Berbagai Contoh Akulturasi Budaya

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai penyebab dan memahami berbagai contoh akulturasi budaya. –  Akulturasi budaya dapat terjadi dikarenakan masyarakat dapat merasakan manfaat dari percampuran budaya luar atau pendatang dengan memodifikasi budaya asli mereka. Beberapa bidang yang paling sering terpengaruh oleh proses akulturasi yakni bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

Penyebab Akulturasi Budaya

Akulturasi terjadi disebabkan oleh hubungan budaya antar individu dari dua kelompok yang berbeda. tetapi, proses akulturasi budaya biasanya tampak secara menyeluruh maupun sebagian anggota dari kelompok masyarakat. Proses akulturasi budaya pun bermacam-macam, namun tidak ada yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba. Perubahan sosial bisa dikatakan berhasil apabila individu atau kelompok secara tidak sadar melakukan kebiasaan dari suatu kebudayaan dalam intensitas waktu yang lama.

Perbedaan budaya menjadikan suatu ketertarikan agar dapat terjadi proses adaptasi menjadi berbagai bentuk kebudayaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kemajuan zaman dan juga kebutuhan dari masing-masing kelompok untuk bisa bertahan dan juga dapat terus berkembang.

Perkembangan zaman pasti terjadi. Seiring berjalannya waktu, manusia akan berkembang sekaligus kebudayaan. Kepribadian manusia tidak akan tercipta tanpa adanya kebudayaan, begitu pun dengan kebudayaan yang tidak akan lahir tanpa kehadiran manusia.

Akulturasi budaya membawa perubahan sosial lebih baik. Kebudayaan yang terbuka dengan budaya luar terbukti lebih kuat dan siap dalam menghadapi perkembangan zaman. Namun, tanpa kebijaksanaan, akulturasi budaya dapat menjadi ancaman bagi karakter masyarakat yang asli.

Seperti kutipan ilmu sosial bahwa manusia adalah makhluk sosial, akulturasi membuktikan bahwa manusia yang bisa bersolidaritas dapat bertahan dalam waktu yang lama. Dalam Sapiens karya Yuval Noah Harari, berulang kali ia mengatakan bahwa peradaban manusia bisa lebih baik daripada spesies yang lain adalah karena manusia bisa bekerja sama. Kekuatan utama manusia adalah kerja sama. Kerja sama melahirkan imajinasi untuk melakukan sesuatu lebih besar.

Berbagai Contoh Akulturasi Budaya

Contoh akulturasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebetulnya mudah ditemukan. Hal itu dikarenakan keragaman etnis, entitas budaya, agama, dan suku bangsa yang dimiliki masyarakat Indonesia. Terdapat beberapa contoh akulturasi budaya yang terjadi di Indonesia, diantaranya yaitu :

Memahami Contoh Akulturasi Budaya

1. Masjid Langgar Tinggi, Pekojan, Jakarta Barat
Masjid Langgar Tinggi merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

2. Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran, Yogyakarta
Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran merupakan hasil akulturasi budaya arsitektur tradisional Jawa dan Eropa.

3. Kesenian Teater Cekepung
Kesenian teater Cekepung merupakan hasil akulturasi budaya Jawa, Bali, dan Lombok. Jenis kesenian ini biasanya dipentaskan di Bali.

4. Kesenian Gambang Semarang
Kesenian Gambang Semarang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa.

5. Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat
Pelabuhan Ratu Sukabumi merupakan hasil akulturasi budaya masyarakat Bugis dan Sunda yang terletak di Sukabumi, Jawa Barat.

6. Bakpao
Bakpao bukan makanan asli Indonesia, ternyata bakpao adalah hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia di makanan

7. Kecap Manis
Kecap Manis yang selama ini kita gunakan sebagai topping makanan merupakan hasil akulturasi budaya Eropa, Tionghoa dan Indonesia.

8. Kue Lapis Legit (di era kolonial Belanda disebut spekkoek)
Kue lapis legit merupakan salah satu makanan tradisional masyrakat Indonesia. Ternyata kue lapis legit merupakan hasil akulturasi budaya Belanda dan Indonesia.

9. Soto
Beragam soto yang ada di Indonesia merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan daerah-daerah Indonesia (seperti Jawa, Makassar, Medan).

10. Pie Susu
Pie Susu yang biasa dijadikan oleh-oleh wisatawan dari Bali ternyata adalah hasil akulturasi budaya eropa (Inggris dan Portugis), Tionghoa (Hongkong), dan Indonesia (Bali).

Memahami Teori Akulturasi Budaya

Akulturasi budaya dapat terjadi dikarenakan masyarakat dapat merasakan manfaat dari percampuran budaya luar atau pendatang dengan memodifikasi budaya asli mereka. Beberapa bidang yang paling sering terpengaruh oleh proses akulturasi yakni bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Pada artikel kali ini akan membahas mengenai memahami teori akulturasi budaya menurut para ahli.

Perbedaan budaya menjadikan suatu ketertarikan agar dapat terjadi proses adaptasi menjadi berbagai bentuk kebudayaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kemajuan zaman dan juga kebutuhan dari masing-masing kelompok untuk bisa bertahan dan juga dapat terus berkembang.

Memahami Teori Akulturasi Budaya

Memahami Teori Akulturasi Budaya Menurut Para Ahli

Dr. Trina Harlow dari University Central Arkansas menganggap bahwa akulturasi sebagai cara untuk mempertahankan budaya sendiri sekaligus belajar memahami keberadaan budaya lain. Beliau memberikan analogi yang menarik terkait proses akulturasi. Baginya akulturasi seperti sebuah mangkuk salad. Dalam satu mangkuk itu berisikan berbagai jenis bahan makanan yang bermacam-macam tetapi bercampur dan saling meningkatkan posisi satu sama lain. Terkait proses akulturasi sendiri, terdapat berbagai perdebatan teori bagaimanakah proses akulturasi dilakukan oleh individu ataupun kelompok.

Sedangkan, menurut sosiolog Gillin dan Raimy akulturasi adalah proses budaya dalam suatu masyarakat yang dimodifikasi dengan budaya lain. Proses akulturasi terwujud dikarenakan adanya kontak sosial dari budaya satu dengan budaya yang lain, budaya asli dengan budaya pendatang.

Hal itu berarti, akulturasi merupakan langkah-langkah melahirkan kebudayaan dengan melakukan pembiasaan namun tetap dengan mempertahankan kebudayaan lama. Alhasil, proses akulturasi berjalan secara dinamis dan terbuka, tidak tunggal dan tertutup.

Devereux dan Loeb mengatakan bahwa akulturasi merupakan proses kelompok tanpa mengacu pada peran individu. Apabila didasarkan pada kelompok dijadikan sebagai kepentingan konstituen dalam suatu budaya.

Sedangkan Dohrewen dan Smith mengungkapkan, meskipun kelompok sebagai elemen penting dalam akulturasi, tetapi memiliki pengaruh terhadap peluang akulturasi individu.

Perdebatan di atas pada akhirnya ditegaskan kembali oleh Gillin dan Raimy, dan Eaton bahwa akulturasi dapat terjadi pada keduanya, baik kelompok maupun individu. Mengacu pada analisis tingkat kelompok, akulturasi menunjukkan perubahan orientasi nilai dan juga adopsi nilai-nilai kelompok lain.

Namun, hal tersebut bukanlah kondisi utama yang diperlukan agar akulturasi bisa diciptakan. Akulturasi lahir dari naluri manusia menciptakan manfaat untuk manusia, alhasil intervensi tidak dapat menghasilkan akulturasi.

Berkembangnya Kebudayaan

Perkembangan zaman pasti terjadi. Seiring berjalannya waktu, manusia akan berkembang sekaligus kebudayaan. Kepribadian manusia tidak akan tercipta tanpa adanya kebudayaan, begitu pun dengan kebudayaan yang tidak akan lahir tanpa kehadiran manusia.

Akulturasi budaya membawa perubahan sosial lebih baik. Kebudayaan yang terbuka dengan budaya luar terbukti lebih kuat dan siap dalam menghadapi perkembangan zaman. Namun, tanpa kebijaksanaan, akulturasi budaya dapat menjadi ancaman bagi karakter masyarakat yang asli.

Seperti kutipan ilmu sosial bahwa manusia adalah makhluk sosial, akulturasi membuktikan bahwa manusia yang bisa bersolidaritas dapat bertahan dalam waktu yang lama. Dalam Sapiens karya Yuval Noah Harari, berulang kali ia mengatakan bahwa peradaban manusia bisa lebih baik daripada spesies yang lain adalah karena manusia bisa bekerja sama. Kekuatan utama manusia adalah kerja sama. Kerja sama melahirkan imajinasi untuk melakukan sesuatu lebih besar.

Pendukung dan Penghambat Akulturasi

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai faktor pendukung dan penghambat dari akulturasi budaya. Perubahan akan selalu terjadi, masyarakat yang terbuka dengan perubahan akan bertahan. Konsep perubahan tersebut berwujud konsep perubahan sosial. Akulturasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang mudah ditemukan di sekitar kita.

Pendukung dan Penghambat Akulturasi

Pendukung dan Penghambat Akulturasi

Faktor Pendorong Akulturasi

Akulturasi budaya terjadi secara perlahan dan membutuhkan waktu yang cukup lama, ada beberapa faktor yang dapat menjadi pendorong akulturasi. Berikut ini adalah faktor yang mendukung terjadinya proses akulturasi budaya :

  1. Pendidikan yang Maju
    Salah satu faktor pendorong utama akulturasi yakni pendidikan yang maju. Pendidikan yang maju dapat membuka wawasan masyarakat tentang budaya-budaya di luar budaya mereka saat ini. Pengenalan kepada budaya-budaya asing akan berakibat pada imajinasi memajukan peradaban untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi perkembangan zaman.
  2. Sikap dan Perilaku Saling Menghargai Budaya
    Msyarakat perlu memiliki sikap dan perilaku saling menghargai terhadap budaya lain. Sikap dan perilaku menghargai budaya menjadi tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya akulturasi budaya.
  3. Toleransi Terhadap Budaya Lain
    Toleransi budaya memiliki peran penting untuk melahirkan akulturasi. Sikap toleransi membuat pertemuan dan percampuran budaya menjadi lebih mudah dan lancar. Hal itu dikarenakan toleransi menciptakan masyarakat terbuka, tanpa ada ketakutan kehilangan ciri khas dari budayanya sendiri.
  4. Adanya masyarakat heterogen
    Faktor pendorong tercepat akulturasi adalah masyarakat yang heterogen. Masyarakat heterogen dapat mempertemukan budaya yang berbeda-beda. Hal itu akan memudahkan individu yang satu dan individu lainnya untuk belajar berbagai macam budaya.
  5. Berorientasi ke Masa Depan
    Masa depan merupakan hal yang pasti akan dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki orientasi masa depan akan terbiasa dengan rencana dan kesiapan, sehingga mendorong masyarakat untuk selalu terbuka terhadap perkembangan budaya-budaya di luar mereka.

Selain faktor pendorong, ada juga faktor penghambat. Tidak semua daerah atau masyarakat dapat menjalani proses akulturasi budaya, sehingga budaya mereka masih terlihat asli. Penghambat akulturasi budaya terdiri dari beberapa faktor, yaitu:

Faktor Penghambat Akulturasi

  1. Ilmu Pengetahuan yang Bergerak Melambat
    Ilmu pengetahuan yang bergerak melambat secara signifikan akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Pengetahuan dan pendidikan yang tidak berkembang akan menghasilkan budaya yang stagnan. Hal ini sangat menghambat akulturasi dikarenakan masyarakat sebagai pelaku budaya tidak memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup terkait budaya-budaya di luar mereka.
  2. Sikap Masyarakat yang Tradisional
    Masyarakat tradisional akan selalu memegang teguh budayanya dan beranggapan bahwa datangnya budaya asing atau dari luar mereka dapat mengancam keberlangsungan budaya aslinya. Alhasil, masyarakat tradisional sangat sulit untuk menerima budaya asing. Masyarakat tradisional cenderung akan menutup diri dari budaya asing atau budaya baru karena merasa budaya mereka yang paling unggul.
  3. Hal-Hal Baru Dianggap Buruk
    Akulturasi budaya tidak akan pernah terjadi apabila masyarakat menganggap segala hal yang baru itu buruk. Hal-hal baru berarti adalah perubahan. Seseorang atau masyarakat yang sulit menerima budaya baru akan menjadi penghambat perubahan yang terjadi di masyarakat, sehingga akulturasi tidak akan pernah tercipta.
  4. Adat atau Kebiasaan
    Adat atau kebiasaan yang sudah tertanam sejak kecil adalah salah satu faktor penghambat akulturasi. Alhasil saat masyarakat menemui budaya baru akan dianggap sebagai hal yang asing. Biasanya, masyarakat memiliki adat atau kebiasaan yang kuat akan sulit menerima budaya baru.

Bentuk Bentuk Akulturasi Budaya

Masyarakat sosiologi mengenal konsep bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang abadi. Hal itu membuktikan bahwa sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan budaya tidak akan pernah berhenti bergerak. Pada artikel kali ini akan membahas mengenai pengertian akulturasi, memahami proses akulturasi, hingga bentuk-bentuk akulturasi budaya.

Bentuk Bentuk Akulturasi Budaya

Pengertian Akulturasi

Secara etimologi, akulturasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yakni acculturate yang berarti “berkembang dan tumbuh bersama”. Akulturasi dapat dimakan sebagai usaha untuk perkembang dan tumbuh bersama. Berawal perubahan dari individu, kemudian bergerak mempengaruhi kelompok.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa akulturasi budaya dapat terjadi apabila tercipta interaksi sosial antara budaya asli dengan budaya pendatang untuk kemudian melebur menjadi budaya yang baru tanpa menghilangkan ciri khas atau karakteristi kebudayaan lamanya. Singkatnya, akulturasi yakni percampuran antara kebudayaan luar atau kebudayaan asli berhasil menjadi kebudayaan yang baru.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Kesimpulannya, akulturasi lahir dari hasil interaksi manusia berupa pertemuan antar kebudayaan yang bersinggungan secara perlahan menjadi bentuk budaya baru.

Perubahan teknologi dan informasi yang sangat cepat menyumbang pengaruh besar pada perubahan yang terjadi di masyarakat. Informasi yang dimuat di media sosial, media massa, podcast, televisi, radio dan sebagainya turut mempercepat perubahan bagi orang-orang yang mengonsumsi konten tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa informasi yang tersaji di media sosial dan konten-konten dari gawai membawa unsur kebudayaan tertentu. Ketika informasi itu diterima dan dipahami oleh seseorang, secara tidak langsung unsur kebudayaannya dapat mempengaruhi individu atau kelompok.

Perubahan budaya pada suatu masyarakat dapat menjadi hal positif dan juga bisa menjadi hal yang negatif. Hal tersebut yang perlu diperhatikan oleh setiap anggota masyarakat untuk bijak dalam menghadapi budaya yang datang.

Memahami Proses Akulturasi

Akulturasi terjadi dikarenakan pencampuran budaya asing dengan budaya sendiri. Beberapa bidang yang paling sering terjadi akulturasi yakni kuliner, gaya berpakaian, arsitektur sebuah gedung, dan lain-lain. Seperti yang sudah disampaikan di atas, proses akulturasi sangat pelan. Akulturasi membutuhkan waktu bertahun-tahun supaya dapat menghasilkan budaya baru di masyarakat.

Kita tahu sendiri apabila proses akulturasi tidak bisa dilepaskan dari budaya asing atau budaya dari luar masyarakat. Budaya asing yang masuk ke lingkungan masyarakat tidak bisa langsung diterima.

Faktor masyarakat sangat mempengaruhi diterima atau tidak sebuah budaya di lingkungan masyarakat. Alhasil, tidak semua pencampuran budaya dapat menjadi perubahan sosial. Hal itulah yang membuat proses akulturasi memerlukan waktu dan proses.

Bentuk-bentuk Akulturasi Budaya

Proses akulturasi budaya juga terjadi dalam beberapa bentuk. Akulturasi yang terjadi pada suatu masyarakat tidak mesti sama. Akulturasi melahirkan keunikan tersendiri untuk setiap budaya. Alhasil, akulturasi untuk setiap masyarakat belum tentu sama dengan masyarakat lainnya. Bentuk-bentuk akulturasi budaya yang terjadi adalah:

  1. Substitusi
    Substitusi adalah proses akulturasi unsur budaya lama digantikan unsur kebudayaan baru atau pendatang, selama masyarakat mendapatkan nilai tambah dan manfaat dari budaya itu.
  2. Sinkretisme
    Sinkretisme adalah proses terwujudnya kebudayaan yang baru karena adanya percampuran unsur budaya asli dan budaya asing.
  3. Addition
    Addition adalah proses akulturasi budaya yang ditujukan untuk menambah nilai dan manfaat dalam budaya yang baru sebagai hasil dari kombinasi budaya asli dengan budaya pendatang.
  4. Deculturation
    Deculturation yang berarti penggantian memiliki makna di mana budaya lama digantikan sepenuhnya dengan budaya baru.
  5. Originasi
    Proses akulturasi di mana budaya pendatang masuk dan membawa perubahan terhadap budaya asli masyarakat secara signifikan

Cara Mengatasi Ketertinggalan Budaya

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai contoh-contoh dari fenomena cultural lag dan bagaimana cara mengatasi ketertinggalan budaya tersebut. – Fenomena sosial bisa terjadi karena mereka menolak adanya budaya baru muncul walaupun di tengah era globalisasi entah demi alasan mempertahankan budaya tradisional atau memang hanya mereka menutup diri dari kehidupan sosial. Fenomena seperti inilah yang sekarang disebut dengan istilah Cultural Lag atau ketertinggalan budaya.

Contoh Fenomena Culture Lag

Ada begitu banyak contoh dari fenomena sosial culture lag yang terjadi dan dialami oleh masyarakat, diantaranta kasus-kasus seperti berikut ini :

  1. Pelanggar lalu lintas adalah orang yang kurang disiplin
    Misalnya, terjadi peningkatan pembelian mobil dan sepeda motor. Terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan sehingga terjadi pelanggaran lalu lintas. Mobil dan sepeda motor yang seenaknya melanggar peraturan lalu lintas dapat membahayakan keselamatan.
  2. Penggunaan Internet
    Selain internet yang banyak memiliki manfaat positif, Internet juga memiliki dampak negatif pada masyarakat. Adanya berita bohong dan kesimpangsiuran menimbulkan provokasi. Internet menyebabkan kelompok atau individu saling berebut informasi yang belum tentu benar.
  3. Menggunakan teknologi
    Di daerah yang agak terpencil, pengembangan inovasi dan teknologi baru cenderung memakan waktu lebih lama. Oleh karena itu, akan sulit bagi mereka yang tinggal di sana untuk mengakses kemajuan yang ada. Mereka akan berjuang untuk memahami dan mengikuti perjalanan teknologi secara maksimal. Teknologi berkembang untuk memudahkan aktivitas manusia. Namun pada kenyataannya masih ada masyarakat yang kurang bijak dalam menggunakan teknologi. Misalnya penyebaran informasi yang menyesatkan dan membingungkan masyarakat, kasus cyberbullying, masuk ke internet untuk mencari hal-hal yang berbau porno, dan lain sebagainya.
  4. Penemuan vaksin HPV

    Cara Mengatasi Ketertinggalan BudayaVaksin HPV merupakan penemuan untuk mencegah kanker serviks yang  disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Vaksin ini dapat diberikan kepada remaja atau bayi. Namun, penemuan vaksin ini menimbulkan banyak pertanyaan etis.
    Perubahan budaya telah menyebabkan asumsi bahwa vaksin HPV mendorong anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas seksual sejak usia dini. Pertanyaan tersebut muncul karena fakta bahwa kanker serviks disebabkan oleh virus HPV yang ditularkan melalui aktivitas seksual dini. Jadi seorang wanita lebih mungkin terkena kanker jika dia aktif secara seksual.

  5. Rekayasa Genetika
    Rekayasa genetika melibatkan modifikasi DNA atau materi genetik  organisme seluler untuk memodifikasi atau menambahkan sifat baru. Misalnya, calon orang tua dapat menggunakan rekayasa genetika untuk memilih warna mata atau jenis kelamin anak mereka yang belum lahir.
    Namun, banyak orang menganggap jenis rekayasa genetika ini  tidak etis dan percaya bahwa hal itu dapat menyebabkan konsekuensi sosial yang tidak diinginkan. Ini adalah contoh ketidaksesuaian budaya.
  6. Penggunaan Smartphone
    Pasti sering kita jumpai pengemudi yang tidak mengetahui penggunaan ponselnya. Meski tahu itu sangat berbahaya,  mereka tetap saja nekat menggunakan ponsel di jalan. Baik mengendarai motor ataupun mobil. Ini adalah bukti nyata dari pelanggaran lalu lintas yang tidak pantas secara budaya.
    Hal ini terjadi karena masyarakat cenderung kurang kesadaran, kedewasaan dan kesadaran diri untuk menggunakan ponsel dengan bijak. Ponsel memang memiliki fungsi untuk membantu aktivitas manusia, sangat berpotensi menjadi alat yang dapat membahayakan keselamatan penggunanya.

Cara Mengatasi Ketertinggalan Budaya

Pada dasarnya, akan sulit untuk mengatasi keterbelakangan atau ketertinggalan budaya. Misalnya, ketika teknologi baru datang dalam bentuk sepeda motor, sebagian orang langsung menyambutnya dengan ide untuk mempermudah pekerjaan, bisa bergerak cepat ke mana saja.

Namun, pihak lain mempertimbangkan resikonya. Jika Anda mengendarai sepeda motor, perjalanan mungkin lebih cepat, tetapi resikonya lebih besar, Anda dapat melukai diri sendiri secara serius, daripada berjalan kaki atau bersepeda.

Cara mengatasi ketertinggalan budaya tentu saja melalui kebijaksanaan. Kecerdasan manusialah yang akan mencoba menemukan cara untuk membuat segalanya lebih cepat dan lebih mudah.

Orang lain benar-benar dapat membantu orang-orang yang mengalami keterbelakangan budaya. Misalnya dengan memberdayakan, mensosialisasika perubahan, memfasilitasi akses pendidikan dan mencapai pembangunan.

Pada hakikatnya, untuk mengatasi fenomena ini, perlu dilakukan keseimbangan antara budaya material dan budaya immaterial. Jika hardware lebih cepat dari non-hardware, hasilnya akan menjadi culture lag.

Pemicu Terjadinya Cultural Lag

Setelah mengetahui definisi cultural lag, pada artikel kali ini akan membahas mengenai faktor penyebab perubahan budaya dan faktor apa saja pemicu terjadinya cultural lag. – Banyak dari kita sebagai bagian dari masyarakat modern pasti ingin mengetahui berbagai informasi dunia yang paling terbaru untuk sekedar mencari tahu informasi, menambah wawasan, ataupun mencari hiburan semata.

Namun, di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini ada beberapa orang yang justru memilih untuk menutup dirinya dari lingkungan sekitar atau bahkan dunia luar karena mereka memilih untuk tidak mau menjadi pusat perhatian dengan mengikuti tren yang tengah terjadi masyarakat.

Pemicu Terjadinya Cultural Lag

Dampak sederhana yang pasti terjadi dari sikap tersebut adalah mereka menjadi kurang mendapat informasi terbaru mengenai kehidupan yang terjadi di dunia atau hanya di lingkungan sekitar mereka atau menjadi ketinggalan budaya.

Contoh sederhananya, ketika seseorang memilih untuk tidak menggunakan smartphone maka pengetahuan informasi mereka mengenai berita atau kabar dunia lebih sedikit dibanding seseorang yang menggunakan smartphone. Fenomena seperti inilah yang sekarang disebut dengan istilah Cultural Lag atau ketertinggalan budaya.

Faktor Penyebab Perubahan Budaya

Fenomena sosial mengenai cultural lag disebabkan oleh ketertinggalan antara ranah pemikiran dan perkembangan teknologi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perubahan budaya, diantaranya yaitu :

  • Ada hambatan untuk pembangunan secara umum
  • Kurangnya minat pada bidang yang perlu disesuaikan dengan pembangunan sosial
  • Kurangnya minat kontak dengan budaya material masyarakat lain
  • Kesatuan masyarakat tertentu dalam suatu wilayah

Budaya masyarakat dapat berubah dari waktu ke waktu, baik material maupun immaterial. Seringkali budaya material cenderung berubah lebih cepat daripada aspek yang tidak berwujud. Hal ini membuat teknologi rentan terhadap perkembangan sebelum masyarakat beradaptasi dengannya.

Menurut kelompok sosiologis, ketertinggalan budaya terjadi ketika budaya non-material tidak dapat mengimbangi budaya material. Perubahan budaya diperkirakan terjadi karena nilai, ideologi, dan  cara berpikir cenderung berkembang lebih lambat daripada teknologi.

Memang, segala sesuatu pasti memiliki hubungan sebab-akibat. Penyebab ketertinggalan budaya adalah budaya material seperti ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat, namun sebagian masyarakat cenderung menolak atau menutup diri dari perkembangan tersebut. Dengan kata lain, mereka sulit beradaptasi.

Faktor Pemicu Terjadinya Cultural Lag

Terdapat beberapa faktor pemicu mengenai terjadinya fenomena Cultural Lag, diantaranya yaitu :

  1. Kurangnya Pengetahuan dan Pemikiran Masyarakat

Orang yang terbelakang budaya mungkin tidak menyadari keberadaan budaya baru. Oleh karena itu, mereka merasa sulit untuk memahami sepenuhnya perkembangan ini. Contohnya, ketika ada orang tua yang dibelikan model ponsel smartphone terbaru dari anaknya dan orang tua itu mencoba mengoperasikan smartphone tersebut dengan mencoba menghubungkan ke Internet setiap hari.

Namun, orang tua itu masih belum mengetahui bagaimana cara internet bekerja dan keaslian informasi yang berasal dari internet. Hal itu menjadikan ketertinggalan budaya yang terjadi pada orang tua itu karena ia tidak mampu beradaptasi dengan budaya menggunakan smartphone seperti yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat modern pada saat ini.

  1. Kurangnya kontak dengan budaya lain

Menjadi begitu terobsesi dengan satu budaya sehingga menarik diri dari budaya lain juga memiliki efek negatif. Ketika orang memilih menutup diri dan tidak bersosialisasi dengan orang dari budaya lain, atau tidak memiliki akses sosialisasi, menjadi sulit bagi mereka untuk berhubungan dengan budaya di luar dirinya. .

Jadi ketika ada budaya baru, mereka cenderung kurang update dalam memahaminya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempelajari budaya lain untuk menambah wawasan kita dan membuka pikiran kita untuk berkembang.

  1. Heterogenitas masyarakat yang tinggi

Masyarakat yang berbeda-beda atau beragam harus lebih mampu  menerima atau beradaptasi dengan perubahan budaya dan sosial. Sayangnya, heterogenitas menyebabkan  beberapa kelompok  cepat menerima perubahan, dan beberapa lambat menerima perubahan.

Bayangkan, contoh yang terjadi di Indonesia yang memiliki banyak suku, bahasa dan budaya. Dalam keragaman ini tentunya masyarakat  daerah lokal dan daerah kota memiliki perbedaan. Termasuk perbedaan pola pikir. Heterogenitas ini menyebabkan terjadinya perubahan budaya, ada yang cepat menerima dan ada yang lambat beradaptasi dengan perubahan budaya.

Teori Mengenai Cultural Lag

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai definisi cultural lag, bagaimana teori mengenai cultural lag, dan bagaimana dampak yang ditimbulkan dari cultural lag.

Teori Mengenai Cultural Lag

Definisi Cultural Lag

Cultural lag dalam bahasa Indonesia disebut dengan ketertinggalan budaya. Dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Kewarganegaraan Demokratis, ketidakcocokan budaya adalah elemen lain dari budaya yang berubah.

Ketertinggalan budaya ini terjadi karena tidak aktifnya salah satu faktor budaya. Cultural lag juga dikenal sebagai ketidakseimbangan satu faktor budaya untuk mengakomodasi faktor budaya lain yang telah berubah. Sementara itu, William F. Ogburn menjelaskan teori pergeseran budaya dari perspektif sosiologis. Teori tersebut menjelaskan bahwa budidaya dan pertumbuhan pasti akan selalu berbeda. Secara keseluruhan teori, ketertinggalan budaya menjelaskan perbedaan tingkat kemajuan budaya yang berbeda. Dimana budaya tumbuh cepat, sedang budaya yang lain berjalan lambat.

Perbedaan tingkat kemajuan adalah bagian dari mobilitas budaya. Konsep ketertinggalan memiliki beberapa arti tersendiri, seperti periode waktu munculnya penemuan baru dan penerimaan penemuan tersebut.

Ketertinggalan budaya tersebut merupakan bagian dari fenomena sosial yang sering terjadi di masyarakat. Perubahan budaya menggambarkan apa yang terjadi dalam suatu sistem sosial ketika mengalami perubahan dan pengaruhnya tidak seimbang. Seringkali, cultural lag merupakan akibat dari gesekan antara penemuan baru dengan adat istiadat masyarakat sekitar yang ada.

Menurut kamus sosiologi, cultural lag adalah periode antara masuknya perkembangan teknologi baru (budaya material) ke dalam suatu budaya atau suatu masyarakat. Cultural lag dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan suatu budaya untuk mengejar inovasi teknologi. Ketertinggalan budaya juga bisa disebut ketidaksesuaian budaya.

Teori Mengenai Cultural Lag

Istilah cultural lag diciptakan oleh William F. Ogburn pada tahun 1992 dalam bukunya “Changing Society with Respect for Culture and Primitive Nature”. Cultural lag atau ketertinggalan budaya adalah tahap yang terjadi sesaat setelah budaya non-material berjuang untuk beradaptasi dengan kondisi material yang baru.

Ogburn menemukan bahwa budaya material cenderung berkembang dan maju lebih cepat daripada budaya non-material. Kebudayaan mengacu pada gagasan, kebiasaan, pemikiran, perilaku dan segala sesuatu yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya memiliki dua sisi, dengan material dan tanpa material.

Aspek material mengacu pada elemen budaya yang lebih nyata, seperti teknologi, pakaian, mobil, telepon, dan apa pun yang dapat dilihat dan disentuh daripada diamati. Aspek tidak berwujud mengacu pada bagian budaya yang tidak berwujud, seperti bahasa, ideologi, norma, nilai, gerak tubuh, budaya modern dll.

Ogburn percaya bahwa budaya material cenderung berkembang pesat, sedangkan norma-norma sosial cenderung menolak perubahan dan berkembang jauh lebih lambat.

Dampak yang Timbul dari Cultural Lag

Perubahan dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan budaya, seringkali membawa dampak. Dampak dari pergeseran budaya adalah menimbulkan goncangan sosial dengan cara berpikir baru, tindakan baru atau aktivitas baru.

Hal ini dapat menyebabkan berbagai jenis konflik, terutama yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Misalnya, masyarakat dengan cara pandang yang lebih konservatif yang menginginkan budaya lamanya cenderung tetap sama dengan leluhurnya. Sementara itu, kelompok lain dengan visi yang lebih progresif menginginkan budaya mereka berubah seiring waktu.

Ketertinggalan budaya menciptakan masalah bagi masyarakat dengan cara yang berbeda. Perbedaan yang diciptakan oleh budaya lag menimbulkan masalah sosial dan konflik. Efek pergeseran budaya biasanya terjadi ketika ada ilmu atau teknologi baru.

Ketertinggalan budaya dianggap sebagai masalah etika yang penting karena kegagalan untuk mengembangkan konsensus sosial yang luas tentang penggunaan teknologi modern yang tepat dapat menyebabkan runtuhnya solidaritas sosial, dan konflik sosial muncul.

Memperoleh Vendor yang Berkualitas

Memperoleh Vendor yang Berkualitas

Cara Memperoleh Vendor yang Berkualitas

Saat ini sudah terdapat aneka macam vendor yang dapat kita temukan dengan mudah dimana saja. Setiap vendor akan berupaya untuk memberikan barang dan jasa yang menarik untuk menarik perhatian perusahaan atau konsumen. Hal tersebut tentu akan sangat menyulitkan pihak perusahaan dalam memperoleh vendor yang berkualitas baik. Oleh karena itu, berikut ini terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan ketika mencari vendor yang berkualitas baik.

  1. Cek Variasi Produk yang Disediakan
    Semakin banyak variasi produk yang ditawarkan oleh pihak vendor, maka semakin mengagumkan juga kualitas vendor tersebut. Sehingga kita tidak perlu mencari vendor yang lain lagi. Sebab, vendor tersebut sudah menyediakan seluruh keperluan yang diharapkan oleh perusahaan.
  2. Harga sesuai standar
    Dengan memberikan harga yang sesuai dengan standar bahan produknya. Bila menemukan vendor yang menawarkan harga terlalu murah, maka pihak perusahaan wajib waspada dan hati-hati. Karena bisa saja kualitas yang dimiliki dibawah rata-rata atau dibawah standar.
  3. Kapasitas Pelayanan
    Hal selanjutnya yang wajib diperhatikan ketika menentukan vendor adalah dengan memastikan kapasitas pelayanan dalam proses menentukan harga. Semakin bagus pelayanan yang diberikan oleh pihak vendor, maka harga yang ditawarkan juga akan lebih tinggi. Berlaku juga untuk sebaliknya.
  4. Cek referensi
    Kita dapat meminta pihak vendor untuk memberikan beberapa referensi yang dibutuhkan. Bila vendor tersebut terlihat ragu serta enggan memberikan referensi tersebut, maka lebih baik memilih perusahaan vendor lain.
  5. Rekomendasi dari Pihak Lain
    Untuk bisa memperoleh vendor yang tepat, pihak perusahaan bisa meminta rekomendasi dari pihak yang pernah bekerjasama dengan vendor tertentu. Pihak perusahaan bisa menanyakan beberapa hal terkait vendor tersebut dari kolega atau pihak lain. Umumnya mereka akan menyampaikan beberapa pendapat dengan jujur terkait hal tersebut.

Perbedaan Vendor dan Supplier

Istilah tersebut kerap kali dipergunakan didalam rantai pasokan. Vendor dan supplier digunakan untuk menunjukkan pihak tertentu guna menyediakan suatu produk. Perlu dipahami bahwa ternyata keduanya mempunyai perbedaan. Berikut ini beberapa penjelasan perbedaan vendor dan supplier.

Vendor bisa menjadi Supplier dan sebaliknya

Vendor umumnya menjual suatu produk yang berasa dari distributor dari waktu ke waktu kepada pelanggan dalam jumlah kecil. Sedangkan supplier umumnya memasok jenis layanan atau barang tertentu ke Produsen dalam jumlah yang besar. Istilah tersebut memang tak jarang membingungkan, karena tidak sedikit dari pemilik usaha yg memainkan peran ganda, yaitu menjadi supplier dan juga menjadi vendor.

Namun agar tidak terlalu resah, penting untuk tau bahwa vendor adalah pihak yang menjual barang maupun jasa kepada pihak lain yang bukan konsumen tingkat akhir serta memiliki tujuan untuk menjual kembali barang tersebut. Jika seperti itu, maka vendor tersebut mampu dianggap sebagai supplier. Begitu pun sebaliknya, Bila supplier menyediakan barang ataupun jasa pada konsumen taraf akhir, maka supplier tersebut mampu disebut vendor.

Perbedaan sesuai fungsinya

Jika berdasar pada fungsi keduanya, vendor mempunyai peran menjadi penyedia barang serta jasa dan memiliki tugas utama yaitu memenuhi semua kebutuhan barang ataupun jasa untuk perusahaan tertentu. Sedangkan supplier artinya pihak yang menyediakan sumber utama dari rantai pasokan.

Mereka umumnya menyediakan barang dan jasa kepada para produsen. Namun terkait rekanan usaha, vendor akan bekerjasama langsung dengan para pengguna jasa maupun produk. Sementara supplier akan melakukan hubungan bisnis yang terhubung dari satu bisnis ke bisnis lain. Vendor sendiri mempunyai tujuan yaitu menjual atau menyediakan barang ataupun jasa kepada konsumen tingkat akhir. Sedangkan supplier memiliki tujuan untuk menyediakan barang maupun jasa kepada para produsen yang memerlukannya.

Pemilihan Vendor yang Baik

 

Setelah membahas mengenai tanggung jawab dan tugas vendor, pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana pemilihan vendor yang baik dan tepat. – Vendor merupakan pihak yang berasal dari lembaga maupun perorangan yang mempunyai tugas untuk menyediakan serta menjual suatu bahan. Pihak vendor  umumnya akan menjual bahan dukungan untuk produk, jasa maupun produk yang telah diolah. Lalu nantinya produk tersebut akan dijual kembali oleh perusahaan untuk menunjang performa perusahaan.

Cara Kerja Perusahaan dengan Vendor

Pemilihan Vendor yang Baik

Vendor merupakan mata rantai yang mempunyai peran krusial dalam hal pasar, keuntungan, serta pula kelangsungan usaha bagi sebagian besar perusahaan. Untuk sekarang ini, beberapa perusahaan yang memiliki mindset yang lebih maju sudah mengajak vendor menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

Beberapa perusahaan berskala besar sudah berhasil dan menyadari bahwa keterlibatan sebuah vendor memang sangat diharapkan didalam sebuah organisasi atau perusahaan. Bahkan banyak perusahaan besar yang menyertakan seluruh pemasok dan sub pemasok ikut serta dalam jajaran petinggi perusahaan.

Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaan tersebut memang membutuhkan hubungan timbal balik dengan para vendor guna memenuhi kebutuhan dan mengembangkan langkah yang lebih baik lagi dan inovatif dalam memenuhi keperluan perusahaan.

Pihak perusahaan sangat sadar bahwa kualitas dari produk serta layanan mereka berhubungan langsung dengan kualitas produk serta jasa yang diberikan oleh pihak vendor.

Proses Pemilihan Vendor yang Baik

Dalam proses pemilihan vendor, tentu pihak perusahaan akan memilih vendor yang bisa memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Persyaratan tersebut umumnya berbentuk biaya yang ditawarkan oleh pihak vendor, kualitas produk ataupun layanan yang disediakan, dan kriteria pengiriman barang tersebut.

Secara awam, kualitas pengiriman yang disediakan oleh pihak vendor adalah kesesuaian produk dengan spesifikasi yang sudah ditentukan sebelumnya didalam dokumen pengadaan barang.

Dalam kriteria pengiriman, umumnya akan berhubungan dengan waktu pengiriman serta kriteria biaya atau harga yang harus diberikan oleh pihak perusahaan dalam melakukan kerjasama dengan vendornya.

Tahapan seleksi dilakukan untuk menentukan vendor yang tepat serta mampu diajak berhubungan dengan baik oleh perusahaan. Dari banyaknya daftar vendor, nantinya perusahaan akan melakukan seleksi sampai jumlah pemilihan vendornya mengecil.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan survey untuk menggali informasi yang berhubungan dengan kondisi vendor tersebut. Informasi dan data yang wajib dicari tahu lebih dalam yang berkaitan dengan segi teknis bisa diperoleh dari tersedianya aneka macam alat produksi dan tenaga ahli.

Tujuan Penilaian Vendor

Dalam proses pemilihan vendor, umumnya bagian divisi pengadaan barang akan memilih pilihan dengan berdasar pada harga yang ditawarkan oleh pihak vendornya. Terdapat banyak kriteria lain yang wajib dimiliki oleh pihak vendor bila perusahaan tersebut ingin mencapai kesuksesan dengan lancar.

Jadi bukan hanya berfokus di harga yang ditawarkan saja, aneka macam kriteria yang harus dipenuhi oleh pihak vendor diantaranya, konsep pengirimannya, korelasi manajemen, dukungan pihak vendor juga proyek perusahaan serta ekspansi yang mungkin saja terjadi di masa mendatang.

Berikut ini terdapat beberapa tujuan dari penilaian vendor, diantaranya yaitu :

  • Membantu membentuk evaluasi yang seimbang terhadap kinerja vendor dalam memenuhi seluruh kebutuhan pelanggan
  • Mengidentifikasi hal-hal yang bermasalah, jadi tindakan yang bersifat korektif mampu dilakukan
  • Menghasilkan pengukuran yang bersifat objektif serta kuantitatif terhadap kinerja vendor
  • Menyediakan kebutuhan informasi yang faktual mengenai kinerja keseluruhan, entah untuk pelanggan atau pihak vendornya

Tanggung Jawab & Tugas Vendor

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai pengertian vendor, fungsi, tanggung jawab & tugas vendor, hingga jenis-jenis vendor. Istilah vendor tentu sudah tidak asing lagi untuk orang-orang yang sudah lama bergelut di dunia bisnis. Tapi juga tidak jarang sebagian besar orang masih belum memahami arti dari vendor. Jika dijelaskan secara umum, vendor adalah pihak yang berasal dari lembaga maupun perorangan dan mempunyai tugas untuk menyediakan dan menjual suatu bahan.

Pengertian Vendor

Vendor merupakan suatu pihak yang berperan untuk menyediakan bahan baku atau bahan mentah guna memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan lain. Bahan baku yang disediakan oleh vendor akan digunakan untuk aktivitas produksi. Beberapa orang juga seringkali mengganti istilah vendor dengan sebutan supplier atau distributor.

Tanggung Jawab & Tugas Vendor

Jadi, pihak vendor atau distributor juga kerap memasok barang atau produk setengah jadi. Bahkan, terdapat beberapa pihak vendor yang menyediakan layanan atau jasa yang dapat dipesan kapanpun sesuai kebutuhan.

Fungsi Vendor

Fungsi dari vendor yaitu suatu pihak yang bertugas untuk memastikan bahwa barang atau jasa yang diharapkan oleh perusahaan lain bisa dipenuhi dengan baik dan maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah perusahaan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan bakunya sendiri untuk proses produksi, maka mereka memerlukan vendor untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan tadi.

Vendor berperan sebagai penyedia banyak sekali bahan yang nantinya akan digunakan untuk menunjang proses produksi. Jadi, eksistensi vendor sangat krusial untuk mencapai kelancaran proses produksi dan operasional suatu perusahaan atau usaha.

Bila terjadi konflik pada pihak vendor, maka hal tersebut bisa memberikan dampak buruk bagi perusahaan yang menggunakannya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, supaya proses produksi bisa berjalan dengan lancar. Pastikan untuk memilih distributor atau vendor yang tepat, agar distribusi bahan baku yang diperlukan bisa terjamin kualitas dan ketersediaannya.

Tanggung Jawab dan Tugas Vendor

Pada dasarnya, tugas yang harus dilakukan oleh pihak vendor yaitu memastikan semua kebutuhan barang dan jasa sesuai dengan yang akan terjadi kesepakatan. Namun jika berdasar pada arti dari vendor itu sendiri, maka tugas mereka adalah memenuhi permintaan dan kebutuhan perusahaan yang berafiliasi menggunakan mereka. Pihak vendor juga harus memastikan bahwa produk yang diberikan kepada konsumen adalah produk yang berkualitas tinggi, kemudian memastikan bahwa produk dikirim secara tepat waktu, dan menyampaikan pelayanan terbaik dengan harga bersaing.

Jenis-jenis Vendor

Vendor umumnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu jenis vendor yang menyediakan produk atau barang dan menyediakan jasa. Adapun vendor khusus yang hanya menyediakan produk dalam bentuk bahan mentah atau bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan pendukung. Terdapat vendor yang khusus menyediakan produk berupa jasa. Berikut ini beberapa jenis vendor, yaitu diantaranya :

  1. Vendor Penyedia Barang
    Vendor yang bergerak di bidang penyedia barang merupakan forum maupun perorangan yang menyediakan atau menjual produk barang untuk sebuah perusahaan guna mendukung aktivitas produksi perusahaan. Misalnya, saat sebuah pabrik kain membutuhkan mesin yang bisa menghasilkan sebuah kain, maka otomatis pabrik tersebut akan mencari vendor atau perusahaan yang bisa menyediakan mesin tersebut.
  2. Vendor Penyedia Jasa
    Vendor khusus yang menyediakan produk berupa jasa adalah suatu bentuk forum ataupun perorangan yang menyediakan jasa keahlian pada perusahaan lain yang sedang memerlukan. Misalnya, apabila terdapat perusahaan yang membutuhkan jasa ekspedisi untuk bertugas mengirimkan barang hasil produksi perusahaan tersebut kepada perusahaan retail yang sudah bekerjasama dengan mereka. Maka secara otomatis perusahaan tersebut akan membutuhkan perusahaan vendor yang bergerak di bidang pengiriman barang atau ekspedisi.

Demikian pembahasan mengenai tanggung jawab & tugas dari vendor, semoga dapat menambah informasi bagi teman-teman pembaca.