Mengelola Faktor Pemicu Trauma

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana mengelola faktor pemicu trauma. Terdapat beberapa masukan yang dapat diterapkan untuk mengelola trauma di masa depan.

Trauma merupakan pengalaman hidup yang tidak menyenangkan yang dapat menimbulkan gangguan psikologis seseorang. Faktor pemicu stress berat bisa berasal dari aneka macam situasi, mirip kekerasan, kecelakaan, kehilangan yang tragis, dan lain-lain.

Mengelola faktor pemicu trauma adalah langkah penting dalam mengatasi dan mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh pengalaman traumatis tadi.

Salah satu cara untuk mengelola faktor pemicu trauma adalah menghindari situasi yang bisa memicu ingatan terhadap pengalaman traumatis.

Mengelola Faktor Pemicu Trauma

Contohnya, seseorang yang mengalami trauma karena kecelakaan lalu lintas sebaiknya menghindari tempat yg sama atau aktivitas yg seperti dengan kecelakaan tersebut. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa cemas serta ketakutan yang ada.

Salah satunya dengan menceritakan pada orang terdekat ketika telah merasa siap. Syok masa kemudian artinya pengalaman emosional, yaitu ketidakmampuan seseorang, untuk melepaskan diri dari memori negatif di masa kemudian.

Stress berat masa kemudian terjadi sebab sejumlah kejadian yang tidak menyenangkan. Misalnya, yaitu masa mungil yang tidak bahagia, kecelakaan, kematian anggota famili, hingga mengalami perundungan dari orang lain.

Stress berat dapat mempunyai pengaruh jangka panjang di kesehatan mental, fisik, dan emosional. Apalagi Jika hal-hal eksklusif membuat seseorang merasa terpicu akan trauma masa lalunya.

Akibatnya, seseorang yang mempunyai trauma masa lalu bisa mengalami stress berat, duka, panik, menjadi respon dari pikirannya. Kondisi ini memang tak dapat disepelekan, serta perlu segera menerima penanganan.

Mengelola Faktor Pemicu Trauma

Terdapat berbagai cara mengelola faktor pemicu trauma, diantaranya yaitu :

  • Menghadapi perasaan
    Menghindari pemicu atau ingatan ihwal insiden traumatis di masa kemudian dengan tidur sepanjang waktu, mengisolasi diri, memang hal yang wajar. Kendati demikian, hal ini tidak dapat dilakukan secara terus-menerus.
    Sebab, semakin lama seseorang menghindar, hal ini dapat memperpanjang stres dan menghasilkan seseorang tidak kunjung pulih. Secara bertahap, hadapilah perasaan yang dimiliki.
    Coba untuk pulang ke rutinitas normal secara sedikit demi sedikit, dan meminta dukungan orang terdekat, atau psikolog.
  • Menceritakannya kepada orang terdekat
    Ceritakan stress berat masa lalu pada orang terdekat ketika telah siap. Identifikasi sahabat atau anggota famili yang bisa dipercaya, untuk mencari dukungan.
    Selain menceritakan, dapat mencari dukungan kepada orang terdekat untuk membantu merampungkan kewajiban atau tugas rumah tangga. Hal ini bertujuan untuk mengurangi stres yang muncul.
  • Bersabar
    Memiliki reaksi atau respon keras terhadap peristiwa traumatis sangatlah normal. Namun, kamu jua perlu menghadapinya supaya hal tadi tidak membuat terpuruk. Lakukan secara perlahan, meskipun memang tidak simpel.
    Artinya, perlu bersabar serta berdamai dengan diri sendiri, karena seiring ketika keadaan akan membaik.
  • Rutin berolahraga
    Kegiatan ini bisa membantu dalam mengatasi trauma masa kemudian. Para pakar jua mengatakan bahwa olahraga merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi dampak samping dari peristiwa traumatis serta mengurangi stres.
    Bila ingin mencobanya, terdapat beberapa jenis olahraga yang direkomendasikan untuk dilakukan. Mulai dari melakukan peregangan lembut, berjalan santai, hingga berlari atau joging.
    Kendati demikian, jika merasa lelah, pastikan untuk beristirahat dan tidak memaksakan diri.
  • Menerapkan perawatan diri
    Cara ini membantu mengurangi tingkat stres, sebagai akibatnya bisa membantu pemulihan asal trauma masa lalu. Nah, perawatan diri dapat diterapkan melalui hal-hal yg terasa baik serta mencintai diri sendiri.
    Misalnya, yaitu melakukan ‘me time’, mandi lebih lama, sampai melakukan aneka macam kegiatan positif yang disukai, seperti membaca buku atau menonton film.

Mengatasi Trauma Pasca Bencana

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana cara mengatasi trauma pasca bencana. Bencana, baik itu bencana alam maupun yang terjadi akibat kecerobohan manusia, pasti akan meninggalkan dampak emosional yang besar bagi para korbannya. Meski seseorang bisa saja tidak mengalami cedera fisik yang serius, reaksi emosional akibat trauma ini mampu menyebabkan efek samping serius jika tidak ditangani dengan baik.

Oleh sebab itu, bagi mereka yang menjadi korban bencana, memahami respons terhadap peristiwa yang menyedihkan bisa membantu mereka mengatasi perasaan, pikiran, dan sikap secara efektif, serta membantu mereka dalam proses pemulihan.

Mengatasi Trauma Pasca Bencana

Reaksi Umum Manusia terhadap Bencana

Setelah bencana, orang acapkali merasa heran, resah, bahkan tidak bisa mencerna berita yang menyedihkan. Begitu reaksi awal ini mereda, biasanya mereka bisa mengalami beraneka macam pikiran dan sikap.

Terdapat beberapa tanggapan umum yang bisa terjadi pada seseorang usai selamat asal bencana, antara lain:

  • Perasaan yang Intens atau tak Terduga
    Korban bencana mungkin akan merasa cemas, gugup, kewalahan, atau sedih yang mendalam. Mereka juga mungkin merasa lebih mudah tersinggung atau murung dari biasanya.
  • Perubahan Pola Pikir dan sikap
    Korban bencana mungkin akan terbayang peristiwa itu dengan jelas. Ingatan ini bisa terjadi tanpa alasan yang jelas dan bisa mengakibatkan reaksi fisik seperti detak jantung yang cepat atau berkeringat. Mungkin sulit buat berkonsentrasi atau membentuk keputusan. Pola tidur dan makan juga bisa terganggu, beberapa orang mungkin makan berlebihan dan terlalu banyak tidur, sementara yang lain mengalami kurang tidur serta kehilangan nafsu makan.
  • Sensitif terhadap Lingkungan
    Bunyi sirine, suara keras, bau terbakar, atau kondisi lingkungan lainnya bisa merangsang ingatan akan mala yang mengakibatkan kecemasan yg meningkat. “Pemicu” ini dapat disertai dengan ketakutan bahwa peristiwa yang membuat stres akan terulang kembali.
  • Ketegangan di korelasi Interpersonal
    Usai bencana, perseteruan akan meningkat, seperti perselisihan yang lebih sering dengan anggota keluarga serta rekan kerja. Korban bencana mungkin juga menjadi penyendiri, terisolasi, atau meninggalkan aktivitas sosial yang biasa dilakukan
  • Tanda-tanda Fisik yang Berhubungan dengan Stres
    Sakit kepala, mual, serta nyeri dada bisa terjadi dan memerlukan perawatan medis. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya juga dapat memengaruhi stres terkait bencana.

Cara Mengatasi Trauma Pasca Bencana

Penelitian membagikan kebanyakan orang relatif tangguh serta berasal waktu ke waktu serta bisa bangkit kembali dari insiden traumatis. Orang biasa mengalami stres segera setelah bencana, tetapi dalam beberapa bulan kebanyakan orang dapat kembali beraktivitas seperti yang mereka lakukan sebelum bencana.

Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun kesejahteraan emosional dan mendapatkan rasa kendali setelah bencana. Caranya diantaranya yaitu :

  • Beri waktu untuk menyesuaikan diri.
    Masa-masa sesudah bencana bisa menjadi momen yang sangat sulit dalam hidup. Biarkan diri meratapi kehilangan yang di alami serta cobalah bersabar dengan perubahan kondisi emosional.
  • Minta Dukungan.
    Krusial juga untuk meminta dukungan dari orang yang mau mendengarkan dan berempati dengan situasi yang sedang dialami. Dukungan sosial ialah komponen kunci untuk pemulihan pasca bencana. Keluarga serta teman bisa menjadi sumber penting, juga dapat menemukan dukungan dan kesaman dari mereka yang juga selamat dari bencana.
  • Komunikasikan Pengalamanmu.
    Ekspresikan apa yang dirasakan dengan cara apa pun yang kamu rasa nyaman, seperti berbicara dengan keluarga atau teman dekat, membuat buku harian, atau terlibat dalam kegiatan kreatif.
  • Bergabung dengan kelompok pendukung.
    Temukan kelompok pendukung yang dipimpin oleh para profesional yang terlatih dan berpengalaman. Kelompok dukungan acapkali tersedia untuk para korban bencana dan diskusi kelompok bisa membantumu menyadari bahwa kamu tidak sendirian.
  • Terapkan Gaya hidup Sehat untuk Mencegah Stres.
    Makan makanan dengan gizi seimbang dan perbanyak istirahat. Jika kamu terus-terusan mengalami kesulitan tidur, anda mungkin mampu menemukan beberapa bantuan melalui teknik relaksasi. Hindari alkohol dan obat-obatan karena dapat menjadi pengalihan yang berbahaya.
  • Lakukan kembali Rutinitas Harian.
    Anda mampu melakukan beberapa hal seperti tidur dan bangun dengan siklus yang teratur atau mengikuti program olahraga. Bangun beberapa rutinitas positif untuk menerima sesuatu yang sudah ditunggu selama masa sulit ini, misalnya melakukan hobi, berjalan-jalan di taman, atau membaca buku yang bagus.

Menghadapi Trauma pada Anak

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami stress berat. ketika telah mempunyai anak, menjadi orang tua sangat perlu untuk mengetahui gejala trauma yang bisa saja timbul pada anak. Pada artikel kali ini akan membahas tentang apa saja penyebab trauma anak hingga cara membantu menghadapi trauma pada anak.

Menghadapi Trauma pada Anak

Hampir kebanyakan orang pernah mengalami insiden traumatis pada hidupnya dan ini dapat dialami pada masa kanak-kanak. Trauma psikis yang dialami oleh anak bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari kehilangan orang terdekat, kecelakaan, sampai perundungan (bullying), kekerasan pada rumah tangga, sampai pelecehan seksual.

Penelitian menunjukkan bahwa trauma berat bisa membahayakan perkembangan otak dan berdampak negatif pada perkembangan sikap dan fisik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda trauma pada anak, sehingga bisa segera ditangani.

Ketika trauma yang dialami anak tak ditangani dengan benar, maka tumbuh kembangnya akan terhambat. Oleh sebab itu, orang tua perlu tahu apa saja gejala yang bisa dialami pada anak yang mengalami trauma berat.

Penyebab Trauma

Terdapat banyak faktor atau insiden yang mampu memicu terjadinya trauma psikis di anak, beberapa diantaranya yaitu :

  • Tinggal beserta orang tua atau pengasuh dengan penyakit mental yang signifikan.
  • Menjadi korban rasisme pada lingkungan sosial.
  • Kehilangan orang yang dicintai karena keadaan, misalnya kematian, perceraian, atau bencana.
  • Bencana maupun terorisme.
  • Kekerasan di rumah, sekolah, atau komunitas sosial.
  • Menyaksikan atau mengalami kekerasan pada rumah tangga.

Tanda Trauma pada Anak

Sama halnya dengan orang dewasa, saat bayi atau balita mengalami insiden yang mengancam jiwa atau traumatis, tentu timbul ketakutan luar biasa. Selain perasaan takut, hal ini juga dapat memunculkan beberapa reaksi umum serta tanda, diantaranya yaitu :

  • Menghindari orang, kawasan, serta hal-hal tertentu
  • Perubahan prestasi akademik
  • Perubahan perilaku
  • Mengalami kekhawatiran atau kecemasan
  • Sulit fokus
  • Hiperaktif
  • Tampak selalu sedih
  • Mengisolasi diri asal keluarga serta sekitarnya
  • Bereaksi berlebihan terhadap situasi yang dulunya bukanlah masalah besar
  • Mengalami gangguan makan
  • Sulit tidur.
  • Emosi yang tidak stabil

Dampak Trauma

Jika tidak ditangani dengan segera, trauma masa kecil bisa memberikan dampak jelek pada jangka panjang. Gambaran pengalaman traumatis mempunyai efek seumur hidup, salah satunya terhadap prestasi akademik anak.

Anak mungkin akan memilih untuk menghindari sekolah dan pekerjaan sekolah, menunjukkan ketidakpedulian, menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap figur otoritas di lingkungan akademik, hingga mengalami penurunan kemampuan akademik secara keseluruhan.

Seiring bertambahnya usia, ini juga dapat bermanifestasi secara fisik. dari pusat Pengendalian Penyakit (CDC), pengalaman traumatis dapat mempertinggi risiko fisik, seperti kanker, penyakit jantung, diabetes hingga bunuh diri.

Membantu Anak Menghadapi Trauma

Melihat buah hati mengalami trauma menyakitkan dalam hidupnya tentu menjadi tamparan keras bagi setiap orang tua. Alih-alih menyalahkan diri sendiri dan keadaan, lebih baik melakukan beberapa hal berikut untuk membantu anak dalam menghadapi traumanya.

  • Perbanyak pengetahuan tentang hal-hal seputar trauma, terutama trauma yang dialami oleh anak. Hal ini juga berlaku bagi pengasuh atau kerabat yang terlibat mengurus anak.
  • Sadari faktor apa yg memicu trauma anak.
  • Pelajari tanda stres pada anak atau tanda yang timbul ketika beliau mengalami trauma, dan bagaimana cara menghadapinya.
  • Bawa anak ke terapis kesehatan mental untuk memperoleh penanganan lebih lanjut.
  • Jika anak direkomendasikan untuk mengonsumsi obat, pastikan ia minum obat secara teratur.
  • Berikan ruang yang aman secara emosional pada anak agar ia dapat mengekspresikan diri saat menghadapi situasi yang memicu trauma.
  • Usahakan untuk tetap merawat diri, baik secara fisik maupun psikis. Bila memang merasa kesulitan, segera cari bantuan dari orang lain atau berkonsultasi dengan terapis.

Menghadapi trauma memang bukan hal yang mudah, terlebih pada usia anak-anak. Jika tidak ditangani dengan sempurna, trauma pada masa kecil bisa berpengaruh terhadap masa depan bahkan fisik anak. Oleh karena itu, kenali tanda-tanda maupun gejala trauma pada anak dan konsultasikan pada terapis untuk penanganan yang tepat.