Katakan Tidak Generasi Sandwich

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai keberanian untuk katakan tidak pada generasi sandwich. Terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindar dari adanya generasi sandwich.

Katakan Tidak Generasi Sandwich

Berikut ini terdapat beberapa kategori generasi sandwich yang dibedakan berdasarkan perannya, diantaranya yaitu :

  • The Club Sandwich Generation
    Kelompok ini merupakan orang dewasa berumur 50–60 yang mempunyai tanggung jawab membiayai kakek-nenek (jika masih ada), orang tuanya, anak-anaknya, dan cucu-cucunya (jika memiliki).
  • The Traditional Sandwich Generation
    Kelompok ini biasanya terdiri atas orang dewasa berumur 40 sampai dengan awal 50-an yang masih harus menanggung beban orang tua, sekaligus mempunyai anak-anak yang masih memerlukan dukungan finansial.
  • The Open Faced Sandwich Generation
    Kelompok ini merupakan siapa saja yang terlibat dalam pengurusan orang tua, tetapi bukan secara profesional.

Katakan Tidak pada Generasi Sandwich

Cara menghentikan siklus generasi sandwich memang tidak mudah. Hal tersebut dikarenakan proses pencegahannya membutuhkan konsistensi dan usaha yang lebih besar.

Terdapat beberapa langkah yang dapat diikuti agar mampu untuk katakan tidak pada generasi sandwich, diantaranya yaitu :

  • Mengurangi Gaya Hidup Konsumtif
    Menyesuaikan gaya hidup dengan kemampuan finansial merupakan langkah yang bijak. Namun, tidak ada salahnya mengurangi gaya hidup konsumtif yang dirasa tidak perlu.
    Seorang individu harus dapat menentukan prioritas dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Jika mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan sejak muda, dapat menjadi satu penyebab munculnya generasi sandwich.
    Cobalah untuk memulai dalam mengatur keuangan. Banyak rumus yang membantu dalam mengatur keuangan.
    Misalnya, 40% dari total penghasilan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, 30% untuk membayar cicilan yang ada, 20% untuk ditabung, dan 10% untuk beramal.
  • Menyiapkan Program Pensiun
    Selain menabung, program pensiun merupakan salah langkah penting untuk menyiapkan masa tua dan biaya anak-anak. Program pensiun dapat meminimalisir terjadinya generasi sandwich kepada anak. Saat ini, program pensiun tidak hanya terbuka untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), tetapi siapa saja dapat mendaftar di Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
  • Memiliki Tabungan Rencana
    Tabungan rencana merupakan setoran rutin bulanan dengan fasilitas auto debit dari rekening sumber ke rekening tabungan rencana, sedangkan penarikannya terbatas sesuai ketentuan bank.
    Jenis tabungan rencana sangat bervariasi, seperti wisata, pendidikan, pernikahan, haji atau umrah, dan sebagainya.
    Adanya tabungan rencana ini membuat keuangan dapat dikelola dengan bijak dan disiplin, apalagi tabungan tersebut juga dilengkapi dengan asuransi jiwa sesuai ketentuan masing-masing bank.
  • Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

    Dana pendidikan anak perlu disiapkan untuk mencegah mata rantai generasi sandwich. Orang tua yang memiliki asuransi pendidikan dapat menyiapkan biaya pendidikan anak-anaknya untuk masa mendatang.
    Hal ini tentu saja akan meringankan beban mereka di kemudian hari. Pastikan untuk memperkirakan perhitungan biaya pendidikan anak secara detail, seperti pemilihan sekolah yang disesuaikan dengan kemampuan finansial.

  • Memiliki Asuransi Kesehatan
    Pertambahan usia juga dapat menyebabkan kesehatan menurun. Inilah yang menyebabkan seseorang harus memiliki asuransi kesehatan untuk dirinya sendiri, orang tuanya, dan anak-anaknya.
    Asuransi kesehatan memberikan jaminan rawat inap, rawat jalan, pengobatan gigi, penggantian kacamata, melahirkan, dan sebagainya.
  • Mengajarkan Anak Menabung dan Belajar Mandiri Secara Finansial
    Perilaku gemar menabung perlu diajarkan sejak dini. Orang tua harus mengajarkan anak-anak untuk belajar menabung, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta memotivasi anak untuk membeli kebutuhannya dengan uang tabungan.
    Selain menabung di celengan, ajaklah anak untuk membuka tabungan di bank dengan program khusus anak. Hal tersebut cukup efektif untuk membuat anak menjadi bersemangat menabung.

Mengapa Dikatakan Generasi Sandwich

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai mengapa dikatakan generasi sandwich. Kalimat mengenai generasi sandwich sangat menjamur pada abad ini.

Mengapa Dikatakan Generasi Sandwich

Generasi sandwich ialah seseorang yang mempunyai kiprah ganda dalam masalah keuangan, sebab wajib membiayai 3 generasi, yaitu dirinya sendiri, orang tuanya, dan anak-anaknya.

Istilah mengenai generasi sandwich awalnya digunakan untuk merujuk wanita berusia 30–40 tahun yang harus merawat anak-anaknya sekaligus mencukupi kebutuhan orang tuanya, serta orang lain yang berada disekitarnya.

Para perempuan cenderung menyampaikan perhatian yang lebih intensif kepada orang tuanya dibandingkan dengan laki-laki. Mereka hanya memberikan dukungan yang bersifat mudah, contohnya memberikan uang.

Awalnya, generasi sandwich hanya terbatas kepada tanggung jawab finansial terhadap orang tua dan anak kandungnya saja.

Pengertian ini berkembang seiring berjalannya waktu dengan mencakup generasi yang berada diatas dan bawah mereka yang masih termasuk pada keluarga.

Keadaan ini dapat dianalogikan seperti sandwich: sepotong daging yang terhimpit oleh 2 butir roti.

Roti itu diibaratkan dengan orang tua (generasi atas) serta anak-anak (generasi bawah), sedangkan isi pokok dari sandwich berupa daging, saus, dan mayones yang terhimpit oleh roti diibaratkan dirinya sendiri.

Terdapat berbagai faktor diluar kontrol insan yang dapat memengaruhi korelasi dengan keluarga, yaitu temperamen bawaan yang wajib dihadapi dengan cara dipahami serta diarahkan, bukan untuk diubah.

Diberi panduan untuk mengetahui aneka macam komunikasi efektif serta yang tak efektif di dalam keluarga, seperti memerintah anak secara langsung yang ternyata kurang efektif.

Mengapa Dikatakan Generasi Sandwich

Berbagai Penyebab Adanya Generasi Sandwich

Faktor utama yang menyebabkan adanya generasi sandwich adalah minimnya literasi keuangan.

Banyak individu sebagai generasi pertama yang tidak mempersiapkan dana pensiun, sehingga generasi kedua perlu membantu memenuhi kebutuhan hidup.

Pada waktu yang hampir berbarengan, generasi ke 2 sudah berkeluarga dan mempunyai tanggung jawab terhadap generasi ketiga.

Tingginya beban keuangan yang ditanggung generasi kedua sebagai generasi sandwich berdampak kepada ketidakmerataan distribusi beban finansial di antara 3 generasi.

Generasi pertama dan ketiga cenderung tidak merasakan beban finansial yang sama.

Hal ini yang menyebabkan seorang individu seharusnya mempunyai literasi keuangan untuk membantu dalam mengambil keputusan finansial.

Seperti membayar tagihan dan melakukan investasi sesuai dengan usianya.

Salah satu gambaran mengenai generasi sandwich di Indonesia adalah banyaknya orang yang merasa stres dan tertekan terhadap pengasuhan anak saat orang tuanya (neneknya) selalu ikut campur.

Mereka cenderung bersikap lebih baik menjauhkan pengasuhan anak dari neneknya. Karena untuk menghindari banyaknya pertarungan pengasuhan antara orang tua dengan nenek atau kakeknya.

Banyak famili Indonesia yang malah terjebak dalam generasi sandwich, yaitu famili yang pada dalamnya ada tiga generasi tinggal dalam satu tempat tinggal (ayah-ibu serta anak-anaknya).

Tanggung jawab finansial terhadap tiga generasi ini kenyataannya memang bisa mengakibatkan stres kepada individu menjadi generasi sandwich.

Pada akhirnya juga berdampak negatif pada kebiasaan orang tua serta anak-anaknya.

Terbatasnya pilihan keuangan sebagai generasi sandwich juga tak hanya membuat generasi sandwich baru, namun juga dapat menurunkan kualitas hidup.

Keputusan keuangan yang diambil oleh individu setiap hari memiliki dampak pada kualitas hidup secara holistik.

Hal ini nantinya jua berpotensi memengaruhi kualitas sumber daya insan (sdm) secara nasional, terutama dalam bidang pendidikan serta kesehatan.