Faktor Pemicu Penyakit Hipotensi

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai faktor pemicu penyakit hipotensi. Tekanan darah rendah atau hipotensi merupakan kondisi yang ditandai jika tekanan darah seseorang di bawah batas normal dalam jangka panjang.

Penyakit Hipotensi

Hipotensi merupakan kondisi pada mana tekanan darah seseorang lebih rendah berasal normal. Hal ini dapat menyebabkan tanda-tanda seperti pusing, lemah, serta bahkan pingsan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya hipotensi, pada antaranya ialah kurangnya asupan cairan, dampak samping berasal obat-obatan, serta persoalan kesehatan lainnya.

Kurangnya asupan cairan bisa mengakibatkan dehidrasi, yang di akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

Faktor Pemicu Penyakit Hipotensi

Ada juga beberapa obat-obatan mirip diuretik (obat yg mempercepat pembuangan air seni) serta antihipertensi (obat penurun tekanan darah) yang dapat menurunkan tekanan darah secara drastis.

Orang yang mempunyai masalah kesehatan seperti anemia, dilema pada kelenjar tiroid, atau diabetes pula rentan mengalami hipotensi. Faktor lain yang bisa memicu hipotensi ialah stres yang berlebihan, merokok, dan konsumsi alkohol yang hiperbola.

Oleh sebab itu, penting bagi setiap orang untuk memperhatikan faktor-faktor ini agar dapat mencegah dan mengelola penyakit hipotensi dengan baik.

Seseorang bisa dikatakan mempunyai hipotensi ketika diukur tekanan darahnya membagikan nomor kurang berasal 90/60 mmHg. Kondisi ini bisa membuat penderitanya mengeluhkan tanda-tanda yg mencakup pusing, sakit kepala, sensasi ingin kelenger, kulit pucat, mual sampai muntah.

Faktor Pemicu Penyakit Hipotensi

Bila mengalami gejala darah rendah yang terus berulang, sangat penting untuk mencari perawatan yang sempurna tergantung penyebab yang mendasarinya. Terdapat banyak faktor pemicu munculnya penyakit hipotensi.

Biasanya dipicu oleh kebiasaan dan gaya hidup yang dilakukan sehari-hari. Berikut ini beberapa faktor pemicu penyakit hipotensi, diantaranya yaitu :

  • Kurang minum
    Norma untuk melupakan minum bisa sebagai faktor utama penyebab darah rendah.Maka dari itu, pastikan mencukupi kebutuhan cairan tubuh dengan jumlah yang cukup buat mencegah kondisi tersebut.
    Sewaktu tubuh tidak mempunyai cukup air, maka jumlah darah dalam tubuh (volume darah) akan berkurang. Syarat tubuh yang kekurangan cairan itu bisa mengakibatkan tekanan darah berada di bawah batas normal.
  • Konsumsi alkohol serta kafein hiperbola
    Konsumsi minuman alkohol berlebihan bisa memengaruhi sistem saraf otonom yang di gilirannya menyebabkan penurunan pada tekanan darah.
    Begitu pun ketika berlebihan konsumsi minuman berkafein. imbas stimulan dari kafein yang mereda dapat memicu penurunan darah rendah.
  • Diet tidak seimbang
    Pola makan atau diet tidak seimbang seperti kekurangan asam folat atau zat besi bisa menjadi penyebab darah rendah.
    Pasalnya, kekurangan dua nutrisi tadi bisa merusak produksi sel darah merah dan taraf konsentrasi hemoglobin yg berujung di anemia. Anemia adalah faktor yang berkontribusi pada tekanan darah yang tidak normal.
  • Jarang olahraga
    Kurangnya aktivitas fisik pula dapat berkontribusi pada tekanan darah rendah. Hal itu dapat terjadi sebab waktu tubuh kekurangan aktivitas fisik, maka elastisitas pembuluh darah bisa berkurang dan memicu tekanan darah rendah.
  • Kebiasaan makan porsi besar
    Sewaktu mengonsumsi kuliner pada porsi besar, maka tubuh membutuhkan lebih banyak energi untuk mencernanya. Secara pribadi, kebiasaan tadi pun memicu tekanan darah menurun.
    Pada kebiasaan makan, konsumsi kuliner pada porsi mungil bisa membuat sistem pencernaan lebih sehat dan menjaga tekanan darah tetap stabil.

Mengelola Faktor Pemicu Trauma

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana mengelola faktor pemicu trauma. Terdapat beberapa masukan yang dapat diterapkan untuk mengelola trauma di masa depan.

Trauma merupakan pengalaman hidup yang tidak menyenangkan yang dapat menimbulkan gangguan psikologis seseorang. Faktor pemicu stress berat bisa berasal dari aneka macam situasi, mirip kekerasan, kecelakaan, kehilangan yang tragis, dan lain-lain.

Mengelola faktor pemicu trauma adalah langkah penting dalam mengatasi dan mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh pengalaman traumatis tadi.

Salah satu cara untuk mengelola faktor pemicu trauma adalah menghindari situasi yang bisa memicu ingatan terhadap pengalaman traumatis.

Mengelola Faktor Pemicu Trauma

Contohnya, seseorang yang mengalami trauma karena kecelakaan lalu lintas sebaiknya menghindari tempat yg sama atau aktivitas yg seperti dengan kecelakaan tersebut. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa cemas serta ketakutan yang ada.

Salah satunya dengan menceritakan pada orang terdekat ketika telah merasa siap. Syok masa kemudian artinya pengalaman emosional, yaitu ketidakmampuan seseorang, untuk melepaskan diri dari memori negatif di masa kemudian.

Stress berat masa kemudian terjadi sebab sejumlah kejadian yang tidak menyenangkan. Misalnya, yaitu masa mungil yang tidak bahagia, kecelakaan, kematian anggota famili, hingga mengalami perundungan dari orang lain.

Stress berat dapat mempunyai pengaruh jangka panjang di kesehatan mental, fisik, dan emosional. Apalagi Jika hal-hal eksklusif membuat seseorang merasa terpicu akan trauma masa lalunya.

Akibatnya, seseorang yang mempunyai trauma masa lalu bisa mengalami stress berat, duka, panik, menjadi respon dari pikirannya. Kondisi ini memang tak dapat disepelekan, serta perlu segera menerima penanganan.

Mengelola Faktor Pemicu Trauma

Terdapat berbagai cara mengelola faktor pemicu trauma, diantaranya yaitu :

  • Menghadapi perasaan
    Menghindari pemicu atau ingatan ihwal insiden traumatis di masa kemudian dengan tidur sepanjang waktu, mengisolasi diri, memang hal yang wajar. Kendati demikian, hal ini tidak dapat dilakukan secara terus-menerus.
    Sebab, semakin lama seseorang menghindar, hal ini dapat memperpanjang stres dan menghasilkan seseorang tidak kunjung pulih. Secara bertahap, hadapilah perasaan yang dimiliki.
    Coba untuk pulang ke rutinitas normal secara sedikit demi sedikit, dan meminta dukungan orang terdekat, atau psikolog.
  • Menceritakannya kepada orang terdekat
    Ceritakan stress berat masa lalu pada orang terdekat ketika telah siap. Identifikasi sahabat atau anggota famili yang bisa dipercaya, untuk mencari dukungan.
    Selain menceritakan, dapat mencari dukungan kepada orang terdekat untuk membantu merampungkan kewajiban atau tugas rumah tangga. Hal ini bertujuan untuk mengurangi stres yang muncul.
  • Bersabar
    Memiliki reaksi atau respon keras terhadap peristiwa traumatis sangatlah normal. Namun, kamu jua perlu menghadapinya supaya hal tadi tidak membuat terpuruk. Lakukan secara perlahan, meskipun memang tidak simpel.
    Artinya, perlu bersabar serta berdamai dengan diri sendiri, karena seiring ketika keadaan akan membaik.
  • Rutin berolahraga
    Kegiatan ini bisa membantu dalam mengatasi trauma masa kemudian. Para pakar jua mengatakan bahwa olahraga merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi dampak samping dari peristiwa traumatis serta mengurangi stres.
    Bila ingin mencobanya, terdapat beberapa jenis olahraga yang direkomendasikan untuk dilakukan. Mulai dari melakukan peregangan lembut, berjalan santai, hingga berlari atau joging.
    Kendati demikian, jika merasa lelah, pastikan untuk beristirahat dan tidak memaksakan diri.
  • Menerapkan perawatan diri
    Cara ini membantu mengurangi tingkat stres, sebagai akibatnya bisa membantu pemulihan asal trauma masa lalu. Nah, perawatan diri dapat diterapkan melalui hal-hal yg terasa baik serta mencintai diri sendiri.
    Misalnya, yaitu melakukan ‘me time’, mandi lebih lama, sampai melakukan aneka macam kegiatan positif yang disukai, seperti membaca buku atau menonton film.

Pemicu Terjadinya Cultural Lag

Setelah mengetahui definisi cultural lag, pada artikel kali ini akan membahas mengenai faktor penyebab perubahan budaya dan faktor apa saja pemicu terjadinya cultural lag. – Banyak dari kita sebagai bagian dari masyarakat modern pasti ingin mengetahui berbagai informasi dunia yang paling terbaru untuk sekedar mencari tahu informasi, menambah wawasan, ataupun mencari hiburan semata.

Namun, di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini ada beberapa orang yang justru memilih untuk menutup dirinya dari lingkungan sekitar atau bahkan dunia luar karena mereka memilih untuk tidak mau menjadi pusat perhatian dengan mengikuti tren yang tengah terjadi masyarakat.

Pemicu Terjadinya Cultural Lag

Dampak sederhana yang pasti terjadi dari sikap tersebut adalah mereka menjadi kurang mendapat informasi terbaru mengenai kehidupan yang terjadi di dunia atau hanya di lingkungan sekitar mereka atau menjadi ketinggalan budaya.

Contoh sederhananya, ketika seseorang memilih untuk tidak menggunakan smartphone maka pengetahuan informasi mereka mengenai berita atau kabar dunia lebih sedikit dibanding seseorang yang menggunakan smartphone. Fenomena seperti inilah yang sekarang disebut dengan istilah Cultural Lag atau ketertinggalan budaya.

Faktor Penyebab Perubahan Budaya

Fenomena sosial mengenai cultural lag disebabkan oleh ketertinggalan antara ranah pemikiran dan perkembangan teknologi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perubahan budaya, diantaranya yaitu :

  • Ada hambatan untuk pembangunan secara umum
  • Kurangnya minat pada bidang yang perlu disesuaikan dengan pembangunan sosial
  • Kurangnya minat kontak dengan budaya material masyarakat lain
  • Kesatuan masyarakat tertentu dalam suatu wilayah

Budaya masyarakat dapat berubah dari waktu ke waktu, baik material maupun immaterial. Seringkali budaya material cenderung berubah lebih cepat daripada aspek yang tidak berwujud. Hal ini membuat teknologi rentan terhadap perkembangan sebelum masyarakat beradaptasi dengannya.

Menurut kelompok sosiologis, ketertinggalan budaya terjadi ketika budaya non-material tidak dapat mengimbangi budaya material. Perubahan budaya diperkirakan terjadi karena nilai, ideologi, dan  cara berpikir cenderung berkembang lebih lambat daripada teknologi.

Memang, segala sesuatu pasti memiliki hubungan sebab-akibat. Penyebab ketertinggalan budaya adalah budaya material seperti ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat, namun sebagian masyarakat cenderung menolak atau menutup diri dari perkembangan tersebut. Dengan kata lain, mereka sulit beradaptasi.

Faktor Pemicu Terjadinya Cultural Lag

Terdapat beberapa faktor pemicu mengenai terjadinya fenomena Cultural Lag, diantaranya yaitu :

  1. Kurangnya Pengetahuan dan Pemikiran Masyarakat

Orang yang terbelakang budaya mungkin tidak menyadari keberadaan budaya baru. Oleh karena itu, mereka merasa sulit untuk memahami sepenuhnya perkembangan ini. Contohnya, ketika ada orang tua yang dibelikan model ponsel smartphone terbaru dari anaknya dan orang tua itu mencoba mengoperasikan smartphone tersebut dengan mencoba menghubungkan ke Internet setiap hari.

Namun, orang tua itu masih belum mengetahui bagaimana cara internet bekerja dan keaslian informasi yang berasal dari internet. Hal itu menjadikan ketertinggalan budaya yang terjadi pada orang tua itu karena ia tidak mampu beradaptasi dengan budaya menggunakan smartphone seperti yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat modern pada saat ini.

  1. Kurangnya kontak dengan budaya lain

Menjadi begitu terobsesi dengan satu budaya sehingga menarik diri dari budaya lain juga memiliki efek negatif. Ketika orang memilih menutup diri dan tidak bersosialisasi dengan orang dari budaya lain, atau tidak memiliki akses sosialisasi, menjadi sulit bagi mereka untuk berhubungan dengan budaya di luar dirinya. .

Jadi ketika ada budaya baru, mereka cenderung kurang update dalam memahaminya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempelajari budaya lain untuk menambah wawasan kita dan membuka pikiran kita untuk berkembang.

  1. Heterogenitas masyarakat yang tinggi

Masyarakat yang berbeda-beda atau beragam harus lebih mampu  menerima atau beradaptasi dengan perubahan budaya dan sosial. Sayangnya, heterogenitas menyebabkan  beberapa kelompok  cepat menerima perubahan, dan beberapa lambat menerima perubahan.

Bayangkan, contoh yang terjadi di Indonesia yang memiliki banyak suku, bahasa dan budaya. Dalam keragaman ini tentunya masyarakat  daerah lokal dan daerah kota memiliki perbedaan. Termasuk perbedaan pola pikir. Heterogenitas ini menyebabkan terjadinya perubahan budaya, ada yang cepat menerima dan ada yang lambat beradaptasi dengan perubahan budaya.

Metode Perhitungan Payroll Karyawan

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana metode perhitungan payroll karyawan dan hal yang bisa mempengaruhi besaran payroll karyawan. Payroll adalah suatu sistem pembayaran gaji karyawan yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Sebagai pemilik perusahaan dan juga sebagai karyawan, kita tentu wajib untuk memahami dan mengetahui sistem pembayaran tersebut. Mengapa? Karena nantinya kita akan memperoleh informasi terkait kapan harus menerima dan mendapatkan gaji atau upah. Serta dengan cara apa gaji kita akan dikirimkan atau diberikan kepada karyawan.

Metode Perhitungan Payroll Karyawan

Ketika membayar gaji, setiap perusahaan tentu akan memiliki metode perhitungan sendiri-sendiri yang telah diadaptasi dengan kebutuhan perusahaan. Tetapi, setiap perusahaan wajib mematuhi aturan perhitungan gaji para karyawan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Terdapat 3 metode perhitungan gaji yang harus dipahami oleh perusahaan, diantaranya yaitu :

Metode Perhitungan Payroll Karyawan

  • Metode Netto
    Netto merupakan metode dengan menerapkan jumlah gaji yang akan diterima karyawan dan telah dilakukan pemotongan terkait pajak penghasilan serta iuran jaminan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan. Metode netto ini akan membuat perusahaan harus menghitung berapa besaran pajak karyawan dan pembayaran iuran agunan sosial untuk para karyawan.
    Sehingga karyawan secara otomatis akan menerima gaji bersih dan tidak perlu menghitung jumlah potongan dari jumlah iuran dan pajak. Penggunaan metode ini dikatakan cukup memberatkan pihak perusahaan, karena mereka harus melakukan pemotongan, membayar pajak dari setiap gaji karyawan dan perhitungan gaji.
  • Metode Gross
    Karyawan harus melakukan perhitungan dan pembayaran sendiri untuk besaran pajaknya. Sebab, dalam metode ini, pihak perusahaan akan menyampaikan dan membayarkan gaji tanpa melakukan pemotongan.
    Jadi, perusahaan yang menggunakan metode ini mewajibkan karyawannya untuk mandiri dalam menghitung, memotong, serta membayar potongan gaji mereka untuk iuran jaminan sosial maupun pajak.
  • Metode Gross Up
    Metode ini pihak perusahaan akan menyampaikan tunjangan pada gaji pegawai sesuai dengan besaran pajak dan pembayaran iuran jaminan sosial seperti BPJS ketenagakerjaan dan kesehatan.
    Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai metode ini akan menanggung semua biaya pajak dan iuran dengan memberikan tunjangan pajak di setiap gaji yang dibayarkan. Tetapi, setiap karyawan wajib membayar kewajiban pajaknya secara mandiri. Setelah para karyawan membayarkan wajib pajaknya, maka mereka harus melaporkannya kepada pihak perusahaan.

Dari ketiga metode tadi, tentu masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi, pihak perusahaan bisa memilih sendiri metode mana yang paling sesuai untuk diterapkan saat pembayaran gaji.

Faktor yang bisa Mempengaruhi Besaran Payroll

Ketika melakukan perhitungan gaji pada karyawan, ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi besaran gaji yang akan diterima, diantaranya yaitu :

  • Pendidikan
    Jenjang pendidikan formal minimal harus telah ditempuh oleh calon karyawan. Pendidikan disini sebagai salah satu poin penting dalam menentukan besaran gajinya, terlebih ketika awal-awal masuk kerja.
  • Golongan Jabatan
    Besar atau kecilnya gaji yang diperoleh sesuai dengan golongan jabatan berdasarkan bobot jabatannya atau nilainya. Apabila ada beberapa golongan jabatan yang mempunyai beban tugas dan tanggung jawab yang sama, maka akan dimasukkan ke dalam satu golongan yang sama.
  • Masa Kerja
    Masa kerja seorang karyawan juga mampu mempengaruhi besaran gaji yang dibayarkan setiap bulannya. Semakin lama pengalaman seseorang, maka akan meningkat pula gaji yang akan didapatkan.
  • Kompetensi
    Kompetensi ialah kemampuan karyawan yang mencakup banyak aspek, mulai dari keterampilan, wawasan, dan karakteristik kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang diminta. Pihak perusahaan nantinya akan mempertimbangkan faktor kompetensi karyawan untuk menentukan jumlah gaji yang akan diberikan jika kompetensi karyawan telah sesuai dengan ketentuan jabatan tertentu.

Faktor yang Mempengaruhi Childfree

Tekanan sosial yang dihadapi oleh pasangan yang memutuskan untuk childfree, terutama di Indonesia mungkin akan sangat tinggi. Mengingat penjelasan tentang perspektif budaya kolektif warga Indonesia, mengenai pernikahan serta memiliki anak yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada artikel kali ini akan membahas mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang memutuskan untuk childfree.

Salah satu alasan yang relatif menarik pasangan memilih untuk childfree ialah karena berkaitan dengan isu maupun persoalan lingkungan. Mereka menilai bahwa populasi penduduk bumi semakin meningkat, tetapi populasi tersebut tidak sejalan dengan kesehatan bumi dan ketersediaan pangan. Umumnya merasa tidak yakin merawat maupun mengasuh anak. sehingga hal tersebut pun sebagai suatu kekhawatiran bagi pasangan.

Faktor yang Memutuskan Childfree

Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi seorang perempuan atau pasangan memutuskan untuk childfree, diantaranya yaitu :

1. Latar Belakang Keluarga

Alasan pertama yang menyebabkan seseorang atau pasangan memilih untuk childfree artinya sebab ia mempunyai masa lalu sendiri tentang keluarganya. Ia tumbuh dan melihat apa yg terjadi pada keluarganya, sehingga apa yang dia lihat semasa kecil juga akan mempengaruhi pilihannya saat ia dewasa.
Begitu juga tentang kenangan yang kurang baik dan perasaan kecewa yang didapatkan selama masa anak-anak. Kedua hal tersebut bisa menjadi alasan terbesar, kenapa pasangan atau seorang wanita memilih buat childfree.

Latar belakang keluarga pun dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk childfree, yaitu saat seseorang mempunyai keluarga yang memberikan kebebasan padanya untuk memilih dan menetapkan segala hal. Sehingga, ketika ia memutuskan untuk childfree, ia tidak akan mendapatkan tekanan dan tanpa penghakiman dari pihak keluarga. Justru sebaliknya, ia akan merasa didukung.

2. Isu lingkungan

Over populasi menjadi isu yang cukup hangat saat ini. Populasi manusia semakin banyak di bumi, tapi tak sebanding dengan jumlah kerusakan lingkungan dan ketersediaan pangan yang meningkat .
Sebagian individu, baik yang sudah berpasangan atau bahkan masih sendiri pun menyadari isu tersebut, sehingga mereka merasa prihatin dengan isu tersebut serta menentukan untuk childfree. Harapannya, tentu saja mereka tidak ingin menambah populasi yang sudah ada.

3. Kondisi Finansial

Membesarkan dan merawat anak bukanlah hal yang mudah, diperlukan persiapan mental dan finansial yang matang. Ketika pasangan telah menetapkan untuk childfree, kemungkinan mereka sudah memperhitungkan kemampuan finansial.

Apabila pada perhitungan tersebut, rupanya pasangan maupun individu merasa tidak mampu, maka mereka pun menetapkan untuk childfree. Sehingga, mereka akan lebih fokus mengalokasikan dana untuk kebutuhan pribadi yang nominalnya tidak sedikit.

4. Mempunyai kekhawatiran, bahwa mereka tidak mampu membesarkan anak dengan baik

Biasanya pasangan atau individu cenderung memiliki kekhawatiran, bahwa mereka tak bisa membesarkan anak dengan baik. Atau pasangan atau individu tersebut belum matang serta belum siap secara mental untuk memiliki seseorang anak. Hal ini dikarenakan kondisi mental setiap orang berbeda-beda. Akan muncul kekhawatiran  apakah anak akan merasa senang , apakah kebutuhannya tercukupi, apakah ia mampu membesarkan anak dengan mental serta fisik yang sehat dan lain sebagainya.

5. Memiliki Problem Maternal Instinct

Maternal instinct artinya kondisi dimana kemampuan emosional dari seorang wanita, khususnya seorang ibu dalam memilih hal-hal yang benar dan salah saat beliau membesarkan seorang anak.

Sebagian orang mungkin memiliki anggapan, bahwa maternal instinct memiliki peran yang penting untuk dimiliki oleh seorang ibu, alasannya adalah sebab maternal instinct berhubungan dengan kemampuan seseorang ibu untuk melindungi anak-anaknya.

Beberapa perempuan merasa khawatir, bahwa mereka tak memiliki maternal instinct, dan tidak percaya diri bahwa mereka akan menjadi seorang ibu yang baik sesuai dengan harapan anak atau dirinya.

6. Kondisi fisik tertentu

Beberapa perempuan atau pasangan mungkin mempunyai kondisi fisik tertentu yang membuat dirinya tidak bisa mempunyai seorang anak, misalnya mengidap penyakit keturunan dan lain-lain.

7. Alasan personal

Faktor yang terakhir merupakan karena alasan personal dari seseorang atau pasangan, hanya saja mereka memilih untuk childfree, sebab mereka merasa nyaman dengan kondisi tersebut. Bahkan, beberapa orang mempunyai pandangan bahwa akan baik secara finansial dan fisik untuk menentukan childfree.

Demikian pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan atau pasangan memutuskan untuk childfree. Karena apapun kondisi yang terjadi dalam suatu hubungan, merupakan hak masing-masing individu.

Faktor-faktor Kenakalan Remaja

Setelah membaca apa itu pengertian remaja dan bagaimana karakteristik remaja, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai faktor-faktor kenakalan remaja. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, diantaranya akan dijelaskan pada artikel dibawah ini.

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut santrock, sebagai berikut :

faktor-faktor kenakalan remaja

  1. Faktor Kepribadian

    Faktor kepribadian, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri remaja. Berkaitan dengan faktor kepribadian, kenakalan remaja selalu diasosiasikan dengan ciri perkembangan mereka yakni rasa ingin tahu, proses identifikasi agar terlihat seperti dewasa dan ingin terlihat gagah.

  2. Faktor Teman sebaya

    Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.Pada sebuah penelitian santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan regular dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.

  3. Faktor Orang tua

    Pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

  4. Kontrol Diri dalam faktor-faktor kenakalan remaja

    Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Hasil penelitian yang dilakukan Santrock, menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh orangtua yang efektif di masa kanak- kanak berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki keterampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

  5. Faktor Usia

    Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.

  6. Jenis Kelamin dalam faktor-faktor kenakalan remaja

    Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Menurut catatan kepolisian, pada umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.

  7. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

    Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan disekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.

  8. Kelas Sosial ekonomi

    Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50:1 (Kartono, 2003).

  9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

    Faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.