Disfungsi Keluarga dan Akibatnya

Pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai disfungsi keluarga dan akibatnya. Peran keluarga sangat penting dalam kehidupan seorang individu apalagi seorang anak. Akan terjadi banyak sekali masalah jika seorang anak mengalami disfungsi keluarga dalam hidupnya. Berikut ini diberikan contoh kasus disfungsi keluarga, dan apa fungsi keluarga serta karakteristik keluarga disfungsi.

Rio sedang menikmati satu linting ganja di rumah pamannya saat polisi datang menggerebek rumah tersebut. Ia, paman, dan dua orang teman pamannya itu sedang berpesta. Rio tinggal bersama ibunya yang merupakan orang tua tunggal. Ayah dan ibunya bercerai sejak usianya 10 tahun dan telah menikah lagi. Semenjak mengkonsumsi narkoba, Rio kerap menjual barang-barang rumah tangga di rumah milik ibunya seperti gas, tv, dan barang lainnya. Ia mengaku rumah nya kemalingan agar ibunya tidak curiga.

Sementara itu, Nia, 17 tahun, telah menjalani rehabilitasi sosial selama satu bulan di Balai Rehabiilitasi Sosial Anak. Dia dan dua temannya dibawa ke Balai karena terlibat dalam prostitusi online yang melibatkan anak di bawah umur, termasuk dirinya. Sama seperti Rio, ayah dan ibu Nia sudah lama berpisah. Ia diasuh oleh neneknya sejak usia nya 5 tahun. Ibu dan ayahnya sudah menikah lagi dan memiliki keluarga masing-masing. Ia mengaku terpaksa terlibat prostitusi karena butuh uang untuk menghidupi dirinya sendiri. Sejak neneknya meninggal dua tahun lalu, Nia tinggal sendiri dikos-kosan, oleh karena itu dia butuh uang agar bisa bertahan hidup.

Di sisi lain, ada Dio, 16 tahun, yang sudah hidup di jalan sejak dua tahun lalu. Dio memutuskan keluar dari rumah karena tidak tahan atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Ia dan adik-adiknya menyaksikan kekerasan yang dilakukan ayah kepada ibunya. Ia bahkan masih ingat bagaimana ayahnya membenturkan kepalanya ke tembok karena ia membela ibunya. Sebelum tinggal di jalan, Dio tinggal di rumah neneknya. Ia kerap mencoba menghubungi ayah atau ibunya untuk sekedar meminta uang jajan. Terakhir ia meminta uang Rp. 50.000 untuk berobat namun tidak digubris. Kekecewaan ini akhirnya membuat Dio memutuskan untuk mengurus hidupnya sendiri dengan turun ke jalan dan menjadi pengamen, uangnya ia gunakan untuk makan, membeli rokok, dan juga membeli obat-obatan terlarang seperti eksimer.

Tiga kasus di atas memiliki satu persamaan, yaitu sama-sama memiliki keluarga yang disfungsional dan lingkungan yang mendukung perilaku negatif. Anak-anak pada kasus di atas berasal dari keluarga dengan latar belakang yang tidak kondusif untuk perkembangan mereka. Dua anak berasal dari keluarga broken home, sedangkan satu anak (walaupun kedua orang tuanya masih bersama) memiliki orang tua yang abusive.

Pada hakikatnya, keluarga adalah unit sosial terkecil yang bertanggung jawab pada stabilitas dan kontinuitas suatu masyarakat. Keluarga menjadi cikal bakal komunitas yang besar. Sulit membayangkan bagaimana suatu komunitas atau masyarakat dapat terbentuk atau bertahan tanpa adanya keluarga.

Disfungsi Keluarga dan Akibatnya

Fungsi Keluarga

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), terdapat delapan fungsi keluarga yang menjadi prasyarat, acuan, dan pola hidup setiap keluarga untuk mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi, ekonomi, dan lingkungan.

  • Fungsi agama
    Keluarga adalah tempat penanaman nilai agama sejak dini agar anak tumbuh menjadi karakter yang agamais, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga juga menjadi tempat pengenalan nilai-nilai budaya bangsa yang sarat akan nilai dan adab ketimuran. Anak kelak akan tumbuh menjadi warga negara Indonesia, dan ini akan melekat padanya, sehingga ia harus memahami bagaimana budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsanya sendiri.
  • Fungsi cinta dan kasih sayang.
    Afeksi dari orang tua adalah kebutuhan paling utama bagi anak-anak. Interaksi yang saling menyayangi dan penuh kasih antar keluarga akan menjadikan keluarga dan rumah sebagai tempat paling berharga bagi anak.
  • Fungsi perlindungan
    Keluarga adalah tempat berlindung dan pelindung paling utama. Anak seharusnya merasakan rasa aman dan nyaman saat bersama keluarga.
  • Fungsi sosialisasi
    Keluarga juga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak. Di sini lah fungsi keluarga sangat dibutuhkan. Fungsi sosialisasi yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan anak yang cerdas secara kognitif dan membentuk peribadi yang berkarakter mulia.
  • Fungsi lingkungan
    Yaitu fungsi mempromosikan dan mendorong kesadaran anak akan  pentingnya lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.
  • Fungsi reproduksi
    Keluarga menjadi tempat untuk memperkenalkan dan menanamkan fungsi reproduksi. Reproduksi yang sehat dan terencana akan melahirkan generasi penerus yang baik dan berkualitas.
  • Fungsi ekonomi
    Orangtua wajib memberikan nafkah atau memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi. Keluarga juga merupakan tempat untuk membina dan menanamkan nilai-nilai keuangan. Tidak hanya itu, keluarga diharapkan dapat membina perencanaan keuangan keluarga sehingga terwujud keluarga yang sejahtera.

Apabila keluarga tidak mampu menerapkan fungsi-fungsi di atas, maka keluarga tersebut dapat dikatakan mengalami disfungsi yang berpotensi merusak kekokohan keluarga yang pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembang, dan kepribadian anak.

Karakteristik Keluarga Disfungsi

Menurut Hawari (2004) terdapat beberapa karakteristik keluarga disfungsional, yaitu :

  • Adanya kematian salah satu atau kedua orangtuanya
  • Kedua orangtua berpisah atau bercerai (divorce)
  • Hubungan kedua orangtua tidak baik (poor marriage)
  • Hubungan orangtua dengan anak tidak baik (poor parent–child relationship); Suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan (high tension and low warmth)
  • Orangtua sibuk dan jarang berada di rumah (parent’s absence)
  • Salah satu atau kedua orangtua memiliki kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara disfungsi keluarga dengan gangguan tingkah laku pada anak. Semakin tinggi tingkat difungsi keluarga, maka semakin tinggi pula resiko anak mengalami gangguan perilaku. Selain itu, ketidakberfungsian keluarga juga berkontribusi pada faktor yang menyebabkan anak terlibat dalam perbuatan kriminal.

Terdapat beberapa situasi keluarga dimana anak-anak beresiko menjadi anak nakal, yaitu dimana anak-anak merasa tidak diterima atau ditolak oleh orang tua, tidak dikontrol  secara memadai oleh orang tua, dan tumbuh di rumah dengan banyak konflik. Penolakan orang tua adalah hal yang paling berpengaruh pada kenakalan remaja. Penolakan ini bisa berbentuk tidak adanya perhatian pada aktivitas sehari-hari anak. Orang tua perlu mengetahui dimana anak berada, dengan siapa, dan apa yang dilakukannya, agar anak merasa diperhatikan.

Meskipun demikian, kenakalan dan tindakaan kriminal yang dilakukan remaja cenderung disebabkan oleh perkembangan normatif yang tidak tuntas. Anak tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, merasa tidak perlu mematuhi standar norma dan niai yang berlaku di masyarakat, dan tidak menunjukkan rasa hormat pada hak dan kesejahteraan orang lain. Selain itu, tidak semua anak-anak yang tumbuh dalam keluarga disfungsional menjadi anak nakal dan berbuat kriminal.

Namun pada akhirnya, keluarga lah yang berperan penting dalam menanamkan nilai moral pada anak. Pengasuhan yang baik adalah tiang dan penyangga yang akan mencegah perilaku negatif dan membantu remaja dalam melindungi diri dari kenakalan yang lebih buruk.

Demikianlah pembahasan mengenai disfungsi keluarga dan akibatnya, semoga dapat menjadi inspirasi para pembaca untuk lebih mengenal lingkungan sekitar.

*nama anak pada kasus disamarkan
Sumber : Pusat Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial

Pentingnya Penyesuaian Diri Bagi Mahasiswa Baru

Pentingnya penyesuaian diri bagi mahasiswa baru merupakan salah satu hal yang sangat penting dilakukan untuk dapat bersosialisasi di lingkungan yang baru.

Agustiani (2009) menyatakan bahwa saat melewati setiap tahap perkembangan, seseorang mengalami berbagai perubahan yang berasal dari dalam dan luar dirinya, seperti aspek biologis, aspek kognitif, aspek lingkungan, dan aspek sosio-emosional. Hal tersebut dapat memunculkan permasalahan tersendiri. Seseorang akan mampu mengatasi permasalahan tersebut jika dirinya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri.

Pentingnya Penyesuaian Diri Bagi Mahasiswa Baru

Apa Itu Penyesuaian Diri?

Penyesuaian diri merupakan proses yang terdiri dari respon mental dan perilaku sebagai usaha seseorang untuk mengatasi serta menyelaraskan kebutuhan, harapan, dan tuntutan yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitarnya melalui upaya-upaya tertentu (Schneiders, 1964; Agustiani, 2009).

Pentingnya Menyesuaikan Diri di Perguruan Tinggi

Saat memasuki lingkungan baru, setiap orang akan menghadapi situasi yang mendorongnya untuk melakukan penyesuaian diri, termasuk mahasiswa baru. Mahasiswa baru diarahkan untuk mengikuti kegiatan akademik dan non- akademik. Selain kegiatan perkuliahan di dalam kelas, mahasiswa baru juga diarahkan untuk mengikuti kegiatan lain seperti orientasi mahasiswa baru dan organisasi kemahasiswaaan.

Namun bagi sebagian mahasiswa baru, berada di perguruan tinggi dapat menjadi situasi yang dipenuhi oleh perubahan dan stres. Mahasiswa baru mengalami top- dog phenomenon, dimana sebelumnya mahasiswa baru yang merupakan siswa senior di Sekolah Menengah Atas (SMA) kembali menjadi mahasiswa junior di perguruan tinggi (Santrock, 2007). Perbedaan kurikulum, disiplin, hubungan  sosial, gaya hidup, cara belajar, tugas-tugas, target pencapaian nilai, dan hal-hal lain menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam tahun pertama perkuliahannya (Santrock, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Ababu, Yigzaw, Besene, dan Alemu (2018) juga menemukan bahwa mahasiswa baru mengalami kesulitan menyesuaikan diri di perguruan tinggi akibat homesickness (distres yang dialami karena berada jauh dari rumah), kesulitan bersosialisasi atau berkenalan dengan orang baru, serta kesulitan mengatur waktu dan kemampuan belajar. Hal-hal tersebut dapat menjadi masalah yang menyebabkan mahasiswa baru kesulitan menyesuaikan diri di perguruan tinggi.

Meskipun demikian, mahasiswa baru juga mendapatkan dampak positif dari proses penyesuaian diri. Dampak positif tersebut muncul dalam bentuk kesempatan bagi mahasiswa untuk menjadi lebih dewasa, memiliki lebih banyak pilihan terkait mata kuliah dan kegiatan yang diikuti, memiliki lebih banyak waktu bersama teman-teman, memiliki kesempatan untuk mencoba nilai dan gaya hidup yang baru, mendapatkan lebih banyak kebebasan dari pengawasan orangtua, serta lebih tertantang oleh tugas kuliah (Halonen & Santrock, 2010). Mahasiswa dikatakan berhasil menyesuaikan diri ketika mereka tetap tinggal di perguruan tinggi, memiliki kesejahteraan psikologis yang baik, dan menunjukkan hasil yang memuaskan secara akademis (Lapsley & Edgerton, 2002).

Maka dari itu, penting bagi setiap mahasiswa baru untuk mengembangkan penyesuaian diri. Mahasiswa dengan penyesuaian diri yang baik merasakan lebih sedikit tekanan sementara mahasiswa dengan penyesuaian diri yang buruk mengalami kesulitan dalam tahun pertama perkuliahannya dan cenderung berperilaku defensif (Hurlock, 1980; Lapsley & Edgerton, 2002).

Bagaimana Cara Menyesuaikan Diri di Perguruan Tinggi?

Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh mahasiswa baru untuk mengembangkan penyesuaian diri di perguruan tinggi (Hadijah, 2018; Sunarto & Hartono, 2018). Cara yang dapat dilakukan antara lain :

  1. Menggali kemampuan diri

Mahasiswa baru dapat menuliskan kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya untuk memperoleh gambaran terkait potensi yang perlu dipertahankan atau ditingkatkan. Hal ini tidak terbatas hanya pada kelebihan dan keterbatasan pada bidang akademik, tetapi juga cara membentuk dan mempertahankan relasi dengan orang-orang yang ada di lingkungan perguruan tinggi, seperti mahasiswa lain, dosen, dan pegawai.

Mahasiswa baru juga perlu mencari informasi tentang kegiatan-kegiatan yang ada di perguruan tinggi yang dapat menambah pengalamannya seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), organisasi kemahasiswaan, kepanitiaan acara yang diadakan di lingkungan perguruan tinggi, dan lomba-lomba seperti karya tulis ilmiah, debat, Liga Mahasiswa, dan sebagainya.

  1. Menyusun perencanaan yang cermat

Berdasarkan pengetahuan terhadap kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki serta informasi tentang kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan perguruan tinggi, mahasiswa baru dapat menyusun rencana tentang tujuan yang ingin dicapai selama berada di perguruan tinggi. Ketika menentukan tujuan, mahasiswa baru juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang berpotensi mendukung maupun menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut.

Mahasiswa baru perlu menyadari bahwa tujuan yang ingin dicapai sebaiknya realistis namun menantang yang mendorongnya untuk bergerak mencapai tujuan yang telah ditentukan. Apabila mahasiswa baru langsung menentukan tujuan yang terlalu sulit, mahasiswa baru dapat menghadapi lebih banyak hambatan dalam upaya mencapai tujuannya.

  1. Melewati proses trial and error atau coba-coba

Setelah menyusun rencana, mahasiswa baru dapat mencoba berpartisipasi dalam beberapa kegiatan yang ada di perguruan tinggi. Saat hasil yang didapatkan dianggap menguntungkan, mahasiswa baru dapat meneruskannya. Ketika hasilnya dianggap kurang menguntungkan, mahasiswa baru dapat berhenti mengikuti kegiatan tersebut. Ketika melewati proses ini, mahasiswa baru juga dapat berkenalan dengan mahasiswa lain yang dapat membantu membangun serta menjalin relasi di perguruan tinggi.

Mahasiswa baru yang melewati proses trial and error juga perlu melakukan penyesuaian terhadap rencana yang telah disusun sebelumnya berdasarkan situasi yang dihadapi.

  1. Melakukan eksplorasi

Jika pada proses trial and error mahasiswa baru lebih cenderung mencoba kegiatan yang ada di perguruan tinggi, proses eksplorasi lebih menekankan pada tingkat berpikir yang lebih tinggi. Saat melakukan eksplorasi, mahasiswa baru lebih fokus pada kegiatan yang sesuai dengan minat, tujuan, dan kemampuannya.

Mahasiswa baru dapat melakukan eksplorasi di UKM, organisasi kemahasiswaan, kepanitiaan, maupun lomba-lomba. Hal ini kembali kepada pertimbangan mahasiswa baru sehingga mahasiswa baru dapat  meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta mendapatkan teman- teman baru yang dapat membantu untuk menyesuaikan diri di perguruan tinggi.

  1. Secara langsung menghadapi masalah yang muncul

Seperti ketika melakukan kegiatan-kegiatan lain, mahasiswa baru yang berupaya mengembangkan penyesuaian diri juga akan menghadapi permasalahan, baik permasalahan yang datang dari diri sendiri maupun permasalahan yang muncul akibat interaksi dengan orang lain. Ketika hal tersebut terjadi, mahasiswa baru sebaiknya menghadapi permasalahan dan konsekuensinya secara langsung serta meminimalisir munculnya perilaku defensif, agresif, maupun menghindari terhadap permasalahan yang ada. Permasalahan yang dihadapi juga perlu diselesaikan dengan cara yang paling sesuai dengan situasi pada saat itu. Selain menghadapi masalah yang muncul, penting bagi mahasiswa baru untuk berusaha menemukan alternatif solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

  1. Melakukan pengendalian diri

Ketika berada lingkungan perguruan tinggi, mahasiswa baru perlu mengendalikan dirinya dalam berperilaku dan mengekspresikan emosinya. Mahasiswa baru perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda dari dirinya. Jika mahasiswa baru mampu mengendalikan diri, mahasiswa baru juga akan mampu menanggapi situasi yang dihadapi secara rasional ketika berinteraksi dengan orang lain dan mencegah atau meminimalisir munculnya konflik.

Penyesuaian diri di perguruan tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi mahasiswa baru. Namun perlu diingat kembali bahwa setiap orang memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk menyesuaikan diri dilingkungan baru. Mahasiswa baru tidak perlu berkecil hati ketika mengalami kegagalan atau merasa bahwa dirinya lebih lambat menyesuaikan diri dibandingkan dengan mahasiswa yang lain. Selama adanya upaya untuk menyesuaikan diri, pada akhirnya mahasiswa baru juga akan mampu mengembangkan penyesuaian diri yang dapat membantunya selama menjalankan perannya sebagai mahasiswa di perguruan tinggi.

Demikian pembahasan mengenai pentingnya penyesuaian diri bagi mahasiswa baru, semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat.

Faktor-faktor Kenakalan Remaja

Setelah membaca apa itu pengertian remaja dan bagaimana karakteristik remaja, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai faktor-faktor kenakalan remaja. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, diantaranya akan dijelaskan pada artikel dibawah ini.

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut santrock, sebagai berikut :

faktor-faktor kenakalan remaja

  1. Faktor Kepribadian

    Faktor kepribadian, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri remaja. Berkaitan dengan faktor kepribadian, kenakalan remaja selalu diasosiasikan dengan ciri perkembangan mereka yakni rasa ingin tahu, proses identifikasi agar terlihat seperti dewasa dan ingin terlihat gagah.

  2. Faktor Teman sebaya

    Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.Pada sebuah penelitian santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan regular dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.

  3. Faktor Orang tua

    Pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

  4. Kontrol Diri dalam faktor-faktor kenakalan remaja

    Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Hasil penelitian yang dilakukan Santrock, menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh orangtua yang efektif di masa kanak- kanak berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki keterampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

  5. Faktor Usia

    Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.

  6. Jenis Kelamin dalam faktor-faktor kenakalan remaja

    Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Menurut catatan kepolisian, pada umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.

  7. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

    Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan disekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.

  8. Kelas Sosial ekonomi

    Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50:1 (Kartono, 2003).

  9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

    Faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Terdapat banyak referensi mengenai pembagian bentuk-bentuk kenakalan remaja. Yuk kita bahas bentuk-bentuk kenakalan remaja menurut Kartono dibawah ini.

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, bentuk perilaku yang dikemukakan dibagi berdasarkan faktor penyebab dan ciri-ciri tingkah laku yang ditimbulkan, yaitu :

Kenakalan Terisolir (Delinkuensi terisolir)

Merupakan kelompok dengan jumlah terbesar dari remaja nakal, pada umumnya remaja nakal tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal remaja didorong oleh faktor-faktor berikut :

  1. Keinginan meniru dan ingin menyesuaikan diri dengan kumpulannya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.
  2. Remaja nakal kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya geng-geng kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung.
  3. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat pengakuan dan prestasi tertentu .
  4. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi

Delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya. Namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.

Kenakalan Neurotik (Delinkuensi neurotic)

Pada umumnya, remaja nakal tingkat ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, misalnya berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah :

  1. Perilaku nakal yang bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal.
  2. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya.
  3. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya.
  4. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.
  5. Remaja yang memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
  6. Motif kejahatannya berbeda-beda.
  7. Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).

Kenakalan Psikotik (Delinkuensi psikopatik)

Delikuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah :

  1. Remaja ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan mereka.
  2. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
  3. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Pada umumnya mereka sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
  4. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku.
  5. Mereka sangat egois, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab.

Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral)

Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif diantara para penjahat, diantaranya para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20% yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.

Definisi Remaja dan Karakteristiknya

Definisi remaja dan karakteristiknya. Pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai definisi remaja dan karakteristik remaja nakal. Yuk, segera dibahas!

Definisi Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Remaja juga diartikan sebagai masa peralihan diantara masa kanak kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Menurut santrock (2003) dalam yana (2010 : 10), bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Definisi Remaja dan Karakteristiknya

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran) semakin logis, abstrak, dan semakin banyak menghabiskan waktu diluar keluarga.

Usia SMA tergolong usia remaja sebagai salah satu komponen generasi muda yang akan mempunyai peran yang sangat besar dan menentukan masa depan bangsa. Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari remaja, 80% diantaranya tinggal dinegara yang sedang berkembang.

Menurut Sri Rumini & siti sundari (2004) dalam yana (2010:10) masa remaja adalah peralihan dari masa anak menjadi masa dewasa yang mengalami perkembangan dari semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Zakiah darajad mendefinisikan remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari anak anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak anak. Definisi tentang remaja yang digunakan oleh para ahli biasanya berkisar seputar perubahan perubahan pada masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa, seperti definisi yang di berikan oleh WHO tentang remaja (dalam Mulyono, 2007:14) :

  1. Individu berkembang pertama kali saat ia menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual.
  2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak anak menjadi dewasa.

Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Masa remaja merupakan masa penghubung antara masa anak anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, di antaranya terjadi perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan sosial, dimana mereka mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita cita diri dan masa dimana anak ingin mencoba sesuatu yang belum pernah mereka rasakan.

Karakteristik Remaja Nakal

Menurut Kartono (2003), remaja nakal mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :

  • Perbedaan struktur intelektual
    Pada umumnya inteligensi remaja nakal tidak berbeda dengan inteligensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi-fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi dari pada nilai untuk keterampilan verbal (tes wechster ). Remaja nakal kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius pada umumnya remaja kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.
  • Perbedaan fisik psikis
    Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Pada umumnya remaja nakal bersikap lebih agresif.

Ciri karakteristik individual

Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang seperti :

  1. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
  2. Kebanyakan dari remaja nakal terganggu secara emosional.
  3. Remaja nakal kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial.
  4. Remaja nakal senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berfikir yang merangsang rasa kejantanan Walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang terkandung didalamnya.
  5. Pada umumnya remaja nakal sangat impulsive dan suka tantangan dan bahaya.
  6. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
  7. Kurang memiliki disiplin diri dan control diri sehingga remaja menjadi liar dan jahat.

Demikian pembahasan mengenai definisi remaja dan karakteristiknya, semoga dapat menambah informasi bagi teman-teman.

Mengatasi Frustasi Dalam Psikologi

Mengatasi Frustasi Dalam Psikologi

Mengatasi frustasi dalam psikologi terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Masing-masing orang memiliki permasalahannya tersendiri. Namun ada beberapa orang yang merasa bahwa dirinya tidak sanggup dibebani masalah dan akhirnya menjadi frustasi.

Frustasi mengacu pada reaksi subjektif terhadap penghalang tingkah atau motivasi yang penting sehingga mengakibatkan terganggunya penyesuaian diri seseorang. Frustasi dapat menyebabnya pengaruh yang negatef baik untuk kesehatan fisik maupun mental.

Cara Mengatasi Frustasi Dalam Psikologi

1). Nyatakan (eksplosif)

Dimana, semua energi yang terdapat dalam diri individu diledakkan atau dihabiskan dengan cara melakukan perbuatan atau ucapan yang bersifat eksplosif, sehingga tidak ada lagi tekanan yang mengganggu

2). Seimbangkan Batin

Anda harus menjernihkan pikiran dan menyeimbangkan batin. Anda harus mencegah kemungkinan terjadinya pertentangan batin yang mungkin merisaukan diri seumur hidup. Karena itu batin harus diseimbangkan atau diselaraskan agar bisa tetap tegak.

3). Kendalikan Kekecewaan

Jika anda ingin menjadi orang sukses anda pasti melewati yang namanya rasa frustasi, gelisah, jengkel, dan berbagai kekecewaan yang lain. Karena dalam hidup semua kekecewaan itu tidak bisa dihindari. Jika anda kecewa saja tidak bisa dihadapi dan sudah frustasi bagaimana permasalahan lainnya? jelas anda tidak akan pernah menapaki kesuksesan.

4). Cari Pembelaan

Melakukan pembelaan (rationalisasi), yaitu usaha yang dilakukan untuk mencari alasan yang masuk akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masuk akal. Sebenarnya ini seringkali dilakukan beberapa orang untuk menghindari masalah, namun untuk anda yang frustasi hal ini bisa dilakukan. Bukan menghindar tapi lebih kepada tidak menitikberatkan masalah untuk sendiri dan mencari pembelaan agar orang lain bisa ikut melihat masalah anda.

5). Pengendalian waktu yang baik

Seringkali seseorang merasa frustasi bukan karena masalah namun karena banyaknya pekerjaan dan tidak bisa ditangani dengan baik, sehingga pengendalian waktu mungkin bisa membantu anda keluar dari rasa frustasi.

6). Mental Sehat

Mental yang sehat menjadikan seseorang bisa menghadapi berbagai masalah dan akhirnya tidak mengalami frustasi. Cara Memelihara Kesehatan Mental Anak termasuk cara mudah sejak dini yang bisa anda terapkan.

7).  Kembangkan Daya Berpikir

Seseorang harus mengembangkan daya pikir yang kreatif dengan berlandaskan tujuan hidup yang telah anda tetapkan sebelumnya. Anda harus ingat bahwa hidup memang seperti roller coster dimana akan ada turun dan naik permasalahan dan kebahagiaan.

8). Efisiensi Diri

Efisiensi energi yang anda lakukan bisa menjadi solusi menghindari frustasi. Anda bisa melakukan suatu pekerjaan tanpa harus mengorbanan atau memboroskan banyak energi karena kamu telah bertindak cerdas dengan apa yang harus kamu lakukan.

9). Tingkatkan Iman

Psikologi Agama menyatakan bahwa spiritual seseorang memiliki hubungan dan kesehatan mental. Anda tidak ingin frustasi maka tingkatkan iman anda. Banyak sekali orang yang hanya ingat spiritualnya lemah ketika sedang hancur saja. Coba anda tingkatkan iman saat anda sedang baik atau tidak baik, maka anda tidak akan merasa sendiri dan frustasi.

10). Mencatat Kemajuan Diri

Lakukan check list dan lihat bagaimana perkembangan anda atau target hidup anda apakah tercapai atau tidak.

11). Stop Menyalahkan Diri

Mungkin penyebab frustasi anda adalah sesuatu dari perbuatan anda sendiri. Wajar jika seorang manusia mengalami hal yang mungkin salah dan tidak sesuai keinginan namun jangan menyalahkan diri sendiri, yang ada anda tidak akan berubah dan berkembang.

12). Jangan Marah

Marah diperbolehkan untuk melepaskan penat atau tekanan, bukan untuk menyalahkan orang lain. Hal ini dapat diarahkan baik pada diri kita sendiri maupun sesuatu yang menyebabkan frustasi dan juga rasa tertekan itu hadir. Silahkan anda menghibur diri dengan menonton film lucu atau membaca komik kesukaan anda. Intinya di sini adalah untuk meminimalkan rasa marah sehingga anda dapat berpikir jernih dan mendapatkan solusi yang baik.

 

Itulah beberapa cara mengatasi frustasi dalam psikologi yang bisa anda lakukan dengan ringan. Tidak perlu membutuhkan psikiater, psikolog dan sebagainya. Intinya pengendalian dirilah yang paling bisa berperan dalam menenangkan pikiran dan jiwa anda. Ingatlah bahwa semua orang pernah salah, mengalami kekurangan, masalah dan sebagainya namun mereka bisa bangkit dan maju. Jadi kenapa anda tidak?

Metode Pelatihan Dunia Kerja

Metode Pelatihan Dunia Kerja – Banyak perusahaan mengadakan pelatihan kerja/training sebelum karyawan memulai kerja. Pelatihan kerja merupakan proses yang membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan pikiran, tindakan, kecakapan/skill, pengetahuan, dan sikap yang layak. Berbagai metode dapat digunakan dalam program pelatihan. Apa itu metode pelatihan kerja dan apa saja metode yang sering digunakan, akan dibahas lebih lanjut.

Metode Pelatihan Dunia Kerja

Apa saja Metode Pelatihan Dunia Kerja?

Metode pelatihan kerja secara umum dibagi menjadi dua yaitu on the job training dan off the job training. On the job training lebih banyak digunakan dibandingkan dengan off the job training, karena program on the job training lebih berfokus pada peningkatan produktivitas secara cepat. Sedangkan metode off the job training lebih cenderung berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.

Metode Pelatihan Dunia Kerja On The Job Training

On the job training terbagi menjadi enam macam yaitu :

  1. Job instruction training
    Pelatihan ini memerlukan analisa kinerja pekerjaan secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan, dan menunjukan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan.
  2. Apprenticeship
    Pelatihan ini mengarah pada proses penerimaan karyawan baru, yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu. Efektif atau tidaknya pelatihan ini tergantung pada kemampuan praktisi yang ahli dalam mengawasi proses pelatihan.
  3. Internship (Magang) dan assistantships
    Pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan formal yang lebih tinggi. Pelatihan bagi pelajar yang menerima pendidikan formal di sekolah yang bekerja di suatu perusahan dan diperlakukan sama seperti karyawan dalam perusahaan tetapi tetap dibawah pengawasan praktisi yang ahli.
  4. Job rotation dan transfer
    Job rotation dan transfer adalah proses belajar yang dilakukan untuk mengisi kekosongan dalam manajemen dan teknikal. Dalam pelatihan ini terdapat 2 kerugian yaitu: peserta pelatihan hanya merasa dipekerjakan sementara dan tidak mempunyai komitmen untuk terlibat dalam pekerjaan dengan sungguh-sungguh, dan banyak waktu yang terbuang untuk memberi orientasi pada perserta terhadap kondisi pekerjaan yang baru. Tetapi pelatihan ini juga mempunyai keuntungan dimana jika pelatihan ini diberikan oleh manajer yang ahli maka peserta akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan dan praktek dalam pekerjaan.
  5. Junior boards dan committee assingments
    Alternatif pelatihan dengan memindahkan peserta pelatihan ke dalam komite untuk bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan administrasi. Dan juga menempatkan peserta dalam anggota eksekutif agar memperoleh kesempatan dalam berinteraksi dengan eksekutif yang lain.
  6. Coaching dan counseling
    Pelatihan ini merupakan aktifitas yang mengharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan bagaimana melakukan pekerjaan secara tepat.

Teknik Off The Job Training

Off the job training dibagi menjadi 13 macam yaitu :

  1. Vestibule training
    Pelatihan dimana dilakukan ditempat yang kondisinya sama seperti tempat aslinya. Pelatihan ini digunakan untuk mengajarkan keahlian kerja khusus.
  2. Lecture
    Pelatihan dimana pelatih menyampaikan berbagai macam informasi/ mengajarkan pengetahuan kepada sejumlah besar orang pada waktu bersamaan.
  3. Independent self-study
    Pelatihan dimana peserta diharapkan bisa melatih diri sendiri misalnya dengan membaca buku, mengambil kursus pada universitas lokal ataupun mengikuti pertemuan profesional.
  4. Visual presentations
    Pelatihan dengan mengunakan televisi, film, video, atau presentasi.
  5. Conferences dan discussion
    Pelatihan ini biasa digunakan untuk pengambilan keputusan dimana peserta dapat belajar satu dengan yang Iainnya.
  6. Teleconferencing
    Pelatihan dengan menggunakan satelit, dimana pelatih dan peserta dimungkinkan untuk berada di tempat yang berbeda.
  7. Case studies
    Pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, dimana peserta dituntut untuk menemukan prinsip-prinsip dasar dengan menganalisa masalah yang ada.
  8. Role playing
    Pelatihan dimana peserta dikondisikan pada suatu permasalahan tertentu, peserta harus dapat menyelesaikan permasalahan dimana peserta seolah-olah terlibat langsung.
  9. Simulation
    Pelatihan yang menciptakan kondisi belajar yang mirip dengan kondisi pekerjaan, pelatihan ini digunakan untuk belajar secara teknikal dan motor skill.
  10. Programmed instruction
    Merupakan aplikasi prinsip dalam kondisi operasional, biasanya menggunakan computer.
  11. Computer-based training
    Merupakan program pelatihan yang diharapkan mempunyai hubungan interaktif antara komputer dan peserta, dimana peserta diminta untuk merespon secara langsung selama proses belajar.
  12. Laboratory training
    Pelatihan ini terdiri dari kelompok-kelompok diskusi yang tak beraturan dimana peserta diminta untuk mengungkapkan perasaan mereka antara satu dengan yang lain. Tujuan pelatihan ini adalah menciptakan kewaspadaan dan meningkatkan sensitivitas terhadap perilaku dan perasaan orang lain maupun dalam kelompok.
  13. Programmed group exercise
    Pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan. Program pelatihan kerja disusun berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) , Standar Internasional dan/atau Standar Khusus. SKKNI sendiri disusun berdasarkan kebutuhan lapangan usaha yang sekurang-kurangnya memuat kompetensi teknis, pengetahuan, dan sikap kerja.

Pentingnya Pelatihan dalam Dunia Kerja

Pentingnya pelatihan dalam dunia kerja, hal ini akan sangat berpengaruh bagi sumber daya manusia yang terdapat didalam suatu perusahaan, baik karyawan baru maupun bagi karyawan lama. Pada kesempatan kali ini akan membahas apa itu pelatihan dalam dunia kerja, manfaatnya, serta jenis-jenis pelatihan dalam dunia kerja.

Pentingnya Pelatihan dalam Dunia Kerja

Apa itu Pelatihan Kerja?

Didalam dunia kerja, telinga kita akrab dengan istilah pelatihan kerja atau training. Sumber daya manusia dalam suatu perusahaan merupakan aset penting bagi perkembangan perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan kerja para karyawan, banyak perusahaan mengadakan pelatihan kerja/training. Biasanya training dilakukan sebelum memulai kerja atau pada saat awal masuk kerja.

Menurut Peraturan Pemerintah No.31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, Pelatihan kerja atau yang sekarang biasa kita kenal dengan istilah training adalah seluruh kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Singkatnya,pelatihan kerja merupakan proses mengajarkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan bekerja (vocational) serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar.

Pelatihan dapat diadakan di tempat kerja atau di lembaga pelatihan kerja (instansi pemerintah, badan hukum atau perorangan yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja) yang sudah ditetapkan.

Manfaat Pelatihan dalam Dunia Kerja

Ada banyak manfaat yang bisa kita ambil dengan mengikuti pelatihan kerja. Diantaranya yaitu :

  • Mewujudkan pelatihan kerja nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja
  • Memberikan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan, pembinaan, dan pengendalian pelatihan kerja
  • Mengoptimalkan pendayagunaan dan pemberdayaan seluruh sumber daya pelatihan kerja.
  • Untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan bisnis dan operasional-operasional industri sejak hari pertama masuk kerja
  • Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.
  • Untuk mempersiapkan promosi ketenagakerjaan pada jabatan yang lebih rumit dan sulit, serta mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan kepengawasan atau manajerial.

Jenis – Jenis Pelatihan dalam Dunia Kerja

  1. Skills training
    Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai dalam organisasi. Program pelatihannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekurangan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. Kriteria penilaian efektifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
  2. Retraining
    Pelatihan ulang berupaya memberikan keahlian-keahlian yang dibutuhkan para karyawan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin komputer atau akses internet.
  3. Cross functional training
    Pelatihan lintas fungsional melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
  4. Team training
    Pelatihan tim merupakan pelatihan yang terdiri dari sekelompok individu dimana mereka harus menyelesaikan bersama sebuah pekerjaan demi tujuan bersama dalam tim.
  5. Creativity training
    Pelatihan kreatifitas berlandaskan pada asumsi bahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya.

 

Demikian pembahasan mengenai bagaimana pentingnya pelatihan dalam dunia kerja,. Diharapkan dengan adanya pelatihan dalam dunia kerja dapat meningkatkan produktifitas karyawan maupun perusahaan.

 

Sumber :
Indonesia. Undang – Undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Indonesia. Peraturan Pemerintah No.31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional
Jurnal SDM

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Pentingnya menjaga kesehatan mental akan sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang seorang remaja, karena hal ini akan secara otomatis mengubah pemikiran seorang remaja yang masih labil. Pada kesempatan kali ini, akan membahas apa itu kesehatan mental dan gangguan kesehatan mental yang sering terjadi pada remaja.

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Isu kesehatan mental menjadi trending topik belakangan ini. Mungkin sebagian orang masih tabu dengan topik kesehatan mental karena seringnya masyarakat kita lebih mementingkan kesehatan fisik dengan berolahraga, baik itu dengan lari/jogging, gym atau melakukan olahraga dari rumah dengan metode work out. Akan tetapi dibalik itu semua belum tentu seseorang memIliki kesadaran dalam merawat kesehatan mental mereka sama baiknya dengan merawat fisik mereka juga.

Kesehatan Mental

Menurut psikoterapis Lynn Lyons, stres pada anak merupakan hal yang normal. Kunci utama untuk membantu mereka mengatasi stres adalah dengan membimbing mereka. “Jika mereka tidak diajarkan bagaimana caranya untuk mengendalikan stres, mereka akan menyelesaikan masalah dengan cara yang salah, seperti makan berlebihan, memakai narkoba, dan mengkonsumsi alkohol”, kata Lynn Lyons.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera dimana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, hidup produktif dan bermanfaat, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka.  Pentingnya kesehatan mental yang dikatakan oleh World Health Organization (WHO) melalui definisi kesehatan mereka yang menyatakan: “Kesehatan adalah keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.

Gangguan Kesehatan Mental Bagi Remaja

Hal yang paling sederhana yang dapat kita temukan dalam ruang lingkup remaja adalah menjadi beban bagi para remaja SMA saat menanti pengumuman kelulusan di universitas yang ia pilih melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Ada banyak kasus setiap tahunnya mengenai remaja yang kesehatan mentalnya terganggu karena menunggu pengumumann kelulusan universitas yang ia pilih.

Kesehatan dan kesejahteraan mental dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk genetika, hubungan keluarga, teman sekitar, gaya hidup, pekerjaan, faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, pendidikan, dan faktor lingkungan lainnya. Walaupun keterkaitan faktor-faktor ini bisa menjadi rumit, dapat dipastikan bahwa kombinasi dari faktor-faktor yang dialami selama masa kanak-kanak dan remaja meningkatkan risiko munculnya masalah kesehatan mental.

Selain faktor yang telah di jelaskan tersebut, menurut kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) bahwa secara psikologis seseorang dan remaja khusunya dapat mengalami gangguan Kesehatan mental melalui :

  1. Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
  2. Kehilangan orangtua atau disia-siakan di masa kecil.
  3. Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
  4. Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.

 

Demikian pembahasan mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental bagi remaja dan gangguan kesehatan mental yang sering terjadi pada remaja.

Apa Itu Eco Enzyme

Apa itu Eco Enzyme ?

Apa Itu Eco Enzyme? Kali ini kita akan membahas mengenai Eco Enzyme, karena eco enzyme ini merupakan kegiatan yang sangat baik dalam pengolahan sampah organik (sampah rumahan).

Eco enzyme merupakan cairan yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik. Dari proses fermentasi ini, dihasilkan kandungan disinfektan karena kandungan alkohol dan senyawa kimia asam didalamnya.

Apa Itu Eco Enzyme

Bahan dasarnya ialah sampah-sampah organik, seperti kulit buah dan sayuran. Kemudian bahan dasar itu dipadu dengan gula dan air. Setelah itu, selebihnya adalah air yang disarankan ter-timbang secara proporsional. Terkait berapa komposisi yang pas untuk kuantitas sampah-gula-air, sejumlah praktisi memiliki referensi ukuran masing-masing. Diantaranya, ada yang menyarankan formula 3 (sampah rumahan) : 1 (gula) : 10 (air). Jadi, pastikan ter-timbang dengan baik.

Pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand Dr Rosukon Poompanvong menyebut, eco enzyme sebagai setetes air dari surga. Disebut demikian karena memiliki manfaat yang banyak.

Mampu Mengurai Limbah

Berdasarkan hasil penelitian, cairan eco enzyme bisa digunakan untuk menguraikan limbah. Diperkirakan 1 liter cairan eco enzyme dapat mengurai limbah hingga 1000 liter.  Tidak mengherankan jika cairan ini sedang gencar-gencarnya digunakan untuk proses normalisasi sungai. Diharapkan, dengan penggunaan eco enzyme yang ‘dituang’ ke sungai, lama-kelamaan kondisi sungai bisa kembali normal dan ekosistemnya menjadi ‘sehat’ kembali. Bayangkan bila hal serupa juga dilakukan secara serempak dan dalam skala luas. Misalnya, perusahaan besar atau industri rumahan penghasil limbah melakukan hal yang sama, diharapkan kondisi lingkungan akan mampu membaik meski butuh waktu panjang,

Bagaimana cara membuat eco enzyme?

Eco enzyme dibuat dari kulit buah-buahan seperti semangka, jeruk, pepaya, belimbing. Kulit buah-buahan tadi dicampur dengan molase dan air. Perbandingannya satu liter molase, dicampur dengan 3 Kg kulit buah-buahan dan 10 liter air. Molase adalah ampas dari pembuatan gula pasir berbahan dasar tebu, bahan ini bisa didapat di toko-toko pertanian, harganya bervariasi mulai dari Rp20.000 perliter. Molase juga dapat diganti menggunakan gula aren.

Bahan yang telah tercampur, lalu dimasukkan ke dalam wadah tertutup, tapi jangan sampai kedap. Berikan ruang untuk udara masuk di wadah tersebut karena fermentasi menghasilkan gas, sehingga perlu cukup rongga agar gas bisa keluar dari wadah. Proses fermentasi ideal berlangsung selama tiga bulan (90 hari). Karena waktu pemrosesan yang cukup lama, maka pastikan wadah sudah diberi tanda, misalnya tanggal. Sehingga, kita bisa mengetahui kapan persisnya fase awal dan akhir dari proses fermentasi eco enzyme tersebut.

Setelah diendapkan selama tiga bulan, eco enzyme sudah bisa dipanen. Sebelum memanen eco enzyme, persiapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan, seperti corong, jerigen, ember bekas cat, saringan, dan gayung. Air dari eco enzyme diambil dengan cara disaring. Sisa kulit buah-buahannya bisa dipakai pupuk organik sampai pengharum ruangan.

Manfaat Eco Enzyme

Eco enzyme bisa dimanfaatkan sebagai penyanitasi tangan atau hand sanitizer, mengepel lantai atau desinfektan, bisa untuk penetral udara di ruangan memakai diffuser, membersihkan kolam air, kaca, permukaan perabot plastik, mencuci buah dan sayuran, dan masih banyak lagi.

Jadi, ada benarnya jika dikatakan bahwa perbaikan lingkungan dimulai dari hal-hal kecil. Yuk, mulai dari sekarang melakukan gerakan kecil secara mandiri membuat eco enzyme dirumah.