah salah satu kesalahan yang tak jarang dilakukan orang tua dalam mengasuh anak.
    Perbandingan tersebut dapat menurunkan harga diri dan melukai ego anak introvert, karena merasa jadi merasa minder.
    Usahakan untuk menghindari membandingkan anak introvert dengan sahabat-sahabat sebayanya. Anak-anak introvert wajib dibesarkan dan diterima apa adanya supaya merasa terkoneksi dengan lingkungan sosialnya.
  • Memberi julukan ‘anak pemalu’
    Seringkali kali orang tua melakukan kesalahan ketika mengenalkan anak, yakni memberi julukan dengan adjektiva seperti ‘pemalu’ dan ‘pendiam’. Ini umumnya dilakukan saat memperkenalkan anak kepada orang lain.
    Meskipun awalnya terlihat biasa saja, kelamaan ini bisa merampas kepercayaan diri anak. Perkenalan tersebut menempatkan anak di situasi canggung yang berujung pada kecemasan sosial, di mana mereka tidak bisa memanfaatkan situasi apa pun dengan sebaik-baiknya.
  • Jarang menghabiskan waktu bersama
    Tidak menghabiskan waktu berkualitas dengan anak-anak akan berdampak negatif pada mereka. Terutama di anak introvert, mereka membutuhkan waktu berkualitas dari orang tua di sela-sela kesibukan.
    Waktu berkualitas berarti orang tua wajib ‘hadir’ secara fisik serta mental untuk mendengarkan, menjawab pertanyaan, serta menunjukkan minat aktif pada aktivitas mereka.
  • Tidak mau mendengarkan dan memahami
    Orang tua perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan memahami apa yang anak rasakan dan inginkan. Hal ini akan membantu membangun hubungan yang bertenaga serta saling percaya antara orang tua serta anak.
    Jika potensi anak diabaikan, bukan tak mungkin mereka justru jadi semakin merasa keberadaannya tidak dihargai.
  • Mempermalukan anak introvert sebab tidak sinkron

    Orang tua pula seringkali kali mengeluh tentang anaknya serta tanpa sadar mempermalukannya di depan orang lain karena ‘tidak selaras’.
    Hingga mengolok-olok anak yang memiliki kepribadian introvert bisa meninggalkan akibat traumatis yang mendalam di psikis anak.
    Daripada mempermalukan anak introvert sebab tidak sinkron, lebih baik orang tua mencoba belajar tahu kepribadiannya dan menghasilkan anak menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya.

  • Berusaha mengganti sikap anak
    Daripada menganggapnya menjadi sesuatu yang salah, pahami kepribadian mereka dan bantu mereka mengerti juga. Sampaikan pada anak bahwa menjadi seorang introvert tidak apa-apa serta bukanlah masalah.
    Dapat membantu anak memahami, mendapatkan kepribadian, dan menjalani hidup mereka sepenuhnya. Dampingi anak sedemikian rupa sehingga anak dapat mencapai potensi terbaiknya.
  • Tidak mengajarkan keterampilan sosial
    Meskipun anak introvert biasanya tidak senang bersosialisasi dengan banyak orang, mereka tetap perlu belajar keterampilan sosial.
    Orang tua dapat membantu anak belajar berkomunikasi dengan baik, membangun hubungan, serta merampungkan perseteruan.
  • Tidak mendukung kreativitas anak
    Seorang introvert tak jarang kali dianugerahi banyak talenta kreatif seperti melukis, menulis, serta mengarang. Mereka secara alami diberkahi dengan pengamatan yang tajam dan kemampuan kreatif.
    Sayangnya, tidak sedikit orang tua menduga anak-anak yang sibuk sendiri serta enggan bersosialisasi merupakan sesuatu yang memalukan.
    Jangan mengecilkan perasaan anak apabila memang mereka introvert serta suka melukis, menulis, atau memainkan indera musik.
    Dorong potensi kreatif mereka dengan bergabung pada komunitas serupa agar mereka merasa terhubung dan dihargai.
  • Jangan Terlalu banyak memberi kritik
    Memberi kritik terlalu banyak hanya akan membentuk anak jadi merasa rendah diri serta tidak percaya diri. Orang tua perlu menghargai kepribadian anak serta membantu mereka menyebarkan potensi diri mereka sendiri.

Dengan memahami kebutuhan dan ciri anak, orang tua bisa membantu anak tumbuh kembang dengan bahagia. Dengan mengetahui serta mendukung anak introvert, orang tua dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang sukses dan bahagia.

Menjamin Masa Depan Anak

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana membantu menjamin masa depan seorang anak. Setiap orang tua tentu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Menjamin Masa Depan Anak

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menstimulasi otak anak dengan berbagai hal, termasuk melalui aktivitas sehari-hari. Meskipun tampaknya seorang bayi belum mengerti, tetapi selalu mempelajari hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.

Oleh sebab itu, orang tua bisa memanfaatkan momen tersebut sebagai kesempatan belajar yang luar biasa. Berikut ini terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membantu menjamin masa depan seorang anak.

Tips Menjamin Masa Depan Anak

Berikut ini terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membantu menjamin masa depan seorang anak, diantaranya yaitu :

  • Menggunakan pengalaman sehari-hari sebagai kesempatan belajar
    Setiap pengalaman hidup adalah tentang belajar. Meskipun sewaktu mandi, menyortir cucian, memasak, atau menjalankan tugas, kegiatan ini adalah momen pembelajaran yang luar biasa.
    Ceritakan apa yang sedang dilakukan untuk merangsang bahasa. Menghitung dan menyortir cucian merupakan cara mengajarkan matematika sederhana, dan bermain dengan bahan dan tekstur makanan dapat mendorong pemikiran ilmiah.
    Jangan lupa perlihatkan wajah yang ekspresif untuk menunjukkan emosi yang berbeda sebagai cara mengajarkan kecerdasan emosional.
  • Beri contoh dari sikap sehari-hari
    Bayi adalah peniru yang jenius. Mereka akan meniru semua hal yang dilihat. Bayi sangat ahli dalam membaca wajah dan sikap non-verbal dan belajar untuk menirunya.
    Dengan memperhatikan bahasa tubuh, bagaimana memperlakukan orang lain atau bagaimana bereaksi terhadap suatu tantangan, bayi akan mencontoh sikap dan tindakan ini sendiri.
    Termasuk ketika orang tuanya berteriak, akan ditiru oleh bayi.
  • Ajak bayi berbicara dengan penuh perhatian

    Suara dan gerakan yang dilakukan bayi mungkin tidak selalu terlihat menarik, tetapi itu adalah satu-satunya bentuk komunikasi mereka.
    Orang tua perlu merangsang bicara bayi dan memperlakukannya sebagai percakapan nyata.
    Orang tua harus menanggapi suara, isyarat, dan tindakan bayi, dan terlibat dengan mereka sepanjang hari.
    Banyaknya kata yang dipaparkan bayi akan menentukan jumlah kata dalam perbendaharaan kata anak pada usia 2 tahun dan tingkat membaca anak nantinya.
    Tanggapi ocehan bayi dengan serius dan dorong ia untuk berkomunikasi.

  • Bermain dengan serius
    Anak kecil akan belajar sepanjang waktu. Saat mereka bermain, mereka membangun keterampilan hidup yang penting.
    Permainan pura-pura memungkinkan mereka mengalami bagaimana rasanya menjadi orang lain dan memahami perasaan orang lain. Ketika bermain dengan orang lain, belajar berkompromi dan bergiliran.
    Terlibat dalam permainan bebas imajinatif, seperti berpura-pura kereta mainan dapat melintasi ruang angkasa, memicu kreativitas dan bahasa saat belajar mengekspresikan ide secara verbal.
    Saat membayangkan dunia baru, anak kecil belajar memecahkan masalah dan menciptakan kemungkinan baru. Bermain dengan serius karena bermain adalah pembelajaran yang serius.
    Hindari terlalu sering menggunakan gadget saat bermain dengan anak, karena menurut penelitian, anak jadi merasa dirinya kurang penting.
  • Membacakan buku untuk bayi

    Bayi mungkin belum berbicara atau membaca, tetapi mereka dilahirkan siap untuk belajar. Bahkan pada usia 3 bulan, mereka dapat membedakan setiap bunyi yang digunakan dalam setiap bahasa di seluruh dunia.
    Setiap kali membacakan dengan lantang untuk bayi, sedang membangun keterampilan bahasa. Pastikan untuk menunjuk gambar-gambar di buku dan ajukan pertanyaan tentang cerita dan karakternya.
    Pertanyaan sederhana seperti “apa yang mereka kenakan?” dan “ada berapa?” akan melibatkan keterampilan bahasa anak.
    Membaca untuk bayi tidak hanya memaparkan mereka pada kata-kata baru tetapi juga menciptakan kecintaan pada buku dan membaca.

Memberi anak hal terbaik untuk kesuksesan di masa depan tidak ada hubungannya dengan uang atau sumber belajar yang berlebihan. Yang paling penting adalah hubungannya dengan orang tua, waktu, dan tingkat keterlibatan orang tua.

Skema Menghadapi Anak Teriak

Salah satu tantangan yang acapkali dihadapi adalah skema menghadapi ketika anak seringkali teriak. Anak teriak mungkin akan membentuk suasana tempat tinggal menjadi tidak nyaman dan jua akan menghipnotis emosi orang tua.

Skema Menghadapi Anak Teriak

Dalam menghadapi masalah ini, terdapat beberapa skema yang bisa kita terapkan sebagai orang tua. Meredakan emosi sebagai orang tua. Saat anak teriak, jangan eksklusif terpancing emosi kita serta murka terhadapnya.

Sebagai orang dewasa, kita harus bisa mengendalikan emosi serta tetap hening dalam menghadapi anak yg sedang teriak. dengan begitu, kita bisa berpikir secara rasional serta menemukan solusi yang tepat.

Menjadi orang tua, wajib berkomunikasi dengan anak dan mencoba tahu apa yang sedang dirasakan anak. Sebab dengan mengetahui penyebab dari perilaku teriak anak, dapat mencari solusi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

Krusial untuk menyampaikan model yang baik pada anak. Jika tak jarang teriak dan memarahi anak, maka anak pula cenderung mengikuti sikap yang serupa. Kebalikannya, bila kita memberikan sikap yang hening serta tabah saat menghadapi anak yang teriak, anak pula akan belajar untuk mengendalikan emosinya.

Mencari tahu penyebab dari perilaku anak yang seringkali teriak. Mungkin ada masalah atau kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga menghasilkan anak merasa putus harapan serta akhirnya teriak. Berikut ini beberapa skema yg bisa dicoba, yaitu :

Skema Menghadapi Anak Teriak

  • Tetap Tenang serta Sabar
    Saat anak teriak, penting untuk tetap damai dan tabah. Teriakan bisa menghasilkan orang tua merasa terancam atau frustrasi, namun merespon dengan marah hanya akan memperburuk situasi.
    Ambil napas dalam-dalam, pertahankan kenyamanan, dan menunjukkan contoh positif.
  • Pahami Penyebab Teriakan

    Anak mungkin teriak menjadi bentuk aktualisasi diri emosional atau sebab kesulitan berkomunikasi. Dengan memahami penyebabnya, orang tua dapat menanggapi dengan lebih tepat.

  • Mengajarkan Anak Cara Berkomunikasi yang Baik
    Mungkin anak belum memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, serta teriak ialah cara mereka berkata ketidaknyamanan atau frustasi.
    Orang tua bisa mengajarkan anak cara menyampaikan perasaan mereka dengan istilah. Berikan model kalimat yang baik serta bantu mereka tahu pentingnya berbicara menggunakan sopan.
  • Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
    Pastikan bahwa lingkungan di lebih anak mendukung perkembangannya. Beberapa anak teriak karena merasa tidak nyaman atau tak aman. Pastikan mereka mempunyai ruang yang nyaman dan penuh dengan dukungan emosional.
  • Memberikan Perhatian Penuh saat Berbicara
    Ketika anak teriak, berikan perhatian penuh ketika berbicara dengannya. Duduk di dekatnya, lihatlah matanya, serta tunjukkan bahwa benar-benar mendengarkan. Ini dapat membantu anak merasa didengar serta dipahami, yang mampu mengurangi kebutuhan untuk teriak.
  • Berikan Pilihan untuk Mengatasi Frustrasi
    Memberikan anak pilihan untuk mengatasi frustrasi mereka tanpa perlu teriak. Misalnya, Menawarkan aktivitas lain yang bisa mereka pilih. Ini dapat membantu anak merasa lebih berdaya serta mengajarkan mereka keterampilan pengelolaan emosi.
  • Melibatkan Anak dalam Pembuatan Aturan
    Biarkan mereka menyampaikan masukan dan merasa memiliki tanggung jawab terhadap sikap mereka. Ini dapat meningkatkan rasa kontrol serta kepatuhan mereka terhadap aturan yang sudah ditetapkan.
  • Mencari Bantuan Jika Dibutuhkan

    Bila teriakan anak terus berlanjut atau tampaknya sebagai problem yang lebih akbar, pertimbangkan untuk mencari bantuan orang lain maupun tenaga profesional.
    Seseorang konselor atau psikolog anak bisa memberikan pandangan yang lebih mendalam mengenai masalah tersebut serta memberikan seni manajemen yang lebih spesifik.

  • Pujian atas perilaku Positif
    Saat anak memberikan sikap yang diinginkan, berikan pujian. Anak yg menerima kebanggaan atas tindakan positifnya lebih mungkin melanjutkan sikap tadi. Dapat menciptakan pola positif serta mengurangi kebiasaan teriak.

Menghadapi anak yang suka teriak membutuhkan kesabaran, pengertian, serta pendekatan yang bijak. Pendekatan yang efektif akan berbeda untuk setiap situasi.

Dengan komitmen untuk mendukung perkembangan anak, orang tua bisa menciptakan hubungan yang sehat dan harmonis dengan mereka. Dalam menghadapi anak teriak, kesabaran dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangatlah krusial.

Menerapkan skema ini dapat mengatasi duduk perkara anak yang sering teriak secara efektif serta tetap menjaga hubungan yang serasi antara orang tua dan anak. Ingat bahwa anak adalah hadiah yang wajib dirawat dan dididik dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Cara Meningkatkan Literasi Anak

Terdapat banyak cara untuk meningkatkan literasi anak, namun sangat perlu diketahui terlebih dahulu pemahaman mengenai apa itu literasi.

Menurut World Economic Forum, literasi merupakan proses yang melibatkan pembentukan makna pada materi-materi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Materi-materi tersebut bisa berbentuk visual, tertulis, suara, nyanyian, atau gambar. Definisinya beragam tergantung pada budaya, nilai personal, maupun teori tertentu.

The Melbourne Institute of Applied Economic and Social Research mengemukakan bahwa kebiasaan membaca sehari-hari pada anak-anak dapat mengembangkan hasil pembelajaran di sekolah, terlepas dari latar belakang keluarga dan lingkungan di rumah.

Hasil program PISA dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) juga mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan kuat antara orang tua yang memberikan cerita-cerita dan kebiasaan membaca pada anak di usia dini dan kemampuan membaca anak di usia 15 tahun.

Cara Meningkatkan Literasi Anak

Lalu, bagaimana cara meningkatkan literasi anak?

Terdapat beberapa hal mudah yang dapat dilakukan orang tua untuk meningkatkan literasi dan pembelajaran yang lebih tinggi pada anak-anak. Diantaranya yaitu.

  1. Jangan menunggu.

    Bacalah apa yang Anda bisa dengan kuat dan jelas sehingga anak dapat mendengarnya. Anak-anak menjadi terbiasa dengan suara Anda dan nada bahasa yang Anda gunakan saat pendengaran mereka sedang berkembang.

  2. Berbagi cerita saat makan bersama.

    Berilah pertanyaan seperti: “Hari ini apa saja yang kamu lakukan?”. Atau berilah pertanyaan yang merangsang anak untuk mengidentifikasi karakter, masalah, dan penyelesaian, seperti: “Mengapa banyak semut di antara remah-remah roti?” Hal-hal kecil seperti itu dapat membuatnya berpikir, bertanya, dan mencari jawaban. Selain itu, cerita lisan juga merupakan jembatan sebelum ia memulai cerita tertulis nantinya.

  3. Rekam atau tulis cerita-cerita anakmu di ponsel.

    Ubahlah cerita itu menjadi buku, atau animasi (dengan aplikasi). Anak-anak akan melihat bahwa cerita lisan mereka menjadi terdokumentasi. Cerita-cerita ini nantinya bisa ditinjau lagi untuk memperkuat pembelajaran kata-kata, struktur cerita, maupun tata bahasa.

  4. Bercerita tentang pengalaman mereka.

    Minta mereka untuk menceritakan hal yang telah mereka selesaikan, telah mereka lihat, baca, atau dengar. Riset menunjukkan, bahasa lisan anak-anak mendukung pengembangan literasinya, begitu juga sebaliknya.

  5. Bimbing anak melalui permainan literasi.

    Misalnya permainan susun balok alfabet, permainan menghitung, permainan membaca, permainan mewarnai, atau bahkan eksperimen sains sederhana. Kini kita dapat dengan mudah menemukan referensi permainan yang mengasyikkan dan mengedukasi di internet.

  6. Buku, buku, dan buku.

    Untuk bayi dan balita, mulailah dengan buku mengenal bagian-bagian tubuh sederhana, atau mengenalkannya pada binatang-binatang, buku cerita dongeng, dan hal-hal yang paling dekat dengannya yang mengundang interaktivitas si bayi (misal: kenalkan bayi pada dot susu, pada makanannya, dan lain-lain). Jika dirasa sudah mahir, lanjutkan ke buku-buku yang meningkatkan level pengetahuannya. Sambil membacakan buku cerita, orang tua dapat sambil bertanya, “Setelah ini kancil pergi ke mana ya?”. Hal ini dapat merangsang rasa penasaran anak.

  7. Berbicara tentang kata.

    Buatlah kata-kata itu selogis dan serasional mungkin kepada anak. Contohnya, ketika menyebut kata meja, tunjukkanlah wujud meja itu. Ketika menyebut bunyi ayam, tunjukkanlah suara ayam. Dengan begitu, si anak akan mengenal banyak kata-kata dan meningkatkan pemahamannya pada konteks kata-kata yang digunakan pada suatu topik.

  8. Libatkan anak-anak di aktivitas Anda yang menggunakan kemampuan literasi.

    Misal, ketika Anda memiliki daftar belanjaan, ajak anak Anda untuk ikut membuat daftar belanjaan dan mengajaknya ke pasar. Jelaskan apa yang Anda lakukan dan ajak anak untuk ikut berpartisipasi. Semisal saat sedang membeli buah mangga. Buatlah ia turut berinteraksi dengan penjual. Ini merupakan cara seru untuk meningkatkan literasi anak.

  9. Ajaklah ia ke perpustakaan daerah atau TBM yang ada di sekitar tempat tinggal.

    Saat ini terdapat banyak sekali taman bacaan masyarakat (TBM) yang ada di Indonesia. Mereka memiliki banyak program untuk anak dengan pembelajaran yang mengasyikkan. Perpustakaan daerah maupun toko buku juga dapat memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan kemampuan literasi anak, dengan bimbingan dan arahan dari orang tua.

Demikian pembahasan mengenai cara meningkatkan literasi pada anak. Semoga dengan adanya tulisan ini dapat menginspirasi para orangtua untuk terus semangat menambah literasi bagi anak-anaknya.

Disfungsi Keluarga dan Akibatnya

Pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai disfungsi keluarga dan akibatnya. Peran keluarga sangat penting dalam kehidupan seorang individu apalagi seorang anak. Akan terjadi banyak sekali masalah jika seorang anak mengalami disfungsi keluarga dalam hidupnya. Berikut ini diberikan contoh kasus disfungsi keluarga, dan apa fungsi keluarga serta karakteristik keluarga disfungsi.

Rio sedang menikmati satu linting ganja di rumah pamannya saat polisi datang menggerebek rumah tersebut. Ia, paman, dan dua orang teman pamannya itu sedang berpesta. Rio tinggal bersama ibunya yang merupakan orang tua tunggal. Ayah dan ibunya bercerai sejak usianya 10 tahun dan telah menikah lagi. Semenjak mengkonsumsi narkoba, Rio kerap menjual barang-barang rumah tangga di rumah milik ibunya seperti gas, tv, dan barang lainnya. Ia mengaku rumah nya kemalingan agar ibunya tidak curiga.

Sementara itu, Nia, 17 tahun, telah menjalani rehabilitasi sosial selama satu bulan di Balai Rehabiilitasi Sosial Anak. Dia dan dua temannya dibawa ke Balai karena terlibat dalam prostitusi online yang melibatkan anak di bawah umur, termasuk dirinya. Sama seperti Rio, ayah dan ibu Nia sudah lama berpisah. Ia diasuh oleh neneknya sejak usia nya 5 tahun. Ibu dan ayahnya sudah menikah lagi dan memiliki keluarga masing-masing. Ia mengaku terpaksa terlibat prostitusi karena butuh uang untuk menghidupi dirinya sendiri. Sejak neneknya meninggal dua tahun lalu, Nia tinggal sendiri dikos-kosan, oleh karena itu dia butuh uang agar bisa bertahan hidup.

Di sisi lain, ada Dio, 16 tahun, yang sudah hidup di jalan sejak dua tahun lalu. Dio memutuskan keluar dari rumah karena tidak tahan atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Ia dan adik-adiknya menyaksikan kekerasan yang dilakukan ayah kepada ibunya. Ia bahkan masih ingat bagaimana ayahnya membenturkan kepalanya ke tembok karena ia membela ibunya. Sebelum tinggal di jalan, Dio tinggal di rumah neneknya. Ia kerap mencoba menghubungi ayah atau ibunya untuk sekedar meminta uang jajan. Terakhir ia meminta uang Rp. 50.000 untuk berobat namun tidak digubris. Kekecewaan ini akhirnya membuat Dio memutuskan untuk mengurus hidupnya sendiri dengan turun ke jalan dan menjadi pengamen, uangnya ia gunakan untuk makan, membeli rokok, dan juga membeli obat-obatan terlarang seperti eksimer.

Tiga kasus di atas memiliki satu persamaan, yaitu sama-sama memiliki keluarga yang disfungsional dan lingkungan yang mendukung perilaku negatif. Anak-anak pada kasus di atas berasal dari keluarga dengan latar belakang yang tidak kondusif untuk perkembangan mereka. Dua anak berasal dari keluarga broken home, sedangkan satu anak (walaupun kedua orang tuanya masih bersama) memiliki orang tua yang abusive.

Pada hakikatnya, keluarga adalah unit sosial terkecil yang bertanggung jawab pada stabilitas dan kontinuitas suatu masyarakat. Keluarga menjadi cikal bakal komunitas yang besar. Sulit membayangkan bagaimana suatu komunitas atau masyarakat dapat terbentuk atau bertahan tanpa adanya keluarga.

Disfungsi Keluarga dan Akibatnya

Fungsi Keluarga

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), terdapat delapan fungsi keluarga yang menjadi prasyarat, acuan, dan pola hidup setiap keluarga untuk mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi, ekonomi, dan lingkungan.

  • Fungsi agama
    Keluarga adalah tempat penanaman nilai agama sejak dini agar anak tumbuh menjadi karakter yang agamais, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga juga menjadi tempat pengenalan nilai-nilai budaya bangsa yang sarat akan nilai dan adab ketimuran. Anak kelak akan tumbuh menjadi warga negara Indonesia, dan ini akan melekat padanya, sehingga ia harus memahami bagaimana budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsanya sendiri.
  • Fungsi cinta dan kasih sayang.
    Afeksi dari orang tua adalah kebutuhan paling utama bagi anak-anak. Interaksi yang saling menyayangi dan penuh kasih antar keluarga akan menjadikan keluarga dan rumah sebagai tempat paling berharga bagi anak.
  • Fungsi perlindungan
    Keluarga adalah tempat berlindung dan pelindung paling utama. Anak seharusnya merasakan rasa aman dan nyaman saat bersama keluarga.
  • Fungsi sosialisasi
    Keluarga juga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak. Di sini lah fungsi keluarga sangat dibutuhkan. Fungsi sosialisasi yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan anak yang cerdas secara kognitif dan membentuk peribadi yang berkarakter mulia.
  • Fungsi lingkungan
    Yaitu fungsi mempromosikan dan mendorong kesadaran anak akan  pentingnya lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.
  • Fungsi reproduksi
    Keluarga menjadi tempat untuk memperkenalkan dan menanamkan fungsi reproduksi. Reproduksi yang sehat dan terencana akan melahirkan generasi penerus yang baik dan berkualitas.
  • Fungsi ekonomi
    Orangtua wajib memberikan nafkah atau memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi. Keluarga juga merupakan tempat untuk membina dan menanamkan nilai-nilai keuangan. Tidak hanya itu, keluarga diharapkan dapat membina perencanaan keuangan keluarga sehingga terwujud keluarga yang sejahtera.

Apabila keluarga tidak mampu menerapkan fungsi-fungsi di atas, maka keluarga tersebut dapat dikatakan mengalami disfungsi yang berpotensi merusak kekokohan keluarga yang pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembang, dan kepribadian anak.

Karakteristik Keluarga Disfungsi

Menurut Hawari (2004) terdapat beberapa karakteristik keluarga disfungsional, yaitu :

  • Adanya kematian salah satu atau kedua orangtuanya
  • Kedua orangtua berpisah atau bercerai (divorce)
  • Hubungan kedua orangtua tidak baik (poor marriage)
  • Hubungan orangtua dengan anak tidak baik (poor parent–child relationship); Suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan (high tension and low warmth)
  • Orangtua sibuk dan jarang berada di rumah (parent’s absence)
  • Salah satu atau kedua orangtua memiliki kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara disfungsi keluarga dengan gangguan tingkah laku pada anak. Semakin tinggi tingkat difungsi keluarga, maka semakin tinggi pula resiko anak mengalami gangguan perilaku. Selain itu, ketidakberfungsian keluarga juga berkontribusi pada faktor yang menyebabkan anak terlibat dalam perbuatan kriminal.

Terdapat beberapa situasi keluarga dimana anak-anak beresiko menjadi anak nakal, yaitu dimana anak-anak merasa tidak diterima atau ditolak oleh orang tua, tidak dikontrol  secara memadai oleh orang tua, dan tumbuh di rumah dengan banyak konflik. Penolakan orang tua adalah hal yang paling berpengaruh pada kenakalan remaja. Penolakan ini bisa berbentuk tidak adanya perhatian pada aktivitas sehari-hari anak. Orang tua perlu mengetahui dimana anak berada, dengan siapa, dan apa yang dilakukannya, agar anak merasa diperhatikan.

Meskipun demikian, kenakalan dan tindakaan kriminal yang dilakukan remaja cenderung disebabkan oleh perkembangan normatif yang tidak tuntas. Anak tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, merasa tidak perlu mematuhi standar norma dan niai yang berlaku di masyarakat, dan tidak menunjukkan rasa hormat pada hak dan kesejahteraan orang lain. Selain itu, tidak semua anak-anak yang tumbuh dalam keluarga disfungsional menjadi anak nakal dan berbuat kriminal.

Namun pada akhirnya, keluarga lah yang berperan penting dalam menanamkan nilai moral pada anak. Pengasuhan yang baik adalah tiang dan penyangga yang akan mencegah perilaku negatif dan membantu remaja dalam melindungi diri dari kenakalan yang lebih buruk.

Demikianlah pembahasan mengenai disfungsi keluarga dan akibatnya, semoga dapat menjadi inspirasi para pembaca untuk lebih mengenal lingkungan sekitar.

*nama anak pada kasus disamarkan
Sumber : Pusat Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial